Instrumen Observasi Instrumen Penelitian

77

I. Validitas Instrumen

Suatu instrumen yang akan digunakan dalam penelitian tentunya harus melalui uji validitas untuk mengetahui valid tidaknya instrumen tersebut. Menurut Hamid Darmadi 2011: 87, “validitas berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen dalam melakukan fungsi ukurnya”. Menurut Suharsimi 2006: 168, validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesyahan sesuatu instrumen. Valid artinya suatu instrumen dapat digunakan untuk mengukur sesuatu yang akan diukur oleh peneliti. Validitas merupakan salah satu syarat dalam membuat instrumen. Menurut Sugiyono 2010: 121 validasi instrumen penting dilakukan agar alat ukur data dalam penelitian valid dan sesuai dengan ketepatan tujuan penelitian, valid berarti instrumen tersebut dapat mengukur data yang seharusnya diukur. Ronny Kountour 2004: 152 mengemukakan bahwa validasi data atau ketepatan alat ukur dalam meneliti dan memperoleh data dapat dengan menggunakan beberapa cara atau langkah-langkah. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan validitas isi. Pengujian validitas isi instrumen berbentuk tes dapat dilakukan dengan membandingkan antara kesesuaian isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan Sugiyono, 2009: 129. Uji validitas isi yaitu mengetahui suatu instrumen penelitian dengan logika atau penalaran, instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran dan sudah dirancang dengan baik sesuai dengan teori dan ketentuan yang berlaku. Instrumen tes dan observasi divalidasi 78 menggunakan validasi isi melalui penilaian dari profesional, dalam penelitian ini yaitu guru kelas III di SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta. Cara validasinya yaitu melalui diskusi dan saran tertulis ataupun lisan mengenai isi dan kejelasan instrumen serta kerelevanan instrumen dengan materi pelajaran yang diajarkan di sekolah. Apabila instrumen telah divalidasi, maka selanjutnya instrumen di revisi berdasarkan saran, kritik dan pendapat dari validator. Pada media gambar Upin Ipin yang akan digunakan dalam pembelajaran penjumlahan akan divalidasi oleh pakar atau ahli yaitu guru kelas III di SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta.

J. Analisis Data

Analisis data merupakan tahap terakhir sebelum penarikan kesimpulan. Dalam penelitian eksperimen, analisis data pada umumnya menggunakan teknik statistik inferensial, sedangkan dengan subjek tunggal menggunakan statistik deskriptif juang Sunanto, dkk., 2006: 65. Sugiyono 2010: 207 menjelaskan bahwa statistik deskriptif merupakan statistik yang dipergunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. Dalam statistik deskripsi penyajian data dapat melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram, pengukuran tendensi dan perhitungan persentase.

1. Analisis Dalam Kondisi

Analisis data dalam penelitian eksperimen dengan subjek tunggal dilakukan dengan menggunakan analisis dalam kondisi. Juang Sunanto 79 2006: 68-72 menjelaskan analisis dalam kondisi yaitu analisis perubahan dalam suatu kondisi, misal kondisi baseline atau kondisi intervensi yang terdiri dari 1 Panjang kondisi, 2 Kecenderungan arah, 3 Tingkat stabilitas, 4 Tingkat perubahan, 5 Jejak data dan 6 Rentang. Berdasarkan pendapat di atas, maka peneliti menganalisis data penelitian dengan menggunakan analisis dalam kondisi yang meliputi: a. Panjang kondisi Pada tahap ini, peneliti menentukan banyaknya data suatu kondisi dalam penelitian ini yaitu data persentase keberhasilan subjek dalam menjawab tes penjumlahan dalam durasi 30 menit dari kondisi ketika baseline-I sebelum anak diberikan perlakuan menggunakan media gambar Upin Ipin, fase intervensi ketika anak diberikan perlakuan dengan menggunakan media gambar Upin Ipin serta pada baseline-II yaitu setelah anak diberikan perlakuan. b. Kecenderungan arah Peneliti menganalisis data dengan yang digambarkan oleh garis lurus dengan melintasi semua data dalam suatu kondisi dari baseline-I, intervensi dan baseline-II. Pada penelitian ini untuk mengetahui kecenderungan arah menggunakan metode belah tengah splite-middle yaitu membuat garis lurus yang membelah data dalam suatu kondisi yaitu kondisi baseline-I, intervensi atau baseline-II berdasarkan median data persentase keberhasilan menjawab soal penjumlahan dalam durasi tertentu disetiap kondisinya. 80 c. Tingkat stabilitas level stability Peneliti menganalisis tingkat kestabilan data dengan menghitung banyaknya persentase keberhasilan subjek dalam mengerjakan tes pemahaman selama durasi 30 menit yang berada di dalam rentang 50 di atas dan di bawah mean. Perhitungan data ini dilakukan pada kondisi baseline -I A1, intervensi B, maupun kondisi baseline-II A2. Apabila 50 atau lebih persentase keberhasilan berada dalam rentang 50 di atas dan di bawah mean, maka persentase keberhasilan yang diperoleh subjek dapat dikatakan stabil. d. Tingkat perubahan level change Pada tahap ini peneliti akan menunjukkan besarnya perubahan antara dua data dalam suatu kondisi yang merupakan selisih antara data pertama dengan yang terakhir. Data tersebut yaitu data persentase keberhasilan menjawab soal penjumlahan yang diperoleh baseline-I dikurangi dengan data yang diperoleh pada baseline-II. e. Jejak data data path Pada tahap ini menunjukkan perubahan data persentase keberhasilan menjawab soal penjumlahan dari satu data ke data lain dalam kondisi baseline-I , intervensi dan baseline-II yang dapat ditunjukkan dari tiga kemungkinan yaitu, menaik, menurun, dan mendatar. Perubahan data persentase keberhasilan menjawab tes penjumlahan dalam durasi 30 menit dapat digambarkan dengan menggunakan grafik sehingga memudahkan melihat adanya perubahan data yang terjadi, diharapkan 81 perubahan data menunjukkan data meningkat yang berarti subjek mampu melakukan penjumlahan secara tepat dengan menggunakan media gambar Upin Ipin. f. Rentang Peneliti menggambarkan dan mendeskripsikan adanya jarak antara data pertama dengan data terakhir yaitu data persentase keberhasilan menjawab soal pada fase baseline-I, intervensi dan baseline-II.

2. Analisis Antarkondisi

Analisis data antarkondisi terkait dengan komponen utama yang meliputi: a. Variabel yang di ubah Dalam analisis data antarkondisi sebaiknya variabel terikat difokuskan pada satu perilaku artinya analisis ditekankan pada efek atau pengaruh intervensi terhadap perilaku sasaran. b. Perubahan kecenderungan arah dan efeknya Dalam analisis data antarkondisi perubahan kecenderungan arah grafik antara kondisi baseline dan intervensi menunjukkan makna perubahan yang disebabkan oleh intervensi. c. Perubahan stabilitas dan efeknya Stabilitas data menunjukkan tingkat kestabilan perubahan dari sederetan data. Data dikatakan stabil apabila data tersebut menunjukkan arah mendatar, menaik atau menurun secara konsisten. d. Perubahan level data Perubahan level data menunjukkan seberapa besar data berubah. 82 e. Data yang tumpang tindih Data yang tumpang tindih antara kedua kondisi adalah terjadinya data yang sama pada kedua kondisi tersebut. Data yang tumpang tindih menunjukkan tidak adanya perubahan pada kedua kondisi dan semakin banyak data yang tumpang tindih semakin menguatkan dugaan tidak adanya perubahan dalam kedua kondisi. Data observasi atau pengamatan selama sesi intervensi yang merupakan data deskriptif, diharapkan dapat menjadi bukti penunjang dalam analisis data mengenai kemampuan penjumlahan dengan menggunakan media gambar Upin Ipin . Berdasarkan pada analisis data hasil tes dengan menggunakan analisis dalam kondisi dan analisis antarkondisi dengan ditunjang data hasil observasi, maka dapat diketahui adanya perubahan perilaku akademik pada subjek yaitu berupapersentase keberhasilan dan durasi dengan variabel terikat atau variabel yang diharapkan berubah dikarenakan adanya perlakuan yaitu kemampuan penjumlahan. Guna mengetahui perubahan perilaku tersebut, dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif yang penyajiandatanya melalui tabel, grafik, dan histogram.

Dokumen yang terkait

PENGARUH TERAPI MUROTTAL TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANAK AUTIS DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI (SLBN) 1 BANTUL YOGYAKARTA

14 75 122

PENGARUH NEURO DEVELOPMENTAL TREATMENT TERHADAP KEMAMPUAN GROSS MOTOR BERDIRI ANAK CEREBRAL PALSY Pengaruh Neuro Developmental Treatment Terhadap Kemampuan Gross Motor Berdiri Anak Cerebral Palsy Spastik Diplegi.

0 4 12

PENGARUH AKTIVITAS KOLASE TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA SISWA CEREBRAL PALSY TIPE SPASTIK.

15 88 40

PENGARUH PERMAINAN ALAT MUSIK DRUM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK ANAK CEREBRAL PALSY TIPE SPASTIK DI SLB AZ-ZAKIYAH.

0 1 39

KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI ANAK CEREBRAL PALSY DI SDN TUNAS HARAPAN :Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastik di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif.

0 0 52

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRET TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL HURUF PADA SISWA CEREBRAL PALSY KELAS III DI SLB NEGERI 1 BANTUL.

0 0 138

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPAKAIAN MELALUI METODE DRILL PADA ANAK CEREBRAL PALSY DI SEKOLAH LUAR BIASA DAYA ANANDA.

1 6 222

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MELALUI TEKNIK LATIHAN GRAPHOMOTOR PADA ANAK CEREBRAL PALSY DI SEKOLAH LUAR BIASA DAYA ANANDA.

12 56 187

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BUKU KOMUNIKASI BERBASIS AUGMENTATIVE AND ALTERNATIVE COMMUNICATION (AAC) DALAM KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK AUTIS KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI 1 BANTUL.

0 14 161

KEEFEKTIFAN MEDIA FLASH CARD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA CEREBRAL PALSY TIPE SPASTIK KELAS III DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI I BANTUL.

52 396 253