BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kajian-kajian teori-teori yang relevan sebagai landasan teoritis. Penjelasan yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi 1 model pembelajaran VAK
Visual, Auditory, Kinesthetic dan media pohon matematis
, 2 kemampuan berpikir kreatif siswa, dan 3 gaya belajar.
2.1.1 Kemampuan Berpikir Kreatif
Meningkatnya kemampuan berpikir kreatif berbanding lurus dengan meningkatnya hasil belajar siswa, sehingga apabila model pembelajaran VAK
Visual, Auditory, Kinesthetic diterapkan dalam pembelajaran matematika maka akan memberikan efek positif terhadap hasil belajar siswa.
Aldous, 2007... argued that creativity may be expressed in many different forms such as a theory, a poem, a dance, a chemical, a process, or a
symphony to mention but a few, the form of effective novelty under consideration in this study, is that of successful creative problem solving
carried out within the fields of science and mathematics. Summarizing the findings to date, evidence has been presented to indicate that creativity: a
relies on preverbal and non-verbal processes including visual spatial thinking b involves preconscious activity; and c may give rise to a feeling
or intuition.
Aldous dalam jurnalnya memperkuat alasan bahwa kemampuan kreativitas diekspresikan dengan banyak perbedaan baik dari teori, syair, tarian, yang
berhubungan kimiawi, sebuah proses, ataupun segala macam bentuk simfoni. Namun, sedikit dari hal itu bentuk keefektifan dari hal baru dalam pertimbangan
16
pembelajaran, kesuksesan dapat dilihat dari penyelesaian masalah disertai kreativitas di bidang matematika dan ilmu pengetahuan alam. Ringkas halnya
dalam mengidentifikasi kreativitas, antara lain: a proses pre-verbal dan non- verbal termasuk berpikir luas dalam visual, b terkait aktivitas preconscious, dan
c munculnya sebuah intuisi. Salah satu dari ketiga hal tersebut yang berpengaruh pada kreativitas adalah visual maupun aktivitas lainnya, sehingga sesuai pada
penelitian ini yang memperdalam dalam mengukur kreativitas siswa. Menurut Hariman, sebagaimana dikutip oleh Huda 2011: 50, berpikir kreatif
adalah suatu pemikiran yang berusaha menciptakan gagasan baru. Menurut Pehkonen, sebagaimana dikutip oleh Mahmudi 2010: 3, pembahasan mengenai
kreativitas dalam matematika lebih ditekankan pada prosesnya, yakni proses berpikir kreatif. Oleh karena itu, kreativitas dalam matematika lebih tepat
diistilahkan sebagai berpikir kreatif matematis. Menurut Silver, sebagaimana dikutip oleh Siswono 2007: 2, komponen yang
digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis terdiri atas tiga komponen indikator, sebagai berikut.
1. Kefasihan Kefasihan mengacu pada banyaknya masalah yang diajukan.
2. Fleksibilitas Fleksibilitas mengacu pada banyaknya kategori-kategori berbeda dari masalah
yang dibuat. 3. Kebaruan
Kebaruan melihat bagaimana keluarbiasaan berbeda dari kebiasaan sebuah respon dalam sekumpulan semua respon.
Penelitian ini, berkonsentrasi pada komponen-komponen kemampuan berpikir kreatif matematis yaitu kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan. Kemampuan berpikir
kreatif adalah suatu pemikiran yang berusaha menciptakan atau membangun gagasan baru. Pengembangan kemampuan berpikir kreatif dan cara mengukurnya
menjadi salah satu fokus pembelajaran matematika dalam menyelesaikan soal atau masalah yang telah disediakan.
Secara umum kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 30 Semarang masih rendah. Hal ini diberikan indikator untuk mempermudah
temuan-temuan peneliti di dalam setiap komponen tersebut sebagai berikut:
1.
Kemampuan berpikir lancar kefasihan
a. Memberikan banyak jawaban dalam menjawab suatu pertanyaan. b. Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal.
c. Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak daripada anak-anak lain. 2.
Kemampuan berpikir fleksibel fleksibilitas a.
Menghasilkan gagasan penyelesaian masalah atau jawaban suatu pertanyaan yang bervariasi.
b.
Dapat melihat suatu msalah dari sudut pandang yang berbeda-beda. c. Menyajikan suatu konsep dengan cara yang berbeda-beda.
3. Kemampuan berpikir baru kebaruan a. Memberikan gagasan baru dalam menyelesaikan masalah atau jawaban
yang lain dari yang sudah biasa dalam menjawab suatu pertanyaan
b. Membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.
Beberapa indikator pada setiap komponen berpikir kreatif menurut Silver, digunakan untuk mempermudah mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa.
Sedangkan penelitian ini, menggunakan penjenjangan level tingkat berpikir kreatif matematis hasil penelitian yang dilakukan oleh Siswono. Siswono 2008 dalam
disertasinya mengklasifikasikan tingkat kemampuan berpikir kreatif matematis siswa terdiri dari lima tingkat yaitu, TBK 4 Sangat Kreatif, TBK 3 Kreatif, TBK
2 Cukup Kreatif, TBK 1 Kurang Kreatif, dan TBK 0 Tidak Kreatif. Keterangan lebih lengkapnya untuk level Tingkat Berpikir Kreatif Matematis TBKM hasil
penelitian Siswono 2011 dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut. Tabel 2.1 Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Level TBKM Keterangan
Level 4 Sangat Kreatif
Siswa mampu menyelesaikan suatu masalah dengan lebih dari satu alternatif jawaban maupun cara penyelesaian yang berbeda
”baru” dengan lancar fasih dan fleksibel. Dapat juga siswa hanya mampu mendapat satu jawaban yan
g “baru” tidak biasa dibuat siswa pada tingkat berpikir umumnya” dan dapat
menyelesaikan dengan berbagai cara fleksibel. Serta siswa yang hanya mampu
memberikan penyelesaian dengan “lancar” fasih” dan dapat menyelesaikan dengan berbagai cara fleksibel.
Level 3 Kreatif Siswa mampu membuat suatu jawaban yang ”baru” dengan fasih,
tetapi tidak dapat menyusun cara berbeda fleksibel untuk mendapatkannya atau siswa dapat menyusun cara yang berbeda
fleksibel untuk mendapatkan jawaban yang beragam, meskipun jawaban tersebut
tidak ”baru”. Selain itu, siswa dapat membuat masalah yang berbeda ”baru” dengan lancar fasih meskipun
cara penyelesaian masalah itu tunggal atau dapat membuat masalah yang beragam dengan cara penyelesaian yang berbeda-
beda, meskipun masalah tersebut
tidak ”baru”.
Level 2 Cukup Kreatif
Siswa mampu membuat satu jawaban atau membuat masalah yang berbeda dari kebiasaan umum ”baru” meskipun tidak
dengan fleksibel ataupun fasih, atau siswa mampu menyusun berbagai cara penyelesaian yang berbeda meskipun tidak fasih
dalam menjawab maupun membuat masalah dan jawaban yang dihasilkan tidak ”baru”.
Level 1 Kurang Kreatif
Siswa mampu menjawab atau membuat masalah yang beragam fasih, tetapi tidak mampu membuat jawaban atau membuat
masalah yang berbeda baru, dan tidak dapat menyelesaikan masalah dengan cara berbeda-beda fleksibel.
Level 0 Tidak Kreatif
Siswa tidak mampu membuat alternatif jawaban maupun cara penyelesaian atau membuat masalah yang berbeda dengan lancar
fasih dan fleksibel.
. Berdasarkan Tabel 2.1 tentang tingkat berpikir kreatif matematis, peneliti
membuat pedoman level TBKM untuk mempermudah dalam mengklasifikasikan ke dalam tingkat berpikir kreatif matematis yang disajikan dalam Tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2 Pedoman Level TBKM
Skor Level
� Level 4 Sangat Kreatif
� Level 3 Kreatif
� Level 2 Cukup Kreatif
� Level 1 Kurang Kreatif
� Level 0 Tidak Kreatif
Keterangan : N = Jumlah skor TBKM Tingkat berpikir kreatif matematis TBKM Siswono yang terdiri dari TBKM
4. TBKM 3, TBKM 2, TBKM 1, TBKM 0 dan untuk menilai berpikir kreatif matematis siswa menggunakan acuan yang dibuat Silver yang meliputi kefasihan,
fleksibilitas dan kebaruan. Sehingga, melalui model pembelajaran VAK Visual, Auditory, Kinesthetic berbantuan media pohon matematis akan memberikan bahan
pendukung dalam memperhatikan aspek kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan.
2.1.2 Model Pembelajaran VAK Berbantuan Pohon matematis