Model Pembelajaran VAK Visual, Auditory, Kinesthetic Pohon Matematis Kriteria Ketuntasan Minimal

1.7.3 Model Pembelajaran VAK Visual, Auditory, Kinesthetic

VAK Visual, Auditory, Kinesthetic merupakan model pembelajaran yang merancang tindakan yang dapat menuntut siswa untuk mengoptimalkan ketiga modalitas, membuat mereka kreatif dalam menyelesaikan masalah matematika, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. VAK Visual, Auditory, Kinestetic memiliki 4 fase, meliputi: 1 Tahap persiapan, 2 Tahap penyampaian , 3 Tahap pelatihan, dan 4 Tahap penampilan hasil.

1.7.4 Pohon Matematis

Pohon matematis adalah strategi dasar dalam setiap penyelesaian masalah matematis. Banyak pilihan jawaban pada setiap masalah matematis, yang kemudian siswa diberikan kesempatan untuk mengolah setiap jawaban dan memilih yang paling benar. Sehingga, kreativitas berpikir siswa akan teruji pada strategi ini. Pembelajaran matematika berbantuan pohon matematis, semakin banyak masalah yang dibuat, maka pohon tersebut semakin memiliki banyak daun, berarti semakin ‘ rindang’. Sebaliknya bila daun yang dibuat salah, maka daun tersebut menjadi ‘benalu’ yang mengurangi kesuburan pohon. Dari kerindangan pohon matematika ini, dapat dilihat kreativitas siswa Subanji, 2011.

1.7.5 Kriteria Ketuntasan Minimal

Kriteria Ketuntasan Minimal KKM merupakan nilai minimal yang harus diperoleh siswa dalam tes hasil belajar agar dapat dikatakan tuntas dalam mengikuti pembelajaran tentang suatu kompetisi dasar tertentu. Secara umum rekap nilai individual siswa di SMP Negeri 30 Semarang terdata bahwa rata-rata skor matematika asli siswa usia 13-15 tahun SMP kelas VIII di SMP Negeri 30 Semarang jauh di bawah rata-rata skor KKM Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu dengan skor 40-70 dengan KKM ≤ 70, dan untuk ketuntasan klasikal yang diharapkan sekolah sebesar 75. Ketuntasan belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ketuntasan data hasil kreativitas siswa setelah diberikan TBKM Tes Berpikir Kreatif Matematis materi bangun ruang prisma dan limas, selanjutnya diukur ketuntasan individu dan klasikal. Indikator pencapaian ketuntasan belajar yang diperoleh dalam penelitian ini adalah apabila sekurang-kurangnya 75 dari jumlah siswa yang berada pada suatu kelas memperoleh nilai ≤ 70.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kajian-kajian teori-teori yang relevan sebagai landasan teoritis. Penjelasan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi 1 model pembelajaran VAK Visual, Auditory, Kinesthetic dan media pohon matematis , 2 kemampuan berpikir kreatif siswa, dan 3 gaya belajar.

2.1.1 Kemampuan Berpikir Kreatif

Meningkatnya kemampuan berpikir kreatif berbanding lurus dengan meningkatnya hasil belajar siswa, sehingga apabila model pembelajaran VAK Visual, Auditory, Kinesthetic diterapkan dalam pembelajaran matematika maka akan memberikan efek positif terhadap hasil belajar siswa. Aldous, 2007... argued that creativity may be expressed in many different forms such as a theory, a poem, a dance, a chemical, a process, or a symphony to mention but a few, the form of effective novelty under consideration in this study, is that of successful creative problem solving carried out within the fields of science and mathematics. Summarizing the findings to date, evidence has been presented to indicate that creativity: a relies on preverbal and non-verbal processes including visual spatial thinking b involves preconscious activity; and c may give rise to a feeling or intuition. Aldous dalam jurnalnya memperkuat alasan bahwa kemampuan kreativitas diekspresikan dengan banyak perbedaan baik dari teori, syair, tarian, yang berhubungan kimiawi, sebuah proses, ataupun segala macam bentuk simfoni. Namun, sedikit dari hal itu bentuk keefektifan dari hal baru dalam pertimbangan 16

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP

2 12 135

Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Teknik Scaffolding Terhadap Kemampuan Berpikir Logis Matematis Siswa

6 54 244

Pengaruh model pmbelajaran Search, Solve, Create and Share (SSCS) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

3 13 162

Pengaruh model pembelajaran simplex basadur terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di kelas VII MTs Al ASIYAH Cibinong

1 18 166

Pengaruh model pembelajaran learning cycle 5e terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di salah satu SMP di Tangerang.

6 24 248

Penerapan model pembelajaran kooperatif informal tipe Formulate-Share-Listen-Create (FSLC) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

11 55 158

Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC (Formulate-Share-Listen-Create) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

16 28 186

Pengaruh Pendekatan Model Eliciting Activities (MEA;) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis Siswa

10 55 273

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI).

6 9 167

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA: Studi Kualitatif Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas V Sekolah Dasar Dalam Pembelajaran Matematika.

1 8 49