Latar Belakang Integrasi Etnobiologi Masyarakat Kerinci Dalam Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya

tradisional telah memiliki pengetahuan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungannya yang dapat mengurangi dampak kerusakan dan mempertahankan kelestariannya. Pengetahuan lokal suatu masyarakat tradisional di sekitar daerah yang dilindungi memiliki peran dalam mendukung pemanfaatan hutan berkelanjutan Junior dan Sato 2005; Pei et al. 2009; Pei 2013. Pengetahuan lokal ini diperoleh dari hasil interaksi antara manusia dan lingkungannya yang dicirikan oleh seluruh aspek kebudayaan Wiratno et al. 2004. Konsep ini telah diterima dan diakui sebagai salah satu pendekatan potensial dalam mencapai kelestarian hutan Telfer dan Garde 2006. Pengetahuan lokal tentang konservasi hutan dan pemanfaatan berkelanjutan telah menarik perhatian dari pembuat kebijakan dan para peneliti Golar 2007. Masyarakat dalam melakukan pengelolaan sumberdaya alam didasari oleh pengetahuan yang berlangsung secara turun temurun dari generasi ke generasi. Purwanto 2007 dan Waluyo 2009 menyatakan bahwa pengetahuan ini bervariasi dari satu kelompok suku ke kelompok suku lain, bergantung pada tipe ekosistem tempat mereka tinggal, iklim terutama curah hujan, adat, tatacara, perilaku, pola hidup kelompok atau singkatnya pada tingkat kebudayaan masing- masing kelompok. Tingkat pengetahuan yang dicapai oleh masing-masing kelompok masyarakat berasal dari akumulasi dalam berinteraksi dengan alam lingkungannya. Interaksi yang terjadi telah berjalan sejak lama dan disepakati serta dilaksanakan bersama dalam menjaga keseimbangan alam lingkungan sekitarnya. Tingkat pengetahuan dan teknologi yang dimiliki masyarakat lokal ini merupakan faktor penting yang mempengaruhi masyarakat dalam menentukan tindakan dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam yang ada. Namun seiring dengan berkurangnya luasan kawasan hutan, pengetahuan tradisional masyarakat ini dengan cepat pula menghilang dan banyak yang belum sempat didokumentasikan. Hal ini disebabkan karena ketidakmampuan masyarakat melakukan proses adaptasi dalam merespon perubahan akibat pengaruh lingkungan luar, intervensi ekonomi pasar dan dinamika politik. Faktor- faktor yang mencirikan efektifitas respon yang dimiliki masyarakat adalah kemampuan dalam mempertahankan resiliensi ekologi dan sosial serta kemampuan menghadapi perubahan yang terjadi dalam suatu sistem yang kompleks Suharjito 2002. Salah satu kelompok masyarakat di wilayah geografis Sumatera adalah masyarakat suku Kerinci yang merupakan penduduk asli keturunan ras Melayu Tua atau Proto Melayu Zakaria et al. 2012. Mereka telah memiliki hubungan yang erat dengan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Aumeeruddy dan Bakels 1994 menyebutkan bahwa masyarakat Kerinci telah mampu mengelompokkan tumbuhan dengan sistem klasifikasi yang merupakan representasi simbolik dari lingkungan yaitu tumbuhan panas dan tumbuhan dingin Kesuburan tanah yang ada di lembah Kerinci menyebabkan nenek moyang masyarakat Kerinci mengembangkan peradaban mereka, terutama dalam budaya bertani dan mengelola sumberdaya alam. Pengelolaan sumberdaya yang mereka lakukan telah terjadi dari generasi ke generasi. Telah terjadi berbagai perubahan baik perubahan sosial dan perubahan ekologis yang diduga mempengaruhi pengetahuan masyarakat Kerinci dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam tersebut. Watson 1984 menyebutkan bahwa telah terjadi perubahan sistem kekerabatan dan sosial pada masyarakat Kerinci. Terjadinya perubahan demografis, penggabungan ekonomi regional ke internasional, ekonomi pasar, pendidikan formal masyarakat Kerinci, pengaruh gerakan keagamaan dan inovasi pertanian telah membawa perubahan pada masyarakat dalam memperlakukan sumberdaya alamnya. Perubahan lainnya adalah terjadinya perubahan status kawasan hutan sekitar menjadi kawasan konservasi Taman Nasional Kerinci Seblat TNKS. Penetapan kawasan konservasi TNKS menyebabkan lebih dari sebagian wilayah Kabupaten Kerinci 51,2 berada di dalam kawasan taman nasional, menjadi zona ekslusif TNKS. Hal ini menyebabkan sebanyak 24 desa dari 209 desa di Kabupaten Kerinci termasuk di dalam kawasan TNKS yang konsekuensinya berkurang atau terbatasnya akses masyarakat terhadap hutan karena perubahan status kawasan. Sisa dari luas Kabupaten Kerinci 48,8 merupakan kawasan budidaya kehidupan sosial dan pemukiman masyarakat.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan kepada uraian latar belakang tersebut di atas terjadinya berbagai perubahan akibat deforestasi dan degradasi hutan, penurunan kualitas habitat serta perubahan status kawasan menjadi taman nasional diduga telah mempengaruhi pengetahuan lokal masyarakat Kerinci terhadap penggunaan dan pengelolaan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Belum adanya titik temu pengelolaan bersama antara masyarakat dengan pihak pengelola taman nasional telah menyebabkan upaya konservasi yang dilakukan menghadapi tantangan dari masyarakat sekitar. Hal ini mendasari dilakukannya penelitian ini guna melihat praktek etnobiologi masyarakat Kerinci dalam mendukung integrasi konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistem di Kerinci Seblat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar sekaligus melestarikan kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah pengetahuan tradisional masyarakat Kerinci penting dan dapat mendukung konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya yang sekaligus merupakan bagian terintegral dari sistem pengelolaan kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat. Kajian etnobiologi masyarakat Kerinci belum banyak tergali dan sangat sedikit publikasi yang berkaitan dengan kearifan lokal masyarakat ini sehingga perlu dilakukan kajian yang lebih komprehensif tentang pengetahuan masyarakat Kerinci dalam mengelola SDAH dan ekosistemnya. Rachman 2009; 2013 menyatakan bahwa pembangunan bangsa Indonesia yang secara utuh dan menyeluruh society as a whole sepatutnya berakar kepada pengetahuan tradisional traditional knowledge yang berkembang di dalam masyarakat liyan sebagai inti core. Penelitian ini menjadi penting karena dapat menyambungkan dan mengembangkan pengetahuan lokal menjadi pengetahuan modern. Berdasarkan uraian tersebut maka rumusan masalah penelitian ini adalah untuk menjawab beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana etnografi masyarakat Kerinci sehingga dapat dikatakan suatu kelompok masyarakat yang bersifat kecil, unik dan spesifik?. 2. Bagaimana etnobotani masyarakat Kerinci dapat mendukung konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistem di Kerinci Seblat? 3. Bagaimana etnoekologi masyarakat Kerinci dapat mendukung konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistem di Kerinci Seblat? 4. Bagaimana etnozoologi masyarakat Kerinci dapat mendukung konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistem di Kerinci Seblat? 5. Bagaimana konsep pengelolaan sumberdaya alam hayati dan ekosistem masyarakat Kerinci yang mendukung integrasi konservasi di Kerinci Seblat?

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian bertujuan untuk menguraikan dan menganalisis etnobiologi masyarakat Kerinci untuk mendukung integrasi konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistem di Kerinci Seblat. Penelitian ini dilakukan dan didekati melalui perumusan tujuan sebagai berikut : 1. Mengungkapkan etnografi masyarakat Kerinci meliputi kondisi umum lokasi penelitian aspek biofisik, aspek sosial, sosio-budaya masyarakat sejarah dan asal-usul, bahasa, kependudukan, pendidikan, agama, kesenian dan upacara tradisional, sistem kepemimpinan serta sistem sosial. 2. Mengungkapkan pengetahuan etnobotani masyarakat Kerinci meliputi persepsi masyarakat terhadap sumberdaya tumbuhan, identifikasi keanekaragaman hayati tumbuhan, tingkat pengetahuan etnobotani, retensi etnobotani dan valuasi tumbuhan berdasarkan kategori pemanfaatannya. 3. Mengungkapkan pengetahuan etnoekologi masyarakat Kerinci meliputi pandangan masyarakat terhadap sumberdaya alam dan lingkungannya serta pengetahuan satuan lingkungan dan pemanfaatannya. 4. Mengungkapkan pengetahuan etnozoologi masyarakat Kerinci meliputi identifikasi dan kategori pemanfaatan sumberdaya alam hayati satwa 5. Merumuskan dan mensintesis etnobiologi masyarakat Kerinci berdasarkan tujuan 1- 4 untuk mendukung integrasi konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistem di Kerinci Seblat.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Secara teoritis hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat dalam pengembangan etnobiologi sebagai multidisiplin ilmu dalam menganalisis hubungan saling ketergantungan antara masyarakat lokal dengan sumber daya alam hayati dan ekosistem 2. Secara implikasi praktis, hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai upaya pengembangan pengetahuan lokal masyarakat Kerinci dalam mengelola sumberdaya alam hayati dan ekosistem guna pemanfaatannya secara lestari. 3. Bagi pemerintah sebagai decision maker, etnobiologi masyarakat Kerinci diharapkan dapat menjadi suatu pertimbangan dalam merencanakan, menangani dan mengelola TNKS dengan menjadikan masyarakat Kerinci sebagai subyek pengelola, sehingga dapat memberikan manfaat yang nyata terhadap kelestarian sumberdaya alam hayati dan ekosistem sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini terdiri dari beberapa sub kajian yaitu : 1. Etnografi masyarakat Kerinci meliputi keadaan umum lokasi penelitian, aspek geomorfologi, biofisik dan sosio-budaya masyarakat Kerinci 2. Etnobotani masyarakat Kerinci meliputi pengetahuan masyarakat terhadap sumberdaya tumbuhan, identifikasi dan kategori kegunaan keanekaragaman jenis, Nilai Penting Budaya Tumbuhan, valuasi ekonomi tumbuhan, tingkat pengetahuan dan retensi pengetahuan etnobotani. 3. Etnoekologi masyarakat Kerinci meliputi pandangan masyarakat mengenai lingkungan dan sumberdaya alam yang terdapat di dalamnya, bentuk-bentuk satuan lingkungan dan praktik konservasi dalam pengelolaannya. 4. Etnozoologi masyarakat Kerinci meliputi identifikasi, pemanfaatan, pengelolaan dan praktik konservasi sumberdaya satwa. 5. Integrasi etnobiologi masyarakat Kerinci dalam mendukung konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

1.6 Kebaruan Penelitian Novalty

Kebaruan dari penelitian ini terletak pada informasi yang dihasilkan dan pendekatan etnobiologi untuk mendukung integrasi konservasi di kawasan konservasi Kerinci Seblat. 1. Kebaruan informasi adalah diperolehnya kuantifikasi tingkat pengetahuan dan retensi atau kemampuan untuk menyimpan pengetahuan etnobotani sehingga dapat memprediksi proses pewarisan pengetahuan di masa mendatang. Tingkat pengetahuan etnobotani dan tingkat retensi ini menjadi penting diketahui sebagai salah satu cara pendekatan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistem di masa datang. 2. Kebaruan pendekatan etnobiologi untuk mendukung integrasi konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistem di kawasan konservasi dengan menggunakan data ekologi etnobotani, etnoekologi, etnozoologi. Berbagai kajian yang sudah dilakukan oleh para peneliti terdahulu dengan metode pendekatan yang berbeda sebagaimana disajikan pada Tabel 1.1 yang keseluruhannya tercantum dalam daftar pustaka disertasi ini. Penelitian tersebut belum ada yang menghasilkan informasi kuantifikasi tingkat pengetahuan dan retensi etnobotani masyarakat Kerinci serta pendekatan integrasi etnobiologi untuk mendukung konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang menjadi kebaruan dari disertasi ini.