Pembahasan Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
122
belum menguasai konsep bilangan dua angka, nilai bilangan dan konsep penjumlahan dua angka. Dengan demikian perlu adanya media yang dapat
digunakan untuk membantu subjek untuk memperbaiki ketertinggalannya. Aternatif media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media gambar
Upin Upin. Berdasarkan analisis data dan pengolahan data diketahui bahwa secara
keseluruhan penggunaan media gambar Upin Ipin berpengaruh terhadap kemampuan penjumlahan anak Cerebral Pasly tipe spastik kelas III di
Sekolah Luar Biasa Negeri I Bantul. Media tersebut efektif digunakan karena sesuai dengan fungsinya yaitu menurut Hackbarth dalam Benny Agus Pribadi
dan Dewi Padmo Putri 2001: 10 menyatakan kelebihan media gambar adalah:
“a Menarik perhatian pada umumnya semua orang melihat gambarfoto. b Menyediakan gambaran nyata dari suatu objek yang
karena suatu hal tidak mudah diamati. c Unik. d Memperjelas hal-hal yang abstrak. e Mampu mengilustrasikan suatu proses.”
Media gambar Upin Ipin dapat menarik perhatian anak sehingga anak akan lebih fokus, dan senang serta termotivasi untuk terus belajar. Media
gambar Upin Ipin sesuai dengan teori kriteria pemilihan media yang diungkapkan Nana Sudjana dan Ahmad Rivai 2002: 4 yaitu dalam
prakteknya mampu dibuat sendiri oleh peneliti sehingga media ini lebih murah dan mudah didapat. Berdasarkan hasil penelitian media ini adalah
media semi konkret yang mampu mengakomodir salah satu karakteristik anak Cerebral Palsy
menurut Musjaffak 1995: 69 yaitu mengalami kelainan persepsi sehingga kesulitan berfikir abstrak dengan memvisualkan cara
123
menghitung benda. Penggunaan media ini sesuai dengan ruang lingkup pengajaran matematika di SDLB yang telah dipaparkan oleh Depdiknas
2006: 105 yaitu melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai dua angka dalam pemecahan masalah. Namun, dalam penelitian ini lebih
difokuskan pada penjumlahan dua angka.
Berdasarkan hasil tes yang telah diberikan kepada subjek, peningkatan kemampuan penjumlahan khususnya penjumlahan dua angka pada subjek
dapat dilihat dari perbandingan hasil pada tahap baseline I, intervensi dan baseline
II yang menunjukkan adanya peningkatan perolehan skor. Pada tahap baseline I dapat diketahui bahwa subjek tidak mengalami peningkatan
namun datanya stabil. Hasil perolehan skor pada tahap baseline I stabil yaitu 46. Data pada tahap intervensi menunjukkan peningkatan di setiap pertemuan,
rata-rata kenaikan skor pada setiap pertemuan yaitu 2-4 poin dan mencapai titik tertinggi dipertemuan keenam yaitu subjek memperoleh skor 64. Pada
tahap baseline II data menunjukkan peningkatan yang signifikan. Berdasarkan data yang diperoleh dari seluruh tahap penelitian ini
menunjukkan peningkatan kemampuan yang signifikan yaitu sebanyak 20 poin dari skor 46 pada tahap baseline 1 pertemuan pertama menjadi skor 66
pada tahap baseline II pertemuan terakhir.
Hasil analisis data yang secara rinci menjelaskan mengenai peningkatan yang dicapai subjek. Pada tahap baseline I subjek tidak mengalami
peningkatan stabil namun, pada baseline II subjek mengalami peningkatan kemampuan ditunjukkan dengan kenaikan skor sebanyak satu kali dalam tiga
124
pertemuan. Peningkatan kemampuan pada tahap intervensi lebih bervariasi yaitu ditunjukkan dengan kenaikan perolehan skor yang rata-rata meningkat
antara 2-4 poin. Pada proses pembelajaran di tahap intervensi subjek cukup antusias dan aktif dalam tindakan namun kurang merespon dalam
komunikasi, subjek cenderung diam dan tidak banyak bicara. Terkait dengan proses pembelajaran menggunakan media gambar Upin Ipin peneliti tidak
kesulitan mengajak subjek berinteraksi dengan media tersebut, subjek cukup senang menggunakannya. Subjek mampu menggunakan media untuk
menyelesaikan soal. Hasil analisis dalam kondisi menunjukkan bahwa kecenderungan arah
dan tingkat perubahan dalam seluruh tahap penelitian ini positif atau meningkat. Perubahan stabilitas dan jejak data menunjukkan stabil pada
semua tahap. Perubahan data menunjukkan meningkat dengan perolehan subjek yakni 0 pada tahapbaselineI, +18 pada tahap intervensi dan +2
pada tahap baseline II. Hasil analisis data antarkondisi menunjukkan perubahan kecenderungan
arah meningkat dalam dua perbandingan kondisi. Perubahan stabilitas dalam dua perbandingan stabil, perubahan level pada kedua perbandingan stabil dan
meningkat. Pada kondisi BA1 yaitu 0 dan pada kondisi BA2 yaitu +18. Persentase overlappada perbandingan kondisi BA1 dengan perolehan 0
dan pada perbadingan kondisi BA2 dengan perolehan 33,3. Menurut Juang Sunanto, dkk 2006: 84 menyatakan bahwa “semakin kecil persentase
overlap makin baik pengaruh intervensi terhadap target behavior”. Data ini
125
menunjukkan bahwa penggunaan media gambar Upin Ipin berpengaruh baik atau positif terhadap kemampuan penjumlahan subjek.
Data yang diperoleh menunjukkan bahwa penggunaan media gambar Upin Ipin
berpengaruh positif terhadap kemampuan penjumlahan anak Cerebral Pasly
tipe spastik kelas III di Sekolah Luar Biasa Negeri I Bantul. Pengaruh positif ini berdampak pada meningkatnya kemampuan subjekpada
aspek penjumlahan yang terdiri dari memahami bilangan 1-20 dan penjumlahan dua angka. Hal ini didukung dengan data perolehan skor, data
hasil observasi pelaksanaan pembelajaran menggunakan media gambar Upin
Ipin.
Media gambar ternyata tidak hanya efektif diterapkan pada anak Tunagrahita seperti penelitian yang telah dilakukan Sri Idayatni 2010 tetapi
juga efektif diterapkan pada anak Cerebral Palsy. Hasil penelitian ini bila dikaitkan dengan teori masih relevan, karena gambar merupakan salah satu
media pembelajaran yang amat dikenal di dalam setiap kegiatan pembelajaran. Pembelajaran dengan menerapkan media gambar dapat
meningkatkan penalaran, karena melalui gambar subjek dapat ditunjukkan sesuatu yang jauh dari jangkauan pengalaman subjek, selain itu juga dapat
memberikan gambaran tentang peristiwa yang telah berlalu maupun gambaran masa yang akan datang. Melalui gambar, guru dapat
menerjemahkan ide-ide abstrak dalam bentuk yang lebih konkrit untuk subjek SDLB tunagrahita.
126
Pemaparan di atas menunjukkan bahwa penggunaan media gambar dapat meningkatkan operasional penjumlahan pada subjek tunagrahita kelas II
SDLB Negeri Jepon blora, media gambar dapat dijadikan prediktor yang baik terhadap peningkatan kemampuan operasional penjumlahan pada Bidang
Studi Matematika. F.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang dilakukan memiliki beberapa keterbatasan yaitu masih adanya faktor yang belum diperhitungkan dan mungkin dapat berpengaruh
terhadap hasil penelitian yang dilakukan. Faktor tersebut yaitu sebagai
berikut:
1. Media gambar Upin Ipin berpengaruh terhadap kemampuan
penjumlahan hanya ketika pembelajaran menggunakan media ini. Selain itu, media gambar Upin Ipin tidak mampu digunakan untuk
mengakomodir kebutuhan anak mengenai materi penjumlahan pada kehidupan sehari-hari.
2. Soal tes dibacakan oleh peneliti dikarenakan subjek sulit diinstruksikan
untuk membaca soal secara mandiri dengan alasan subjek belum dapat membaca dan memerlukan waktu yang lama. Berdasarkan pertimbangan
dan saran dari guru kelas, peneliti membacakan soal tes agar waktu penelitian lebih efektif dan dapat berjalan dengan lancar.
3. Dalam satu kelas terdiri dari 7 subjek sehingga subjek beberapa kali
sehingga kurang efektif untuk melakukan pembelajaran secara individual.
127