kelas VIII sudah memiliki pengalaman belajar yang cukup, sehingga dapat diharapkan dapat berpikir lebih kreatif di bidang matematika; 2 sedang tidak
dalam tekanan ujian nasional maupun tekanan sebagai siswa baru di sekolah; dan 3 lebih mudah diwawancarai untuk memperoleh data akurat yang dibutuhkan
pada penelitian ini. Subjek tersebut dipilih setelah mengklasifikasi dengan menggunakan
angket gaya belajar, hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis, pengamatan saat pembelajaran, dan wawancara. Keterlaksanaan pembelajaran dilakukan dengan
setting-class model pembelajaran VAK, juga untuk mempermudah pengambilan subjek dengan menggunakan gaya belajar VAK. Setiap subjek diambil berdasarkan
gaya belajar yang dimiliki setiap siswa, yaitu gaya belajar visual, auditory, kinesthetic dengan masing-masing gaya belajar terdiri dari 3 subjek.
4.1.1 Hasil Penentuan Subjek
4.1.1.1 Penggolongan Gaya Belajar
Dalam penelitian ini, penentuan subjek penelitian pada proses penggolongan gaya belajar siswa berdasarkan gaya belajarnya sehari-hari dengan
menggunakan instrumen angket penggolongan gaya belajar siswa. Pengisian angket gaya belajar dilakukan di kelas VIII A pada tanggal 8 Maret 2015 pada jam
pelajaran matematika. Waktu pengisian angket sesuai waktu yang ditentukan yaitu 15 menit. Diperoleh data hasil pengisian angket penggolongan gaya belajar masing-
masing siswa pada Tabel 4.1 sebagai berikut.
Tabel 4.1 Hasil Pengisian Angket Penggolongan Gaya Belajar Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 30 Semarang
No. Kode
Siswa Skor
Gaya Belajar
V A
K 1
E-01 27
21 9
V
2 E-02
25 25
25 V-A-K
3 E-03
17 18
17 A
4 E-04
30 30
19 V-A
5 E-05
22 18
14 V
6 E-06
30 20
24 V
7 E-07
31 27
29 V
8 E-08
31 28
28 V
9 E-09
41 36
24 V
10 E-10
30 22
18 V
11 E-11
31 28
22 V
12 E-12
21 13
24 K
13 E-13
34 22
15 V
14 E-14
31 27
27 V
15 E-15
24 21
20 V
16 E-16
23 22
23 V-K
17 E-17
26 17
28 K
18 E-18
16 17
16 A
19 E-19
22 21
15 V
20 E-20
24 19
18 V
21 E-21
19 19
17 V-A
22 E-22
14 24
25 K
23 E-23
29 15
22 V
24 E-24
21 25
22 A
25 E-25
18 10
16 V
26 E-26
25 22
20 V
27 E-27
21 18
12 V
28 E-28
24 22
15 V
29 E-29
21 22
14 A
30 E-30
30 26
27 V
31 E-31
18 12
18 V-K
Jumlah 776
667 623
Keterangan tabel : V
: Gaya Belajar Visual A
: Gaya Belajar Auditorial K
: Gaya Belajar Kinestetik V-A : Kombinasi Gaya Belajar Visual-Auditorial
V-K : Kombinasi Gaya Belajar Visual-kinestetik
V-A-K : Kombinasi Gaya Belajar Visual-Auditorial-Kinestetik
Berdasarkan
hasil pengisian angket gaya belajar siswa dapat
diakumulasikan
penggolongan gaya belajar kelas VIII A. Adapun data akumulasi penggolongan gaya belajar siswa kelas VIII A SMP Negeri 30 Semarang dapat dilihat pada Tabel 4.2
berikut. Tabel 4.2 Data akumulasi gaya belajar kelas VIII A SMP Negeri 30 Semarang
Berdasarkan tabel diatas terdapat 19 siswa atau sebesar 61,29 yang memiliki gaya belajar visual. Selanjutnya, 4 siswa memiliki gaya belajar auditori
atau sebesar 12,903 dan 3 siswa memiliki gaya belajar kinestetik atau sebesar 9,677 dari jumlah siswa keseluruhaan. Sedangkan 5 anak memiliki lebih dari satu
gaya belajar, yaitu E-4 dan E-21 yang memiliki kombinasi gaya belajar visual dan auditori, E-16 dan E-31 memiliki kombinasi gaya belajar visual dan kinestetik, dan
E-2 memiliki kombinasi ketiga gaya belajar. Hal ini menandakan gaya belajar visual masih mendominasi di kelas VIII A.
Skor total dapat terlihat dengan menggunakan grafik hasil nilai yang terhitung paling besar atau berdasarkan skor gaya belajar yang paling dominan.
Gaya Belajar Banyak
Presentase
Visual 19
61,29 Auditori
4 12,903
Kinestetik 3
9,677 Visual-Auditori
2 6,452
Visual-Kinestetik 2
6,452 V-A-K
1 3,226
Jumlah 31
100
Berikut salah satu kutipan grafik nilai visual oleh E-9 yang ditunjukkan pada Gambar 4.1 berikut.
54 51
48 45
42 39
36 33
30 27
24 21
18 15
12 9
6 3
1
V A
K
Gambar 4.1. Grafik Nilai Gaya Belajar Visual Subjek E-9 Berdasarkan Gambar 4.1 hasil nilai salah satu subjek penelitian yang
terhitung paling dominan adalah tipe gaya belajar visual. Penentuan subjek penelitian menggunakan teknik purposive sampling. Pemilihan subjek penelitian
dipilih berdasarkan skor tertinggi pada tiap gaya belajar. Masing-masing tipe gaya belajar diambil 3 siswa yang memiliki skor tertinggi pada setiap tipe gaya belajar.
Berdasarkan hasil angket gaya belajar pada Tabel 4.1 diperoleh E-7, E-9, dan E-13 yang memiliki skor tertinggi untuk gaya belajar visual. Skor tertinggi untuk gaya
belajar auditorial adalah E-18, E-24, dan E-29. Sedangkan skor tertinggi untuk gaya belajar kinestetik adalah E-12, E-17, dan E-22. Diperoleh subjek penelitian untuk
gaya belajar visual adalah E-7, E-9, E-13, dan subjek tambahan E-6, untuk gaya
36 41
24
belajar auditorial adalah E-18, E-24, dan E-29 dan untuk gaya belajar kinestetik
adalah E-12, E-17, E-22, dan subjek tambahan E-16 4.1.1.2
Tes Berpikir Kreatif Matematis
Deskripsi kemampuan berpikir kreatif matematis diperoleh dengan menggunakan dua instrumen, yaitu tes kemampuan berpikir kretaif matematis dan
wawancara. Tes kemampuan berpikir kreatif diberikan dalam bentuk uraian untuk mengidentifikasi kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan indikator-
indikator sebagai berikut. 1. memahami informasi masalah, yaitu menunjukan apa yang diketahui dan apa
yang ditanyakan, menyelesaikan masalah dengan bermacam-macam jawaban fluency kefasihan
2. menyelesaikan masalah dengan satu cara kemudian dengan cara lain dan siswa memberikan penjelasan tentang berbagai metode penyelesaian itu flexibility
fleksibilitas 3. memeriksa jawaban dengan berbagai metode penyelesaian dan kemudian
membuat metode baru yang berbeda originality kebaruan. Tes kemampuan berpikir kreatif matematis dilaksanakan pada hari Senin
tanggal 14 Maret 2016 selama 60 menit. Tes kemampuan berpikir kreatif matematis dikerjakan oleh siswa secara individu dan jujur serta diamati secara langsung oleh
peneliti. Setelah dilakukan tes kemampuan berpikir kreatif matematis, peneliti menganalisis kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Berdasarkan indikator
kemampuan berpikir kreatif matematis, peneliti membuat pedoman penskoran
untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang ditunjukkan pada Lampiran 17.
Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis TBKM terdiri dari 5 butir soal uraian, yaitu 2 butir soal nomor 1 dan 4 memenuhi indikator fluency, 2 butir
soal nomor 2 dan 5 memenuhi indikator flexibility, 1 butir soal nomor 3 memenuhi indikator originality. Kemudian untuk menentukan hasil yang diperoleh siswa pada
setiap indikator kemampuan berpikir kreatif matematis yaitu dengan mencari rata- rata setiap indikator pada soal dari 5 butir soal dengan menggunakan kriteria
sebagai berikut. �̅ =
� ℎ
� : Tidak Baik
� : Kurang Baik
� : Cukup Baik
� : Baik
� : Sangat Baik
Dengan �̅ adalah rata-rata dari skor yang diperoleh pada tiap indikator kemampuan
berpikir kreatif matematis. Berdasarkan pedoman penskoran kemampuan berpikir kreatif matematis
pada Lampiran 17 diperoleh data hasil kemampuan berpikir kreatif matematis diperoleh data hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis pada Lampiran 44.
Kemudian dipilih subjek dari skor tertinggi masing-masing gaya belajar yang tersaji pada tabel-tabel berikut.
Tabel 4.3 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Gaya Belajar Visual
No. Subjek
Skor tiap indikator Total skor
Nilai
Fluency Flexibility Origiinality 1
E-7 16,25
40 50
81,25 86
2 E-9
26,25 40
50 91,25
96 3
E-13 15
40 37,5
73,75 78
Tabel 4.4 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Gaya Belajar Auditory
No. Subjek
Skor rata-rata tiap indikator Total skor
Nilai
Fluency Flexibility Origiinality 1
E-18 15
40 37,5
73.75 78
2 E-24
26,25 20
37,5 70
74 3
E-29 26,25
35 50
86,25 91
Tabel 4.5 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Gaya Belajar Kinesthetic
No. Subjek
Skor rata-rata tiap indikator Total skor
Nilai
Fluency Flexibility Origiinality 1
E-12 15
30 37,5
63,75 67
2 E-17
15 40
50 80
84 3
E-22 26,25
20 37,5
65 70
Setelah itu, peneliti mengadakan wawancara terhadap subjek, wawancara dilaksanakan pada sisa waktu 20 menit setelah tes dan selebihnya pada jam istirahat
pada hari Senin tanggal 14 Maret 2016. Pelaksanaan wawancara dilaksanakan untuk memastikan keampuan berpikir kreatif matematis terhadap hasil tes berpikir
kreatif matematis. Peneliti juga mengetahui apakah subjek menyelesaikan dan menggunakan ide pemikiran sendiri pada tes kemampuan berpikir kreatif
matematis. Selanjutnya dijabarkan kemampuan berpikir kreatif matematis dari setiap subjek. Di dalam penelitian ini, teknik wawancara yang digunakan adalah
wawancara berbasis tes sehingga dalam proses wawancara subjek mampu menjawab, menjelaskan dan menyelesaikan permasalahan di dalam butir soal maka
dapat disimpulkan bahwa subjek memenuhi indikator kemampuan berpikir kreatif matematis.
4.1.2 Hasil Pelaksanaan Pembelajaran