Rasional yang Mendasari Pentingnya Masalah

7 menjadi kendala dalam proses pembelajaran seni lukis anak. Merupakan dampak selanjutnya adalah tidak berfungsinya tujuan pendidikan seni budaya dan keterampilan dalam mengembangkan sensitivitas, kreativitas, ekspresi estetis, dan kreativitas peserta didik. Studi awal tersebut menggambarkan keadaan sesungguhnya di lapangan bagaimana guru-guru, khususnya pengajar seni lukis kesulitan menentukan kriteria penilaian seni lukis anak. Hal inilah yang melandasi penelitian ini untuk mengembangkan instrumen penilaian karya seni lukis anak, dengan harapan agar penilaian mendekati objektivitas. Hingga saat ini instrumen penilaian karya seni lukis anak yang telah teruji secara ilmiah yang dapat digunakan oleh guru sekolah dasar, khususnya di Indonesia, belum tersedia. Selama ini, guru seni lukis menggunakan instrumen penilaian yang disusun secara mandiri. Akibatnya, timbul perbedaan persepsi tentang instrumen penilaian seni lukis anak sekolah dasar antara guru yang satu dengan lainnya.

B. Rasional yang Mendasari Pentingnya Masalah

Memahami karya lukis anak, terutama dari hakekat seni, tentunya tidak adil apabila hanya dilihat dari segi tampilan karya tersebut. Tetapi, juga harus dilihat dari segi atau sisi anak-anak itu sendiri yang menghasilkan karya yaitu dengan menghayati kondisi kejiwaan anak, kehidupan anak, dan dunia anak-anak itu sendiri. Oleh karena itu masalah seni lukis anak tidak dapat dipisahkan dari tinjauan ilmu jiwa anak terutama dalam hal ini anak sekolah dasar. 8 Cara pandang atau apresiasi guru terhadap hasil karya lukis anak berbeda dengan karya lukis orang dewasa. Apalagi sampai pada suatu kesimpulan berupa penilaian yang dapat dipertanggungjawabkan. Kegiatan seni lukis anak memiliki wilayah tersendiri dan karenanya harus dilihat serta dinilai tersendiri Soesatyo, 1994a: 33. Untuk sampai pada penilaian karya lukis anak, seorang guru harus mempunyai pengetahuan dan kemampuan apresiasi yang tinggi terhadap karya tersebut sehingga dapat mengerti, menerima, dan menghargai yang didasari pengertian yang terkandung dalam karya. Di samping hal tersebut, seorang guru harus pula mempunyai wawasan yang luas dan dapat mengerti kelemahan dan kekurangan hasil karya lukis anak, sehingga hasil penilaiannya dapat dipertanggungjawabkan. Penilaian merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran. Penilaian bertujuan untuk mengetahui proses dan hasil belajar mengajar seni luksi anak. Untuk melakukan penilaian yang objektif diperlukan instrumen penilaian. Agar penyelenggaraan proses belajar mengajar di sekolah memperoleh hasil yang optimal hendaknya guru memiliki pengetahuan dalam menilai karya lukis anak, baik proses maupun hasilnya. Instrumen penilaian ini akan membantu guru dalam menilai karya lukis anak secara objektif, sehingga dapat memacu anak belajar seni lukis. Dalam pasal 28 ayat 3 butir a, PP 19 tahun 2005 disebutkan bahwa seorang pendidik harus mempunyai kompetensi pedagogik yakni kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan 9 pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi pedagogik mencakup kemampuan melaksanakan pembelajaran dan menilai proses dan hasil belajar peserta didik. Kegiatan penilaian memerlukan instrumen penilaian. Keberhasilan pendidikan seni tidak lepas dari peranan guru dalam menilai karya lukis anak. Penilaian yang dilakukan guru di sekolah saat ini belum menggunakan instrumen yang dapat dipertanggungjawabkan dilihat dari kriteria yang digunakan. Akibatnya, sering terjadi penilaian karya seni khususnya karya seni lukis anak tidak berpijak pada argumen yang tepat. Dalam berbagai kasus, guru tidak mampu menjelaskan kriteria yang digunakannya dalam memberikan nilai enam, atau tujuh atau delapan dalam menilai hasil belajar praktek seni lukis anak . Dengan demikian diperlukan suatu instrumen yang dapat diacu untuk menilai karya seni lukis anak, agar hasil penilaian lebih akuntabel. Dalam penilaian karya seni lukis anak perlu ditegaskan tidak adanya hal yang salah, keliru atau betul, sebab yang ada hanyalah tingkat kemampuan anak. Oleh karenanya faktor psikologis seperti dunia anak, kehidupan anak, dan kejiwaan anak perlu dipertimbangkan dalam menilai karya seni lukis anak. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, salah satu panduan penilaian yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan adalah panduan penilaian kelompok mata pelajaran estetika. Sistem penilaian kelompok mata pelajaran estetika harus memperhatikan esensi kelompok mata pelajaran itu sendiri. Hal ini dipertegas pada pasal 64 ayat 5 Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005 10 tentang Standar Nasional Pendidikan, bahwa “Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran estetika dilakukan melalui pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan ekspresi psikomotorik peserta didik”. Penegasan ini mengisyaratkan diperlukan cara penilaian yang bersifat khusus. Dengan cara demikian, penilaian tidak akan terjebak menjadi like and dislike karena menggunakan ukuran yang jelas. Hal inilah yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pendidikan seni Yahya, 2001: 15. Karena lukisan anak merupakan wujud ekspresi artistik, maka di dalamnya terdapat dimensi keindahan. Dengan demikian, penilaian terhadap seni lukis anak harus merupakan upaya untuk menunjukkan nilai-nilai artistik lukisan tersebut. Penilaiannya dapat diartikan sebagai upaya menentukan kadar keartistikan, apakah tinggi, sedang, atau rendah. Untuk menentukan kadar keartistikan suatu lukisan diperlukan ukuran atau kriteria tertentu. Kriteria tersebut akan memudahkan penikmat dalam mengevaluasi lukisan Yahya, 2001: 14. Dengan demikian untuk memudahkan pendidik dalam menilai karya lukis anak, diperlukan instrumen yang didalamnya terdapat kriteria yang telah ditetapkan lebih dahulu. Hal ini akan memudahkan pendidik untuk menilai karya seni lukis anak dengan membandingkan hasil karya dengan kriteria yang telah ditetapkan, sehingga hasil penilaian dapat objektif dan dapat dipertanggung jawabkan. 11

C. Rumusan Masalah