Pendekatan Pendidikan Seni Rupa yang dianut di Indonesia

39

b. Pendekatan Pendidikan Seni Rupa yang dianut di Indonesia

Diterapkannya pendidikan sistem di sekolah, sejalan dengan implementasi kurikulum tahun 1975, yang merupakan babakan baru dalam sejarah pendidikan seni rupa di Indonesia. Babakan baru tersebut menyangkut 2 hal pokok yakni: 1 penerapan “ pendekatan disiplin DBAE” dalam hal isi pembelajaran seni rupa; dan 2 penerapan “pendekatan sistem” dalam rancangan kegiatan pembelajaran seni rupa. 1 Penerapan pendekatan disiplin Seperti telah dikemukakan dimuka bahwa pendekatan disiplin mempunyai ciri adanya program pembelajaran yang sistematik dan berkelanjutan dalam empat bidang yaitu: bidang penciptaan, penikmatan, pemahaman, dan penilaian. Keempat bidang tersebut dijabarkan dalam mata ajaran dan tercermin dalam kurikulum meliputi, art production, art criticism, art history, and aesthetics Dobbs, 1992: 9. Keempat bidang tersebut tidak harus diajarkan secara terpisah tetapi diajarkan secara terpadu. Pada art production adalah suatu disiplin dalam hal penciptaan seni rupa, merupakan proses kreatif melalui pengolahan bermacam-macam materi untuk menciptakan efek visual yang diinginkan. Dalam hal ini banyak yang dapat dipelajari, dialami, dieksplorasi oleh anak, sedangkan art criticism adalah disiplin yang memfokuskan perhatian pada persepsi dan deskripsi untuk menjawab pertanyaan tentang apa yang diamati pada suatu karya seni rupa, untuk menjelaskan makna dari apa yang diamati adalah melalui kegiatan analisis dan penafsiran, dan penilaian merupakan gambaran untuk memperoleh kualitas karya seni rupa yang diamati. Art history adalah disiplin 40 yang memfokuskan perhatian pada peran seni rupa dan seniman dalam konteks social, politik dan budaya. Aesthetics adalah disiplin yang memfokuskan pada diskusi hakekat dan makna seni rupa, pengalaman keindahan dan sumbangannya terhadap kehidupan dan kebudayaan manusia. Dengan demikian pendekatan disiplin memandang kegiatan pembelajaran di sekolah seyogyanya tidak hanya menyangkut kegiatan berkarya seni rupa seperti melukis, mematung, mencetak, dsb., tetapi juga mencakup sejarah senirupa, kritik seni rupa, dan estetika. Dalam kurikulum tahun 1975, pandangan ini diakomodasi yang ditandai dengan meluasnya cakupan mata pelajaran seni rupa. Kurikulum selanjutnyapun yang muncul melanjutkan apa yang dimulai pada kurikulum tahun 1975 . Demikian pula dengan KTSP yang berlaku saat ini mengacu pada Standar Isi yang kandungannya mencerminkan kekomprehensifan isi sebagaimana yang diamanatkan oleh pendekatan disiplin. 2 Penerapan pendekatan sistem Dalam kurikulum 1975 dituntut diterapkannya pendekatan sistem dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Pendekatan sistem dalam terminologi Kurikulum 1975 dikenal sebagai PPSI. Menurut pendekatan sistem, kegiatan pembelajaran terdiri atas berbagai komponen yang satu sama lain terikat dalam satu sistem dengan tujuan sebagai komponen utama yang memberi arah pada komponen lainnya. Pendekatan sistem menuntut kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada tujuan yang telah dirumuskan terlebih dahulu. Tujuan inilah yang menjadi acuan seluruh kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru, termasuk kegiatan penilaian hasil belajar. Kegiatan pembelajaran yang 41 beroreintasi pada tujuan ini berlanjut pada kurikulum yang diperkenalkan kemudian. Dalam konteks KTSP, tujuan pembelajaran identik dengan kompetensi tertentu yang diharapkan untuk dicapai oleh anak dalam kegiatan pembelajaran. Penerapan pendekatan disiplin dalam pendidikan seni rupa di sekolah di Indonesia, sangat mempertimbangkan aspek psikologis anak sejalan dengan tumbuhnya kesadaran akan pentingnya menjadikan anak sebagai pusat perhatian guru dalam kegiatan pembelajaran. Sesuai tujuan pendekatan berbasis disiplin, agar anak memiliki pengetahuan, sikap, ketrampilan bidang seni rupa. Dalam hal ini pendekatan sistem merupakan kerangka acuan yang rasional dalam memadu komponen-komponen pembelajaran yang saling berkaitan. Misal komponen tujuan pembelajaran, komponen pelaksanaan pembelajaran, komponen evaluasi saling berkaitan. Tujuan pembelajaran menekankan kemampuan yang harus dikuasai oleh peserta didik yaitu: pengetahuan, sikap, dan ketrampilan bidang seni rupa meliputi: produksikarya seni, kritik seni, sejarah seni, dan estetika. Sedangkan metode pembelajarannya yang memungkinkan anak memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan seni adalah ceramah, peragaan, diskusi, dan praktek membuat karya seni rupa. Peranan pendidik dalam pendekatan ini dituntut dapat memberikan kemudahan bagi anak untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan seni rupa. Evaluasinya dilihat dalam konteks sejauhmana anak memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan seni rupa seperti yang dirumuskan pada tujuan pembelajaran. 42 Dengan demikian pada hakekatnya pendekatan berbasis disiplin pada pendidikan seni rupa membawa anak tidak hanya diberi kesempatan untuk berekspresi seni rupa, tetapi juga memberikan pembelajaran cara mempelajari bagaimana menikmati suatu karya seni rupa, bahkan mereka diberikan pula cara memahami konteks dari sebuah karya seni rupa dari berbagai masa. Hal ini diharapkan akan berdampak pada tumbuhnya rasa penghargaan terhadap keragaman karya-budaya yang dimulai dari lingkungannnya, sesuai dengan yang ada dalam Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan SKL-SP Sekolah Dasar antara lain: Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi di lingkungan sekitarnya.

B. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar

Anak usia sekolah dasar pada umumnya ada pada usia 6 sampai dengan 12 tahun. Pada rentang usia tersebut anak mengalami fase tertentu, yaitu masa usia sekolah dasar sering disebut juga sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Ditinjau dari sudut pandang psikologis masuk dalam kategori childhood, dimana anak mengalami masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju awal remaja. Menurut Piaget 1950: 45-49 ”pada masa itu adalah anak mengalami yang disebut dengan tahap operasi konkret concrete operations” dicirikan dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan- aturan tertentu yang logis. Anak sudah dapat berpikir lebih menyeluruh dengan melihat banyak unsur dalam waktu yang bersamaan. Pemikiran anak dalam