Instrumen Tes Instrumen Penelitian

73

2. Instrumen Observasi

a. Pengertian pedoman observasi Pedoman observasi berisi jenis kegiatan dan respon subjek yang muncul selama pengamatan dilakukan yaitu pada fase intervensi pada saat subjek mengerjakan tes atau tugas. Pedoman observasi berguna agar pengamatan terhadap subjek lebih tertata dan terprogram sehingga fokus pada aspek-aspek perilaku yang terlihat dan berkaitan dengan variabel penelitian. Instrumen pedoman observasi berfungsi sebagai instrumen pelengkap dan instrumen penguat dalam membuat kesimpulan. b. Langkah-langkah penyusunan pedoman observasi Penyusunan pedoman observasi berdasarkan pada aspek yang akan diamati pada perilaku subjek selama masa intervensi dilaksanakan yaitu penggunaan media gambar Upin Ipin terhadap kemampuan penjumlahan pada subjek Cerebral Palsy tipe spastik kelas III. 1 Mendefinisikan pengertian partisispasi subjek Partisipasi subjek dalam Pembelajaran Matematika materi konsep bilangan, nilai tempat bilangan dan penjumlahan dengan menggunakan media gambar Upin Ipin adalah keaktifan subjek selama proses pembelajaran. Aspek yang di amati adalah mengenal, memperhatikan dan mencoba menyelesaikan soal penjumlahan menggunakan media gambar Upin Ipin. 74 2 Menetapkan indikator instrumen partisipasi subjek a Mengenal media gambar Upin Ipin. b Mencoba menggunakan media gambar Upin Ipin. c Menirukan contoh peneliti menyelesaikan soal penjumlahan menggunakan media gambar Upin Ipin. d Subjek mencoba mengerjakan soal penjumlahan menggunakan media gambar Upin Ipin. e Subjek menjawab secara lisan dan tindakan soal yang telah dikerjakan. 3 Menetapkan butir partisipasi subjek 4 Menyusun kisi- kisi Tabel 4. Kisi- Kisi Pedoman Observasi Pengaruh Penggunaan Media Gambar Upin IpinTerhadap Kemampuan Penjumlahan Anak Cerebral PalsyKelas III di SLB N 1 Bantul Partisipasi subjek Indikator No butir Keaktifan subjek 1. Mengenal media gambar Upin Ipin 2. Menggunakan media gambar Upin Ipin 3. Menirukan contoh peneliti menyelesaikan soal penjumlahan menggunakan media gambar Upin Ipin 4. Subjek mengerjakan soal penjumlahan menggunakan media gambar Upin Ipin 5. Subjekmenjawab secara lisan soal yang telah dikerjakan 1 2 3 4 5 Jumlah butir 5 Kriteria pemberian skor: a. Mengenal media gambar Upin Ipin . Skor 3: Apabila subjek mampu mengenal media gambar Upin Ipin. Skor2 :Apabila subjek kurang mampu mengenal gambar Upin Ipin. Skor 1 : Apabila subjek tidak mampu mengenal gambar Upin Ipin. 75 b. Mencoba menggunakan media gambar Upin Ipin. Skor 3 : Apabila subjek mampu menggunakan media gambar Upin Ipin. Skor 2 : Apabila subjek kurang mampu menggunakan media gambar Upin Ipin Skor 1 : Apabila subjek tidak mampu menggunakan media gambar Upin Ipin. c. Menirukan contoh peneliti menyelesaikan soal penjumlahan menggunakan media gambar Upin Ipin. Skor 3 : Apabila subjek mampu menirukan contoh menyelesaikan soal penjumlahan menggunakan media gambar Upin Ipin. Skor 2 : Apabila subjek kurang mampu menirukan contoh menyelesaikan soal penjumlahan menggunakan media gambar Upin Ipin. Skor 1 : Apabila subjek tidak mampumenirukan contoh menyelesaikan soal penjumlahan menggunakan media gambar Upin Ipin. d. Subjek mencoba mengerjakan soal penjumlahan menggunakan media gambar Upin Ipin. Skor 3 : Apabila subjek mampu mengerjakan soal penjumlahan menggunakan media gambar Upin Ipin. Skor 2 : Apabila subjek kurang mampu mengerjakan soal penjumlahan menggunakan media gambar Upin Ipin. 76 Skor 1 : Apabila subjek tidak mampu mengerjakan soal penjumlahan menggunakan media gambar Upin Ipin. e. Subjek mencoba menjawab secara lisan dan tindakan soal tes penjumlahan Skor 3 : Apabila subjek mampu menjawab secara lisan soal penjumlahan. Skor 2 : Apabila subjek kurang mampu menjawab secara lisan soal penjumlahan. Skor 1 : Apabila subjek tidak mampu menjawab secara lisan soal penjumlahan. Hasil skor observasi partisipasi subjek di ubah menjadi nilai dengan menggunakan rumus: Keterangan: S: Nilai pencapaian hasil observasi partisipasi subjek yang ingin di ketahui R : Skor hasil observasi partisipasi subjek yang di peroleh N : Skor maksimum Tabel 5. Kriteria yang Digunakan dalam Menilai Partisipasi Subjek Tingkat penguasaan Nilai Huruf Kriteria 86-100 76-85 60-75 55-59 ≤ 54 A B C D TL Sangat Baik Baik Cukup Kurang Kurang sekali Ngalim Purwanto, 2012: 112 S = x 100 77

I. Validitas Instrumen

Suatu instrumen yang akan digunakan dalam penelitian tentunya harus melalui uji validitas untuk mengetahui valid tidaknya instrumen tersebut. Menurut Hamid Darmadi 2011: 87, “validitas berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen dalam melakukan fungsi ukurnya”. Menurut Suharsimi 2006: 168, validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesyahan sesuatu instrumen. Valid artinya suatu instrumen dapat digunakan untuk mengukur sesuatu yang akan diukur oleh peneliti. Validitas merupakan salah satu syarat dalam membuat instrumen. Menurut Sugiyono 2010: 121 validasi instrumen penting dilakukan agar alat ukur data dalam penelitian valid dan sesuai dengan ketepatan tujuan penelitian, valid berarti instrumen tersebut dapat mengukur data yang seharusnya diukur. Ronny Kountour 2004: 152 mengemukakan bahwa validasi data atau ketepatan alat ukur dalam meneliti dan memperoleh data dapat dengan menggunakan beberapa cara atau langkah-langkah. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan validitas isi. Pengujian validitas isi instrumen berbentuk tes dapat dilakukan dengan membandingkan antara kesesuaian isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan Sugiyono, 2009: 129. Uji validitas isi yaitu mengetahui suatu instrumen penelitian dengan logika atau penalaran, instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran dan sudah dirancang dengan baik sesuai dengan teori dan ketentuan yang berlaku. Instrumen tes dan observasi divalidasi

Dokumen yang terkait

PENGARUH TERAPI MUROTTAL TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANAK AUTIS DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI (SLBN) 1 BANTUL YOGYAKARTA

14 75 122

PENGARUH NEURO DEVELOPMENTAL TREATMENT TERHADAP KEMAMPUAN GROSS MOTOR BERDIRI ANAK CEREBRAL PALSY Pengaruh Neuro Developmental Treatment Terhadap Kemampuan Gross Motor Berdiri Anak Cerebral Palsy Spastik Diplegi.

0 4 12

PENGARUH AKTIVITAS KOLASE TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA SISWA CEREBRAL PALSY TIPE SPASTIK.

15 88 40

PENGARUH PERMAINAN ALAT MUSIK DRUM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK ANAK CEREBRAL PALSY TIPE SPASTIK DI SLB AZ-ZAKIYAH.

0 1 39

KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI ANAK CEREBRAL PALSY DI SDN TUNAS HARAPAN :Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastik di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif.

0 0 52

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRET TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL HURUF PADA SISWA CEREBRAL PALSY KELAS III DI SLB NEGERI 1 BANTUL.

0 0 138

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPAKAIAN MELALUI METODE DRILL PADA ANAK CEREBRAL PALSY DI SEKOLAH LUAR BIASA DAYA ANANDA.

1 6 222

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MELALUI TEKNIK LATIHAN GRAPHOMOTOR PADA ANAK CEREBRAL PALSY DI SEKOLAH LUAR BIASA DAYA ANANDA.

12 56 187

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BUKU KOMUNIKASI BERBASIS AUGMENTATIVE AND ALTERNATIVE COMMUNICATION (AAC) DALAM KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK AUTIS KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI 1 BANTUL.

0 14 161

KEEFEKTIFAN MEDIA FLASH CARD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA CEREBRAL PALSY TIPE SPASTIK KELAS III DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI I BANTUL.

52 396 253