Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

5 Jawaban tersebut diperoleh dari penjumlahan semua angka yang terdapat dalam soal. Dari beberapa contoh di atas penjumlahan yang dilakukan subjek tersebut adalah angka dengan nilai puluhan ditambahkan dengan nilai satuan. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP kemampuan subjek kelas III Sekolah Dasar seharusnya sudah menguasai materi pecahan sederhana, akan tetapi kondisi di kelas III SLB N 1 Bantul Jurusan Tunadaksa subjek masih mempelajari penjumlahan dua angka atau penjumlahan sampai angka 90. Penjumlahan dua angka merupakan Kompetensi Dasar yang seharusnya telah dikuasai subjek pada kelas I semester II. Meskipun subjek belum menguasai kompetensi yang diajarkan tetapi subjek akan tetap naik kelas setiap tahunnya. Sistem kenaikan kelas di SLB N 1 Bantul adalah maju berkelanjutan. Artinya setiap tahunnya subjek akan naik kelas dengan kemampuan yang dimilikinya. Teknik yang digunakan oleh guru dalam materi penjumlahan kurang efektif apabila digunakan untuk melakukan operasi penjumlahan dua angka. Pada saat observasi di kelas III SLB N 1 Bantul jurusan Tunadaksa peneliti melihat bahwa subjek sedang menjawab soal penjumlahan dengan menghitung garis pada kertas sebanyak angka yang akan dijumlahkan. Untuk menjawab soal tersebut subjek harus menghitung IIIIIIIIIIII + IIIII=. Untuk menyelesaikan tugas dalam membuat garis lurus subjek akan membutuhkan waktu yang lama. Setelah subjek menulis semua bilangan dalam bentuk lurus, kemudian subjek menghitung garis lurus dari garis lurus pertama 12 dan dilanjutkan dengan menghitung garis lurus pada angka selanjutnya 5. Hasil 6 penjumlahan subjek benar yaitu 17. Akan tetapi, waktu yang diperlukan untuk menjawab satu soal penjumlahan sangatlah lama. Jika garis lurusnya hanya sedikit tentu subjek tidak mengalami kesulitan. Namun, apabila garis lurus terlalu banyak maka tidak jarang apabila subjek akan keliru ketika menghitung. Selain itu, ketika subjek sudah merasa lelah akibat membuat garis yang terlalu banyak, subjek tersebut menjadi malas untuk menghitung dan terkadang menjawab secara asal. Hal ini akan mengakibatkan kesalahan ketika subjek melakukan penjumlahan.Untuk penulisan turus seacra tepat sebenarnya bias membantu siswa untuk berhitung. Namun, turus tersebut seharusnya ditulis dengan IIII IIII II + IIII=. Berdasarkan hal tersebut, peneliti menggunakan media gambar Upin Ipin untuk memperbaiki konsep penjumlahan subjek. Pada penelitian ini difokuskan mengenai masalah rendahnya kemampuan penjumlahan pada siswa Cerebral Palsy tipe Spastik kelas III di SLB N 1 Bantul. Masalah ini diteliti karena dianggap penting untuk diatasi sebab penjumlahan erat kaitannya dengan kehidupan sehari- hari. Selain itu, penjumlahan merupakan kemampuan dasar yang harus dikuasai siswa, karena Pembelajaran Matematika merupakan pelajaran maju bersyarat. Dikatakan maju bersyarat karena apabila siswa belum menguasai kemampuan dasar maka siswa tersebut tidak dapat melanjutkan materi berikutnya. Permasalahan mengenai rendahnya kemampuan penjumlahan pada subjek yaitu siswa Cerebral Palsy tipe Spastik kelas III di SLB N 1 Bantul disebabkan karena subjek belum memahami konsep bilangan dan 7 penjumlahan. Pada penelitian ini penjumlahan dibatasi sampai penjumlahan dua angka dengan hasil penjumlahan paling besar adalah 20. Hal ini disesuaikan dengan kemampuan dan permasalahan yang dihadapi subjek. Adapun alternatif media yang digunakan adalah media gambar Upin Ipin. Melalui tokoh Upin Ipin yang diwujudkan dalam sebuah gambar subjek dapat belajar penjumlahan dengan senang dan lebih bersemangat serta lebih aktif. Tahapan penggunaan media gambar Upin Ipin sesuai dengan karakteristik tahap perkembangan subjek. Subjek merupakan siswa Cerebral Palsy yang disertai dengan hambatan intelektual. Menurut Bruner Sugihartono dkk, 2007: 112 menjelaskan bahwa salah satu tahap perkembangan anak adalah dengan ikonik yaitu dimana anak menyadari sesuatu secara mandiri melalui imej atau gambar yang konkret atau semi konkret bukan abstrak. Maka dari itu, dalam proses Pembelajaran Matematika di mulai dari kegiatan konkret melalui media gambar Upin Ipin dan dilanjutkan pada tahap simbolik menggunakan angka. Berdasarkan alasan tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian quasi eksperimen dengan subjek tunggal atau dikenal dengan Single Subject Research SSR yaitu menggunakan media gambar Upin Ipin terhadap kemampuan penjumlahan. Media yang digunakan belum mampu mewakili penyampaian materi penjumlahan dengan benar karena hanya menggunakan sempoa. Oleh karena itu, peneliti menggunakan media gambar Upin Ipin yang akan digunakan dalam proses pembelajaran pada aspek penjumlahan. Selain itu, media gambar Upin Ipin diharapkan dapat memberikan pengaruh 8 positif terhadap kemampuan penjumlahan sehingga memudahkan subjek untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya dengan materi ajar yang lebih kompleks mengenai penjumlahan. Penelitian mengenai penggunaan media gambar Upin Ipin penting dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media gambar Upin Ipin terhadap kemampuan penjumlahan padaanak Cerebral Palsy tipe spastik kelas III Sekolah Dasar di SLB 1 Bantul Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas diperoleh beberapa masalah yang dapat diidentifikasi, yaitu sebagai berikut : 1. Rendahnya kemampuan subjek dalam menjawab soal penjumlahan, disebabkan karena subjek belum menguasai konsep bilangan dan konsep penjumlahan. 2. Media pembelajaran yang digunakan oleh guru belum optimal, media yang digunakan belum dapat menyelesaikan permasalahan pada Pembelajaran Matematika. 3. Sekolah belum pernah menggunakan media gambar Upin Ipin dalam proses Pembelajaran Matematika. 4. Teknik penjumlahan yang digunakan oleh guru belum efektif. Subjek harusmenulis garis lurus sebanyak angka yang akan dijumlah. Kemudian, menghitung dari garis lurus yang mewakili angka pertama dilanjutkan garis lurus angka kedua. Teknik seperti ini akan 9 membutuhkan waktu yang cukup lama dan tidak jarang hasilnya akan salah karena subjek sudah lelah.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti memberikan batasan agar penelitian ini lebih spesifik. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah “Rendahnya kemampuan subjek dalam menjawab soal penjumlahan, disebabkan karena subjek belum menguasai konsep bilangan dan konsep penjumlahan serta Sekolah belum pernah menggunakan media gambar Upin Ipin dalam proses Pembelajaran Matematika di SLB N 1 Bantul”. Masalah ini penting diteliti karena penjumlahan merupakan dasar dari operasi hitung dalam Pembelajaran Matematika.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh penggunaan media gambar Upin Ipin terhadap kemampuan penjumlahan dalam Pembelajaran Matematika pada anak Cerebral Palsy tipe spastik kelas III di SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta?”.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media gambar Upin Ipin terhadap kemampuan penjumlahan dalam Pembelajaran Matematika pada anak Cerebral Palsy tipe spastik kelas III di SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta. 10

F. Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini dharapkan memberikan manfaat yang dapat digunakan secara teoritis dan praktis, yaitu: 1. Manfaat teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, terutama yang berhubungan dengan Mata Pelajaran Matematika pada aspek penjumlahan. Selain itu, untuk menambah kajian bahwa media gambar Upin Ipin dapat mempengaruhi kemampuan penjumlahan bagi anak Cerebral Palsy tipe spastik. 2. Manfaat praktis untuk subjek, guru dan sekolah a. Bagi subjek diharapkan dengan penelitian ini dapat memudahkan subjek memahami materi pembelajaran selanjutnya yang lebih kompleks mengenai penjumlahan. b. Bagi guru dengan penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif media pembelajaran untuk mengajarkan penjumlahan pada Pembelajaran Matematika kelas III di SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta. c. Bagi sekolah dapat digunakan sebagai penetapan kebijakan pelaksanaan kurikulum oleh guru atau peningkatan mutu pembelajaran dengan memanfaatkan media yang sesuai dengan karakteristik subjek. 11 d. Bagi peneliti dapat menambah wawasan mengenai kemampuan penjumlahan pada Mata Pelajaran Matematika dapat dipengaruhi oleh media gambar Upin Ipin.

G. Definisi Operasional

1. Media Gambar Upin Ipin

Media gambar Upin Ipin adalah gambar cetak tokoh kartun yang bernama Upin dan Ipin.Upin menggunakan baju kuning dengan lambang huruf U. Sedangkan Ipin menggunakan baju berwarna biru dengan lambang hufur I. Gambar kedua tokoh kartun tersebut dilapisi dengan plastik laminating agar lebih tebal dan mudah diambil. Media gambar Upin Ipin digunakan sebagai media bantu untuk mempermudah Pembelajaran Matematika pada materi konsep bilangan dan penjumlahan.Media gambar Upin Upin merupakan media semi konkret dari lambang bilangan. Dalam proses pembelajaran masing- masing gambar memiliki tugas, diantaranya sebagai berikut : a. Untuk menjelaskan konsep bilangan akan menggunakan media gambar Upin Ipin dan media kartu bilangan. Jadi, gambar Upin Ipin akan mewakili jumlah dari bilangan tersebut. b. Untuk menjelaskan konsep penjumlahan maka dapat dilakukan dengan menjumlahkan gambar yang sejenis apabila gambar pertama dengan menggunakan gambar Upin maka pada gambar kedua juga menggunakan gambar Upin dan sebaliknya. Hasil penjumlahan dibatasi pada angka 20. 12

2. Kemampuan Penjumlahan Anak Cerebral Palsy.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti, subjek dalam penelitian ini adalah kategori anak Cerebral Palsy tipe spastik yang disertai dengan hambatan intelektual. Hal tersebut dibuktikan dari tes IQ serta kemampuan subjek yang berada di bawah usia subjek. Usia subjek 12 tahun seharusnya sudah duduk di kelas IV atau V SD. Namun, kemampuan subjek masih setara dengan anak kelas I sehingga materi yang diberikan ketika pembelajaran adalah materi kelas I. Subjek sudah mampu mengenal konsep angka 1-20. Akan tetapi, subjek mengalami hambatan dalam konsep penjumlahan dikarenakan subjek belum memahami konsep nilai tempat bilangan. Penjumlahan yang dilakukan oleh subjek adalah penjumlahan 1-20 dengan cara menghitung jumlah dua bilangan. Bilangan yang dijumlah maksimal 17 dengan maksimal hasil penjumlahan adalah 20.

Dokumen yang terkait

PENGARUH TERAPI MUROTTAL TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANAK AUTIS DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI (SLBN) 1 BANTUL YOGYAKARTA

14 75 122

PENGARUH NEURO DEVELOPMENTAL TREATMENT TERHADAP KEMAMPUAN GROSS MOTOR BERDIRI ANAK CEREBRAL PALSY Pengaruh Neuro Developmental Treatment Terhadap Kemampuan Gross Motor Berdiri Anak Cerebral Palsy Spastik Diplegi.

0 4 12

PENGARUH AKTIVITAS KOLASE TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA SISWA CEREBRAL PALSY TIPE SPASTIK.

15 88 40

PENGARUH PERMAINAN ALAT MUSIK DRUM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK ANAK CEREBRAL PALSY TIPE SPASTIK DI SLB AZ-ZAKIYAH.

0 1 39

KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI ANAK CEREBRAL PALSY DI SDN TUNAS HARAPAN :Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastik di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif.

0 0 52

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRET TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL HURUF PADA SISWA CEREBRAL PALSY KELAS III DI SLB NEGERI 1 BANTUL.

0 0 138

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPAKAIAN MELALUI METODE DRILL PADA ANAK CEREBRAL PALSY DI SEKOLAH LUAR BIASA DAYA ANANDA.

1 6 222

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MELALUI TEKNIK LATIHAN GRAPHOMOTOR PADA ANAK CEREBRAL PALSY DI SEKOLAH LUAR BIASA DAYA ANANDA.

12 56 187

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BUKU KOMUNIKASI BERBASIS AUGMENTATIVE AND ALTERNATIVE COMMUNICATION (AAC) DALAM KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK AUTIS KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI 1 BANTUL.

0 14 161

KEEFEKTIFAN MEDIA FLASH CARD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA CEREBRAL PALSY TIPE SPASTIK KELAS III DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI I BANTUL.

52 396 253