Kaidah-kaidah Komposisi Pengertian dan Jenis Seni Lukis

60 Gambar 13. Lingkaran Warna

b. Kaidah-kaidah Komposisi

Ada beberapa kaidah komposisi yang perlu diperhatikan pembuatan sebuah karya lukis, yaitu sebagai berikut: 1. Kesatuan Unity Nilai kesatuan dapat dicapai dengan mengkomposisikan elemen-elemen yang memiliki karakter yang sama. Kesatuan dapat dirinci menjadi kesatuan antar warna, antar garis, antar bidang, kesatuan antar tekstur, kesatuan antar garis dengan warna, garis dengan tekstur, garis dengan bidang, warna dengan tekstur, bidang dengan tekstur, dan antar semua elemen. 2. Keseimbangan Balance Keseimbangan dalam karya seni rupa adalah keserasian bobot dari unsur- unsur seni rupa itu sendiri, artinya nilai dari sebuah karya seimbang, walaupun mungkin wujud dan jumlahnya tidak sama atau bahkan 61 bertentangan. Keseimbangan dalam karya seni rupa dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: keseimbangan simetris dan keseimbangan asimetris. Keseimbangan simetris merupakan keseimbangan antara dua sisi sama kuatnya, artinya antara sisi kanan dan sisi kiri dari sebuah karya seni rupa memiliki wujud dan jumlah yang sama kuatnya. Dengan kata lain, bagian yang satu merupakan cerminan bagian yang lainnya. Keseimbangan asimetris merupakan keseimbangan yang dicapai dengan menyerasikan bobot antar unsur yang bersebelahan, namun wujud dan jumlahnya tidak sama. Keseimbangan asimetris ini memberi kesan yang labil, dinamis, sehingga mempunyai kesan yang tidak membosankan. 3. Irama Rhythm Irama merupakan perubahan-perubahan warna dan bentuk secara teratur yang membawa perasaan hanyut di dalam perubahan-perubahan yang terjadi. Perubahan tersebut dapat juga terjadi karena adanya pengulangan. Menurut sifatnya, irama dapat dibedakan menjadi dua, yaitu irama monotone dan irama dinamis. Irama yang monotone terjadi karena adanya pengulangan wujud dan jumlah yang sama. Sedangkan irama yang dinamis dapat terjadi karena adanya pengulangan bentuk yang sangat variatif, sehingga dalam irama ini terjadi penekanan-penekanan, seperti keras-lunak, atau cepat-lambat. 4. Proporsi Proporsi merupakan hubungan-hubungan ukuran dari bagian-bagian dalam keseluruhan suatu bentuk atau objek, misalnya: proporsi manusia adalah 62 antara ukuran kepala dengan tinggi badan, lebar bahu, atau panjang batang tubuh torso. Proporsi digunakan untuk menciptakan keteraturan yang dapat membentuk standar keindahan dan kesempurnaan. Persoalan proporsi sangat berhubungan dengan ukuran atau dimensi anatar bagian yang satu dengan bagian yang lain dalam suatu karya seni. Hubungan proporsi ini misalnya mengenai warna, cahaya atau gelap terang, bentuk dan jumlah elemen- elemen seni rupa lainnya. 5. Pusat Perhatian Center of Interest Dalam komposisi seni diperlukan adanya pusat perhatian yang dapat memberikan aksentuasi yang disebut dengan dominasi dalam sebuah karya seni rupa. Dominasi dapat diciptakan melalui unsur utama yang didukung oleh dengan menampilkan unsur-unsur penunjang lainnya sehingga menghasilkan sesuatu yang kontras. 6. Keserasian Keserasian merupakan prinsip yang digunakan untuk menyatukan unsur- unsur rupa walaupun berasal dari berbagai bentuk yang berbeda. Adapun tujuan keserasian adalah untuk menciptakan keselarasan dan keharmonisan dari unsur-unsur yang berbeda, misalnya dalam warna terdapat keserasian yang bersifat karib analog dan keserasian kontras. Keserasian karib pada warna ditandai dengan mendampingkan warna merah, merah-kuning, oranye-kuning, dan oranye. Sedangkan keserasian kontras yaitu pertentangan komplementer yang bersifat ganda, kontras dan silang dalam lingkaran warna. 63 Demikian elemen-elemen seni lukis dan kaidah-kaidah komposisi yang ada dalam karya seni lukis, namun dalam kenyataan apabila sudah menjadi suatu bentuk karya seni lukis: elemen garis, warna dan tekstur bukan lagi sebagai elemen-elemen pisik tetapi mencerminkan ekspresi kejiwaan yang kuat bagi pembuat karya lukis tersebut. Berkenaan dengan pengolahan elemen-elemen dan kaidah komposisi sehingga merupakan tanda-tanda karya seni lukis yang bermutu, Kusnadi 1991: 18 menyebutkan: bahwa pengolahan elemen-elemen tersebut mencerminkan ekspresi kejiwaan yang kuat. Kadang-kadang lembut sampai immaterial, atau merupakan bahan-bahan kelahiran ekspresi kontrastik yang serba menyala, jelas dan dinamis, dalam membentuk imaji kreatif dari karya seni. Konstruk yang tidak merusak harmoni dengan kemampuan membawakan kehidupan. Kesan unik, luar biasa atau langka, merupakan tanda-tanda positif karya bermutu. Dengan demikian untuk menentukan hasil karya seni lukis yang baik dari peserta didiknya tentunya seorang pendidik dituntut memiliki kompetensi sebagai pendidik mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan pada Sekolah Dasar. Hal ini sesuai dengan PP 19 tahun 2005 tentang Standar Penilaian Pendidikan, yang menyebutkan bahwa pendidik mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan harus mempunyai kompetensi: menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan mencakup materi yang bersifat konsepsi, apresiasi, dan kreasirekreasi yang mendukung pelaksanaan pembelajaran seni budaya seni rupa, musik, tari, teater dan keterampilan PP 19 tahun 2005, sehingga diharapkan hasil penilaian yang dilakukan 64 pendidik memenuhi esensi yang dipersyaratkan pada penilaian karya seni anak. 2. Seni Lukis bagi Anak Usia Sekolah Dasar a. Seni Lukis sebagai Cerminan Isi Jiwa Mencermati lukisan anak dan cara mereka menggambarkan lingkungannya, dapat memberikan suatu pandangan tingkah laku dan apresiasi pertumbuhan dan perkembangan bervariasi yang dialami anak. Dengan lukisan anak dapat dibaca jiwa dan kehidupan anak-anak yang bersifat polos. Goresannya spontan dan bebas: miring kesana kemari. Penggunaan warna sesuai dengan suasana hatinya, sangat berani: merah kuning, biru, hitam dan seterusnya. Apa yang dituangkan dalam tema lukisannya adalah apa yang dilihatnya sesuai dengan lingkungan hidup yang nyata dan khayalnya, sesuai dengan “kacamata” anak. Dalam proses melukis, anak tidak ada rasa takut. Kegiatan seni di samping penting bagi perkembangan kognitif juga memberikan rangsangan bagi pertumbuhan persepsi, emosional, social, dam krativitas anak. Dengan kegiatan ini perlu diketahui apa yang dapat dikembangkan pada diri anak secara maksimal, karena lukisan anak itu sendiri mencerminkan segi kejiwaan anak. Peran pendidikan seni yang multi dimensional pada dasarnya dapat mengembangkan kemampuan dasar manusia, seprti fisik, perceptual, intelektual, emosional, social, kreativitas, dan estetik Lowenfeld, 1982. Demikian juga pada multiple intelegences gardner yang membagi karakteristik kecerdasan menjadi sembilan jalur yaitu: verballinguistic, interpersonal, visualspasial, logicalmathematical, naturalist, kecerdasan spiritual, yang dapat diterapkan pada 65 lukisan anak-anak. Dalam kegiatan melukis, akan terlihat keterlibatan segi kejiwaan anak sehingga mencerminkan kondisi kejiwaan anak. Emosi, dengan melukis anak mendapat kesempatan untuk menumbuhkan emosinya. Hal ini dapat dilihat bagaimana anak menggambarkan sesuatu yang menurutnya penting dan melibatkan emosinya. Apabila ia dekat dengan ibunya atau dengan temannya, sering ia tuangkan ke dalam gambarnya. Setiap perubahan situasi membutuhkan fleksibilitas berpikir, bersikap, dan berimajinasi. Dalam membimbing anak, perlu diciptakan kondisi yang melatih anak mampu menyesuaikan dirinya. Anak yang sulit menyesuaikan diri, akan senang menggambar apa yang telah dibuatnya sehingga terjadi pengulangan-pengulangan yang kurang melibatkan emosi. Intelektual, perkembangan intelektual dapat dilihat pada gambar anak. Sejauh mana ia menyadari lingkungannya. Dapat dilihat dari beberapa banyak pengetahuan tentang objek yang digambarkan dan hubungannya dengan lingkungannya. Semua ini merupakan indikator dari perkembangan intelektualnya. Seiring dengan kecerdasan visualspasial yang merupakan salah satu karakteristik jalur kecerdasan, cirinya adalah anak dapat memvisualisasikan imajinasi ke dalam kenyataan yang dituangkan dalam bentuk tulisan Jamaris, 2001. Perkembangan intelektual seiring dengan perkembangan usianya. Anak yang terlambat berkembang konsepsinya sesuai kemampuan usianya, dimungkinkan terlambat pula perkembangan intelektualnya. Persepsi, penanaman dan pertumbuhan indrawi merupakan bagian yang sangat penting dalam kegiatan seni. Kehidupan dan kemampuan untuk terus 66 belajar tergantung dari kualitas indrawi manusia. Perkembangan persepsi dapat didentifikasi melalui gambar yang dibuat anak. Observasi secara visual adalah kegiatan utama dalam seni rupa. Tujuannya untuk mengasah kepekaan rasa terhadap warna, bentuk, tekstur, dan ruang. Kepekaan tersebut dapat tercermin dari bagaimana anak menggunakan, menikmati, dan memberikan reaksi terhadap unsur visual tersebut. Anak yang jarang mendapat pengalaman persepsi akan memperlihatkan kemampuan yang rendah dalam melakukan observasi dan kesadaran akan suatu perbedaan kualitas visual benda. Oleh sebab itu penting memberikan kesempatan pada anak untuk mengasah kepekaan persepsinya. Sosial, pertumbuhan sosial anak dapat diketahui melalui gambar yang dibuatnya. Anak memiliki pengalaman dengan dirinya dan orang lain. Biasanya anak menggambarkan wujud yang paling dikenalnya yaitu bentuk orang. Mungkin orang tuanya, kakaknya, adiknya, temannya, atau situasi sosial lainnya. Hal ini menandakan usia dini telah memiliki kesadaran sosial. Estetik, sebagai dasar kegiatan seni dapat diartikan sebagai cara mengorganisasikan pikiran dan perasaan yang dijadikan suatu ekpresi dan komunikasi dengan orang lain. Organisasi garis, warna, bentuk, ruang, dan tekstur disebut seni rupa termasuk di dalamnya seni lukis. Dalam kegiatan seni, rasa estetik anak tumbuh secara alami. Hal itu dapat dilihat dari sensitivitas anak dalam mengorganisasikan unsur-unsur rupa menjadi suatu susunan yang terpadu secara spontan dan intuitif. Kreatif, pertumbuhan kreativitas segera terlihat begitu anak mulai dapat membuat goresan, dan menyusun sesuatu secara personal. Dalam gambar atau 67 lukisan anak, pertumbuhan kreatif dapat diidentifikasi melalui bagaimana karya itu dibuat secara imajinatif dan mandiri. Untuk menjadi kreatif, anak tidak harus terampil, tetapi memiliki suatu kebebasan dalam ekplorasi dan ekperimen bahan, serta menentukan tema. Dalam berkarya, jika dipaksa untuk membuat sesuatu yang tidak berhubungan dengan dirinya, anak akan mengalami kemandegan kebebasan kreatifnya. Mereka akan cenderung tergantung dan meniru pekerjaan orang lain.

b. Ciri Seni Lukis Anak