Analisis Data Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Selama pembelajaran Matematika diberikan LKS yang berisi soal-soal tipe open-ended yang berkaitaan dengan luas permukaan dan volume Prisma dan Limas. Siswa diminta mengukur panjang sisi bangun Prisma Segitiga yang disediakan untuk kemudian dicari luas permukaan prisma segitiga tersebut dengan cara yang berbeda. Siswa tidak mengalami kendala karena pada penyajian materi siswa sudah mengetahui rumus luas permukaan dan volume Prisma dan Limas. Siswa menuliskan jawaban yang mungkin pada struktur daun Pohon Matematis. Setiap akhir pembelajaran, peneliti memberikan tes kreatif atau kuis secara tertulis yang bentuk soalnya adalah open-ended sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah terlampir.

4.2.2 Analisis Data Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Berdasarkan pelaksanaan penelitian dan analisis data hasil penelitian berupa nilai tes berpikir kreatif matematis, diperoleh hasil hipotesis yang menjawab rumusan masalah pada Bab 1. Berdasarkan hasil analisis nilai kemampuan berpikir kreatif matematis siswa diketahui bahwa hasil perhitungan uji ketuntasan belajar pada kelas eksperimen atau kelas yang dikenai model pembelajaran VAK berbantuan pohon matematis diperoleh � ℎ� � = 1,73 dan � � = 1,64, jelas bahwa � ℎ� � � � , berarti kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kelas memenuhi p ersentase ketuntasan nilai hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen pada pembelajaran matematika yang mendapat nilai mencapai lebih dari 75 yaitu sebesar 87,09 , dengan banyaknya siswa yang tuntas belajar pada kelas eksperimen adalah 27 dari 31 siswa di kelas. Sedangkan hasil analisis kemampuan berpikir kreatif matematis siswa diketahui bahwa hasil perhitungan uji ketuntasan belajar pada kelas kontrol atau kelas yang dikenai model pembelajaran tradisional diperoleh � ℎ� � = − , dan � � = 1,64, jelas bahwa � ℎ� � � � , berarti p ersentase ketuntasan nilai hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas kontrol pada pembelajaran matematika mendapat nilai kurang dari 75, dengan banyaknya siswa yang memperoleh nilai adalah 8 dari 32 siswa di kelas. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gilang Anjar Permatasari 2013: 87 dengan judul “ Keefektifan Pembelajaran Problem Posing dengan Pendekatan PMRI terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ” mengatakan bahwa hasil belajar siswa kelas eksperimen pada aspek kemampuan berpikir kreatif telah mencapai ketuntasan klasikal berdasarkan KKM, yaitu siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 70 mencapai lebih dari 75 yaitu sebesar 93,1. Selanjutnya, dilakukan uji kesamaan dua rata-rata untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas eksperimen lebih dari kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kelas kontrol. Hal ini dapat diketahui melalui uji pihak kanan. Berdasarkan hasil analisis diperoleh ℎ� � = 6,61629 sedangkan � = , , berarti kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas eksperimen lebih dari kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kelas kontrol. Berdasarkan nilai rata-rata tes kemampuan berpikir kreatif matematis pada kelas eksperimen atau kelas yang dikenai model pembelajaran VAK berbantuan pohon matematis adalah 78,74 dengan nilai terendah yaitu 41,00 dan nilai tertinggi yaitu 96,00. Sedangkan pada kelas kontrol atau kelas yang dikenai model pembelajaran tradisional diperoleh nilai rata-rata adalah 53, 28 dengan nilai terendah yaitu 18,00 dan nilai tertinggi yaitu 87,00. Secara empiris rata-rata nilai hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis lebih tinggi daripada kelas yang dikenai model pembelajaran tradisional. Hal ini senada dengan penelitian dari Wafik Khoiri 2013: 119 dengan judul “ Problem Based Learning Berbantuan Multimedia dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif ”mengatakan bahwa adapun hasil pembelajaran dikelas yang efektif ini adalah kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapatkan perlakuan lebih baik daripada kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang tidak mendapat perlakuan. Sedangkan dari hasil uji kesamaan dua proporsi kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas kontrol pada aspek kemampuan berpikir kreatif matematis menunjukkan bahwa siswa yang tuntas belajar di kelas eksperimen atau kelas yang dikenai model pembelajaran VAK berbantuan pohon matematis lebih dari siswa yang tuntas belajar di kontrol. Hal ini dapat diketahui melalui uji proporsi pada hasil analisis yang diperoleh � ℎ� � = 4,9589 sedangkan � � = , . Karena � ℎ� � � � , maka dapat disimpulkan bahwa proporsi siswa yang tuntas belajar di kelas yang menggunakan model pembelajaran VAK lebih dari proporsi siswa yang tuntas belajar di kelas yang menggunakan model pembelajaran tradisional. Hal ini senada de ngan penelitian dari N.Wulandari 2014: 236 dengan judul “Keefektifan Pembelajaran CIRC dengan Pendekatan Open-Ended terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas-VIII Materi Kubus-Balok ” mengatakan bahwa adapun hasil pembelajaran dikelas yang efektif ini adalah kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapatkan perlakuan memperoleh tuntas belajar lebih dari kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang tidak mendapat perlakuan. Berdasarkan uraian analisis data kemampuan berpikir kreatif siswa yang memperoleh model pembelajaran VAK berbantuan pohon matematis lebih baik daripada kemampuan berpikir kreatif siswa yang memperoleh model pembelajaran tradisional.

4.2.3 Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Pembelajaran

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP

2 12 135

Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Teknik Scaffolding Terhadap Kemampuan Berpikir Logis Matematis Siswa

6 54 244

Pengaruh model pmbelajaran Search, Solve, Create and Share (SSCS) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

3 13 162

Pengaruh model pembelajaran simplex basadur terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di kelas VII MTs Al ASIYAH Cibinong

1 18 166

Pengaruh model pembelajaran learning cycle 5e terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di salah satu SMP di Tangerang.

6 24 248

Penerapan model pembelajaran kooperatif informal tipe Formulate-Share-Listen-Create (FSLC) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

11 55 158

Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC (Formulate-Share-Listen-Create) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

16 28 186

Pengaruh Pendekatan Model Eliciting Activities (MEA;) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis Siswa

10 55 273

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI).

6 9 167

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA: Studi Kualitatif Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas V Sekolah Dasar Dalam Pembelajaran Matematika.

1 8 49