Pengertian Pembelajaran Matematika Kajian Tentang Pembelajaran Matematika

24 memperjelas dan menyelesaikan permasalahan sehari- hari. Jadi dapat disimpulkan bahwa seseorang yang mampu menguasai Matematika akan memiliki kecakapan hidup dalam berinteraksi dengan lingkungan. Pembelajaran Matematika perlu diajarkan sejak pendidikan dasar, dengan harapan anak telah mengenal arti dan fungsi Matematika terkait dengan kehidupan sehari-hari.

4. Tahap Perkembangan Dalam Pembelajaran Matematika

Perkembangan seorang anak menjadi seorang yang dewasa melalui berbagai tahapan perkembangan. Perkembangan manusia ini terdiri dari perkembangan fisik, psikologis, sosial, bahasa, dan lain-lain. Penelitian ini berkaitan dengan belajar Matematika, maka peneliti mengkaji mengenai perkembangan belajar. Pendapat Piaget dalam Sugihartono dkk 2007: 109 membagi dalam 3 tahap perkembangan dalam belajar matematika yang dapat penulis kemukakan: a. Tahap sensori motor pada usia 0-2 tahun. Pembelajaran matematika pada tahap ini anak akan menggunakan sensori motor untuk memindahkan benda di sekitarnya. Anak menyadari objek memiliki sifat tidak berubah bentuk di manapun tempatnya sehingga mereka akan tertarik melakukan pemindahan benda dengan sukses. b. Tahap operasi adalah tahap perkembangan mental dengan cara-cara konkret. Tahap ini dibagi menjadi tiga tahap lainnya, yaitu 1 tahap pra konseptual antara 2-4 tahun terkait dengan aspek persepsi subjektif dan belum mampu membentuk konsep, 2 tahap berfikir intuitif antara 4-7 25 tahun anak mampu membentuk konsep dengan bantuan persepsi benda yang mereka lihat, raba, dan rasakan; 3 tahap operasional konkret antara 7-11 tahun anak mampu berpikir logis dengan membandingkan, mencocokkan, menghubungkan fakta yang satu dengan yang lainnya. Pada tahap ini anak mampu membuat operasi logika tetapi membutuhkan bantuan media yang bersifat konkret dalam pelaksanaannya. c. Tahap formal. Tahap ini ditandai dengan perkembangan formal dan abstrak. Pada tahap ini anak dapat melakukan operasi gabungan dari operasi dasar matematika. Piaget dalam J. Tombokan Runtukahu dan Selpius Kandou 2014: 77 menjelaskan bahwa “anak membentuk konsep dengan mengadakan adaptasi dengan dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi”. Asimilasi berarti terjadinya proses mencocokkan pengalaman- pengalaman baru atau konsep baru bagi anak dengan konsep yang telah ada pada anak. Akomodasi yaitu terjadinya proses mengadakan koreksi terhadap perluasan konsep. Berdasarkan teori Piaget di atas dapat dikaji mengenai tahap perkembangan berpikir anak. Anak memiliki pemikiran dan dunia sendiri. Anak tidak dapat dipaksa berpikir seperti orang dewasa. Guru sebagai tenaga pendidik harus mengetahui tahap perkembangan kognitif anak agar dapat diimplementasikan dalam pelaksaanaan pembelajaran. Selain itu, dalam Pembelajaran Matematika guru harus memberikan kesempatan kepada anak untuk menemukan konsep Matematika agar mereka dapat memperluas pengetahuannya dengan asimilasi dan akomodasi. 26 Dalam penelitian ini subjek penelitian adalah siswa tunadaksa kelas III dasar kategori Cerebral Palsy. Apabila ditinjau dari segi usia yang berkisar 7- 11 tahun maka subjek termasuk dalam tahap perkembangan operasional konkret. Namun, pada kenyataannya kemampuan subjek belum sesuai dengan tahap perkembangan anak. Subjek tersebut belum mampu diajak berpikir logis, sehingga masih membutuhkan pembelajaran secara konkret. Subjek belum mampu melakukan operasi membandingkan, mencocokkan, menghubungkan fakta yang satu dengan yang lainnya.

5. Dasar- Dasar Pembelajaran Matematika Bagi Anak Hambatan

Mental Wehman dan Laughlin Mumpuniarti, 2007: 121- 122 mengemukakan bahwa Pembelajaran Matematika bagi anak dengan hambatan mental memiliki dasar- dasar sebagaimana yang diungkapkan oleh peneliti yang meliputi : a. Matematika merupakan salah satu keterampilan yang diperlukan setiap orang dalam menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan terutama hal- hal yang berkaitan dengan proses perhitungan, begitu juga pada anak Cerebral Palsy dengan hambatan intelektual. Mereka memerlukan keterampilan berhitung Matematika sebagai keterampilan dalam aktivitas pemecahan masalah kehidupan dan penerapannya dalam bidang vokasional atau pekerjaan. b. Pembelajaran Bilangan number pembelajaran ini berkaitan dengan memberi label susunan. Bidang yang berhubungan dengan angka kardinal 1,2,3, angka ordinal dalam bentuk urutan dan angka rasional

Dokumen yang terkait

PENGARUH TERAPI MUROTTAL TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANAK AUTIS DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI (SLBN) 1 BANTUL YOGYAKARTA

14 75 122

PENGARUH NEURO DEVELOPMENTAL TREATMENT TERHADAP KEMAMPUAN GROSS MOTOR BERDIRI ANAK CEREBRAL PALSY Pengaruh Neuro Developmental Treatment Terhadap Kemampuan Gross Motor Berdiri Anak Cerebral Palsy Spastik Diplegi.

0 4 12

PENGARUH AKTIVITAS KOLASE TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA SISWA CEREBRAL PALSY TIPE SPASTIK.

15 88 40

PENGARUH PERMAINAN ALAT MUSIK DRUM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK ANAK CEREBRAL PALSY TIPE SPASTIK DI SLB AZ-ZAKIYAH.

0 1 39

KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI ANAK CEREBRAL PALSY DI SDN TUNAS HARAPAN :Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastik di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif.

0 0 52

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRET TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL HURUF PADA SISWA CEREBRAL PALSY KELAS III DI SLB NEGERI 1 BANTUL.

0 0 138

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPAKAIAN MELALUI METODE DRILL PADA ANAK CEREBRAL PALSY DI SEKOLAH LUAR BIASA DAYA ANANDA.

1 6 222

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MELALUI TEKNIK LATIHAN GRAPHOMOTOR PADA ANAK CEREBRAL PALSY DI SEKOLAH LUAR BIASA DAYA ANANDA.

12 56 187

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BUKU KOMUNIKASI BERBASIS AUGMENTATIVE AND ALTERNATIVE COMMUNICATION (AAC) DALAM KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK AUTIS KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI 1 BANTUL.

0 14 161

KEEFEKTIFAN MEDIA FLASH CARD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA CEREBRAL PALSY TIPE SPASTIK KELAS III DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI I BANTUL.

52 396 253