Model Pembelajaran VAK Visual, Auditory, Kinesthetic

memanipulasi objek. Pada tahap ini anak belajar pengetahuan dimana pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda-benda konkret atau menggunakan situasi yang nyata, pada penyajian ini anak tanpa mengguanakan penyajiannya atau kata-kata. Ia akan memahami sesuatu dari berbuat atau melakukan sesuatu. Tahap Ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sedemikian hingga pengetahuan direpresentasikan diwujudkan dalam bentuk bayangan visual visual imaginery, gambar, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan konkret atau situasi konkret yang terdapat pada tahap enaktif. Tahap Simbolis, pada tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik, anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu. Dengan demikian, pembelajaran matematika bagi para siswa merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan diantara pengertian-pengertian itu. Dalam pembelajaran matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek abstraksi. Siswa diberi pengalaman menggunakan matematika sebagai alat untuk memahami informasi misalnya melalui persamaan-persamaan, atau tabel-tabel dalam model-model matematika yang merupakan penyederhanaan dari soal-soal cerita atau soalsoal uraian matematika lainnya.

2.1.2.3 Model Pembelajaran VAK Visual, Auditory, Kinesthetic

Garis besar dalam pembelajaran tipe VAK menurut DePorter 2012 adalah sebagai berikut: 1. Visual Belajar dengan mengamati dan menggambarkan Visualization adalah bahwa belajar harus menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, gunakan media alat peraga. 2. Auditory Belajar dengan berbicara dan mendengar Auditory bermakna bahwa belajar haruslah mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, memberikan pendapat, gagasan, menanggapi dan beragumentasi. 3. Kinesthetic Belajar dengan bergerak dan berbuat Kinestetic bermakna gerakan tubuh hands-on, aktivitas fisik, belajar itu haruslah mengalami dan melakukan. Model pembelajaran ini menganggap bahwa pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan ketiga hal komponen VAK, dengan kata lain memanfaatkan potensi siswa yang telah dimilikinya dengan melatih dan mengembangkannya. Kelebihan model pembelajaran Visual Auditory Kinestethic VAK adalah sebagai berikut. 1. Pembelajaran akan lebih efektif, karena mengkombinasikan ketiga gaya belajar. 2. Mampu melatih dan mengembangkan potensi siswa yang telah dimiliki oleh individu masing-masing. 3. Memberikan pengalaman langsung kepada siswa. 4. Mampu melibatkan siswa secara maksimal dalam menemukan dan memahami suatu konsep melalui kegiatan fisik seperti demonstrasi, percobaan, observasi, dan diskusi aktif. 5. Mampu menjangkau setiap gaya pembelajaran siswa. 6. Siswa yang memiliki kemampuan bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar karena model ini mampu melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Sementara kelemahan dari model pembelajaran Visual Auditory Kinestethic VAK yaitu tidak banyak orang mampu mengkombinasikan ketiga gaya belajar tersebut. Sehingga orang yang hanya mampu menggunakan satu gaya belajar, hanya akan mampu menangkap materi jika menggunakan metode yang lebih memfokuskan kepada salah satu gaya belajar yang didominasi Jangyunita: 2012. VAK Visual, Auditory, Kinestetic memiliki 4 fase Dave Meier: 1976, meliputi: 1 Tahap persiapan, 2 Tahap penyampaian , 3 Tahap pelatihan, 4 Tahap penampilan hasil. Proses 4 tahap ini berlaku untuk semua pembelajaran, dimana saja, dan kapan saja. Pelatihan konvensional cenderung menekankan tahap presentasi tahap ke-2 dari semua proses pembelajaran. Untuk merancang langkah model pembelajaran sering menempatkan 80 atau lebih dari upaya, proses, dan waktu. Sedangkan, untuk tahap persiapan atau pendahuluan cukup hanya 20 dari pembelajaran. Berikut komponen pendukung dari masing-masing tahap model pembelajaran VAK, adalah: 1. Tahap persiapan Tujuan tahap persiapan adalah untuk membangkitkan minat siswa sebagai elajar, memberi perasaan positif tentang pengalaman belajar yang akan datang, dan menenpatkan mereka ke dalam keadaan yang optimal untuk belajar. Hal-hal tersebut dilakukan melalui: a. saran positif b. pernyataan manfaat belajar c. jelas, tujuan yang bermakna d. peningkatan rasa ingin tahu e. menciptakan lingkungan fisik, emosional, dan sosial yang positif, dll. 2. Tahap penyampaian Tujuan tahap penyampaian adalah untuk membantu siswa menghadapi bahan pembelajaran baru dengan cara-cara yang menarik, relevan, multiindrawi, dan yang menarik bagi semua gaya belajar. Hal-hal tersebut dapat dilakukan melalui a. Kolaborasi tes awal dan berbagi pengetahuan b. Mengamati peristiwa nyata c. Seluruh otak, keterlibatan seluruh tubuh d. Penyampaian interaktif e. Grafis presentasi yang berwarna dan alat peraga, dll 3. Tahap pelatihan Tujuan tahap pelatihan adalah untuk membantu siswa mengintegrasikan siswa dan menggabungkan pengetahuan baru atau kemampuan dalam berbagai cara. Hal-hal tersebut dapat dilakukan melalui: a. proses kegiatan pembelajaran b. umpan balik c. simulasi dengan dunia nyata d. permainan belajar e. tindakan latihan pembelajaran, dll 4. Tahap penampilan hasil Tujuan tahap penampilan hasil adalah untuk membantu siswa menerapka dan memperluas wawasan baru dan kemampuan untuk bekerja sehingga tongkat pembelajaran dan kinerja terus meningkat. Hal-hal tersebut dapat dilakukan melalui: a. proses kegiatan pembelajaran b. langsung aplikasi dunia nyata c. menciptakan dan menekankan rencana pelaksanaan d. melalui bahan pendukung, e. dukungan teman, dll

2.1.2.4 Media Pembelajaran Pohon matematis

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP

2 12 135

Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Teknik Scaffolding Terhadap Kemampuan Berpikir Logis Matematis Siswa

6 54 244

Pengaruh model pmbelajaran Search, Solve, Create and Share (SSCS) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

3 13 162

Pengaruh model pembelajaran simplex basadur terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di kelas VII MTs Al ASIYAH Cibinong

1 18 166

Pengaruh model pembelajaran learning cycle 5e terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di salah satu SMP di Tangerang.

6 24 248

Penerapan model pembelajaran kooperatif informal tipe Formulate-Share-Listen-Create (FSLC) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

11 55 158

Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC (Formulate-Share-Listen-Create) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

16 28 186

Pengaruh Pendekatan Model Eliciting Activities (MEA;) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis Siswa

10 55 273

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI).

6 9 167

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA: Studi Kualitatif Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas V Sekolah Dasar Dalam Pembelajaran Matematika.

1 8 49