42 Dengan demikian pada hakekatnya pendekatan berbasis disiplin pada
pendidikan seni rupa membawa anak tidak hanya diberi kesempatan untuk berekspresi seni rupa, tetapi juga memberikan pembelajaran cara mempelajari
bagaimana menikmati suatu karya seni rupa, bahkan mereka diberikan pula cara memahami konteks dari sebuah karya seni rupa dari berbagai masa. Hal ini
diharapkan akan berdampak pada tumbuhnya rasa penghargaan terhadap keragaman karya-budaya yang dimulai dari lingkungannnya, sesuai dengan yang
ada dalam Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan SKL-SP Sekolah Dasar antara lain: Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan
golongan sosial ekonomi di lingkungan sekitarnya.
B. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar
Anak usia sekolah dasar pada umumnya ada pada usia 6 sampai dengan 12 tahun. Pada rentang usia tersebut anak mengalami fase tertentu, yaitu masa usia
sekolah dasar sering disebut juga sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Ditinjau dari sudut pandang psikologis masuk dalam kategori
childhood, dimana anak mengalami masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju awal remaja. Menurut Piaget 1950: 45-49 ”pada masa itu adalah anak
mengalami yang disebut dengan tahap operasi konkret concrete operations” dicirikan dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-
aturan tertentu yang logis. Anak sudah dapat berpikir lebih menyeluruh dengan melihat banyak unsur dalam waktu yang bersamaan. Pemikiran anak dalam
43 banyak hal sudah lebih teratur dan terarah karena sudah dapat berpikir seriasi,
klasifikasi dengan lebih baik, bahkan mengambil kesimpulan secara probabilitas. Secara umum pada usia sekolah dasar ini, dibagi menjadi tiga tahap, yaitu
tahap I pada usia 6-7 tahun, tahap ke II usia 8-9 tahun, dan tahap III pada usia 10- 12 tahun. Berikut ini karakteristik anak usia sekolah dasar pada setiap tahapnya,
namun demikian perlu diketahui adanya perbedaan tingkat kecepatan kematangan anak sangat dipengaruhi oleh kehidupan lingkungan sosial budaya masyarakatnya.
Menurut Brady 1991: 35-37 yang didukung beberapa ahli yang lain, mengemukakan ciri-ciri anak pada anak pada usia 6 dan 7 tahun sebagai berikut:
a anak beralih dari daya pikir anak yang bersifat imajinatif, ke cara berpikir tahap operasional konkret, hal ini juga didukung oleh Piaget yang
mengemukakan, bahwa anak mulai berpikir tentang perbedaan bahkan menentang dan bersikap hati-hati; b anak mulai mempunyai pengalaman pada tahap
kepandaian dan perasaan rendah diri; c menerima konsep secara benar baik berdasarkan hadiah dan persetujuan; d melanjutkan perkembangan pemerolehan
bahasa; e sudah mulai memisahkan antara fantasi dari realitas; f belajar berangkat dari persepsi dan pengalaman langsung; g mulai berpikir abstrak,
namun belajar lebih banyak terjadi berdasarkan pengalaman konkretnya; h lebih membutuhkan suatu pujian dan persetujuan dari orang dewasa; i menunjukkan
sensitivitas rasa dan sikap terhadap anak disekitarnya dan orang dewasa; j belajar berpartisipasi dalam suatu kelompok sebagai anggota; k mulai
menumbuhkan rasa keadilan dan menginginkan perasaan yang bebas dari orang
44 dewasa; l menunjukkan perilaku yang egosentris bahkan sering menuntut apa
yang menjadi keinginannya. Selanjutnya dikemukakan lagi oleh Brady 1991: 35-7 bahwa anak usia 8
dan 9 tahun: a pemfungsian tahap berpikir operasional konkret menurut Piaget, bahwa anak sudah mulai berpikir lebih fleksibel dan hati-hati; b Erickson
berpendapat bahwa anak mempunyai pengalaman pada tahap kepandaian dan perasaan rendah diri; c mulai menerima konsep yang benar berdasarkan aturan;
d memiliki perhatian dan penghormatan dari kelompok kini lebih penting; e mulai melihat sesuatu dengan sudut pandang orang lain bahkan sifat egosentris
sudah semakin berkurang; f mulai mengembangkan konsep dan hubungan spasial; g menghargai petualangan imaginatif; h mulai menunjukkan minat dan
keterampilan yang berbeda dengan kelompoknya; i mempunyai ketertarikan pada hobi bahkan koleksi yang lebih bervariasi; j adanya peningkatan
kemampuan mengutarakan sebuah ide ke dalam kata-kata; dan k sudah mulai membentuk persahabatan yang khusus dengan temannya.
Perkembangan anak pada usia 10 sampai 12 tahun: a pemfungsian tahap operasional konkret menurut Piaget, bahwa anak sudah dapat melihat hubungan
yang lebih abstrak; b anak mulai berpengalaman pada tahap kepandaian dan perasaan rendah diri; c dapat menerima masalah yang benar berdasarkan ke-fair-
an; d sudah mempunyai ketertarikan yang kuat dalam sebuah aktivitas sosial, e minat pada kelompok sudah lebih meningkat bahkan mencari kekariban dalam
sebuah kelompok; f mengadopsi orang lain menjadi model daripada orang tua; g mulai menunjukkan minat pada aktivitas yang khusus; h mulai mencari
45 persetujuan dan ingin mengesankan; i ingin menunjukkan kemampuan serta
kemauan untuk melihat sudut pandang orang lain; j mencari nilai-nilai; k menunjukkan adanya perbedaan di antara individu; l mempunyai citarasa
keadilan bahkan kepedulian terhadap orang lain; dan m memahami dan menerima adanya aturan berdasarkan perbedaan jenis kelamin.
Anak dalam usia 6 sampai 12 tahun memiliki karya seni rupa yang bersifat khas sebagai cerminan dari tingkat kemampuan dan kesenangannya. Pertumbuhan
dan perkembangan realitasnya tidak dapat dipisahkan. Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yaitu peningkatan ukuran struktur yang
mempengaruhi perkembangan intelektual dan mental anak. Perkembangan anak meliputi perkembangan fisik intelektual, emosional,
kreativitas, dan sosial. Berikut ini dibahas secara umum sisi perkembangan anak sekolah dasar secara singkat.
a. Perkembangan fisik dan motorik
Perkembangan fisik anak meliputi bertambah besar dan tingginya ukuran tubuh, bertambahnya berat badan, yang secara otomatis mempengaruhi
perkembangan fungsi-fungsi organ tubuh. Pada usia awal sekolah dasar anak-anak yang normal berada dalam masa yang energetic, yaitu mereka memiliki banyak
energi untuk memenuhi keinginan mereka terutama bermain yang mereka senangi, sehingga hampir tidak pernah terlihat kesan lelah pada fisik mereka.
Karena itu menurut Hurlock 1991: 150 melalui latihan yang berat anak dapat melepaskan tenaga yang tertahan dan membebaskan tubuh dari ketegangan,
46 kegelisahan, dan keputusasaan, kemudian mereka mengendurkan diri, baik secara
fisik maupun secara psikologis.
b. Perkembangan intelektual
Perkembangan intelektual dikenal dengan perkembangan intelegensi, kognisi, atau kecerdasan. Piaget merinci intelegensi dalam komponen isi apa
yang dipikirkan, struktur konsep atau pola pikir dan fungsi organisasi dan adaptasi. Anak usia 7-11 tahun sudah lebih mampu berpikir, belajar, mengingat,
dan berkomunikasi, karena proses kognitif mereka tidak terlalu egosentris lagi dan sudah lebih logis lagi. Piaget menamakan usia ini sebagai periode operasional
konkret, dimana anak-anak telah mampu menggunakan simbol-simbol untuk melakukan suatu operasi atau aktivitas mental, berlawanan dari aktivitas fisik
yang selama ini diterapkan untuk memecahkan masalah atau untuk berpikir. Anak-anak sudah belajar mengembangkan konsep berpikir sederhana, seperti
pemisahan, konversi, reversibility bolak-balik, identitas, kompensasi, klasifikasi, angka, dan lain-lain.
c. Perkembangan emosional
Emosionalitas seseorang mengalami perkembangan seiring bertambahnya usia, pendidikan, dan pengalaman hidup. Keterampilan emosional meliputi
aktivitas: mengidentifikasi dan memberi nama perasaan-perasaan, mengungkapkan peraaan, menilai intensitas perasaan, mengelola perasaan,
menunda pemuasan, mengendalikan dorongan hati, mengurangi stress, mengetahui perbedaan antara perasaan dan tindakan. Pada diri anak-anak ketika
kontrol emosionalnya masih labil dalam intensitas emosi yang tinggi, seringkali
47 mereka merasa tertekan secara emosional akibat perlakuan dan batasan-batasan
dari lingkungan mereka. Untuk itu aktivitas bermain yang menantang dan latihan- latihan yang berat dinilai dapat menjadi alat katarsis emosinya. Di sekolah
diselenggarakan bermain yang mendidik yang mencakup kegiatan olah raga, drama, senirupa, musik yang teratur dalam kurikulum.
d. Perkembangan kreativitas
Anak usia sekolah dasar dinamai dengan “usia kreatif” Hurlock, 1991: 147 atau masa “keemasan berekspresi kreatif” Herawati, 1999: 9, masa
berimajinasi tinggi dan masa bermain. Penelitian mengenai kreativitas menunjukkan bahwa bila anak-anak tidak dihalangi oleh rintangan-rintangan
lingkungannya, kritik, atau cemoohan orang dewasa atau orang lain mereka akan mengarahkan tenaganya ke dalam kegiatan-kegiatan kreatif. Suatu rentang
kehidupan dimana akan ditentukan apakah anak-anak menjadi konfomis atau mencipta karya yang baru dan orisinal. Perkembangan kreativitas peserta didik
dapat distimulasi dengan banyak cara, tetapi lingkungan yang tidak mendukung dapat menghambat bahkan merusak potensi kreatif peserta didik tersebut.
Perkembangan kreativitas peserta didik dapat diamati pada proses dan karya kreatif peserta didik.
Menurut Abdussalam 2005: 50-51 ada beberapa pilar kreativitas dan faktor yang mempengaruhi munculnya kepribadian seorang anak, lingkungannya,
kehidupan, dan cara pertumbuhannya yaitu: 1
Ada beberapa cara yang dilakukan anak-anak kecil untuk mengungkapkan pemikirannya yang beragam. Sebagai contoh, kreativitas itu muncul melalui
48 beberapa perantara atau gambaran-gambaran akal, atau melalui aktivitas seni,
baik yang berupa aktivitas melukis, mewarnai, membentuk, musik, permainan, dan gerakan.
2 Menikmati pengalaman-pengalaman, dan aktivitas yang berbeda-beda itu
merupakan sesuatu yang penting dan pilar yang besar dalam membentuk kreativitas pada diri anak
3 Permulaan kreativitas itu ditandai dengan perolehan beberapa hal, dan
produksi bentuk-bentuk yang baru, serta kemampuan untuk menyelesaikan sebagian permasalahan atau perlawanan ditengah-tengah beraktivitas.
4 Permainan anak-anak merupakan pilar pemikiran kreatif yang paling penting.
Pada masa anak-anak ini, kita mendapati seorang anak itu dapat berbicara, bermain, bertanya, mencontoh, menirukan, mengikuti, berbohong, bercanda,
bersukaria, bernyanyi, menemukan dan menghasikan sesuatu, berkhayal, melukis, dan membaca.
Menurut Torrance 1981 mengembangkan kreativitas melalui dua kegiatan yaitu kegiatan verbal dan figural. Kegiatan verbal adalah pengembangan
kreativitas dengan menyatakan ide melalui kata-kata; penekanannya adalah pada rasa ingin tahu, pengembangan alternatif, menjelajahi tentang hal-hal yang unik
dan belum pernah dibuat orang lain. Sedangkan kegiatan figural adalah pengembangan visual “ visual thinking” yaitu melalui bentuk dan garis. Imajinasi
dituntun untuk berkembang melalui rangsang bentuk-bentuk dan struktur garis yang dikembangkan menjadi suatu bentuk yang dapat dikenali dan unik. Dalam
kegiatan ini, beberapa aspek dari kreativitas dirangsang seperti kemampuan untuk
49 memecahkan ide sebanyak mungkin, kemampua untuk mengkombinasikan,
melengkapi dan memperjelas sesuatu. Pengembangan kreativitas melalui rangsangan verbal terdiri dari beberapa jenis yaitu:
a. Ask and Guess Activity; kegiatan ini bertujuan mengembangkan rasa
keingintahuan tentang kemungkinan-kemungkinan serta kemampuan untuk memformulasikan hipotesa. Misalnya dalam melihat sebuah
gambar, dicari sesuatu yang tidak terdapat dalam gambar. b.
Product Improvement Activity; kegiatan yang memberi kesempatan untuk mengembangkan ide-ide dari sesuatu yang telah ada, misalnya sebuah
mainan anak-anak, kegiatan yang dilakukan adalah apa yang bisa dibuat atau dikembangkan berdasarkan rangsangan visual dari mainan tersebut.
c. Usulan Uses Activity; kegiatan yang bertujuan untuk membeberkan pikiran
dari sesuatu yang telah mapan, misalnya berpikir tentang apa yang dapat digunakan terhadap sebuah kaleng susu selain untuk tempat susu.
d. Usulan Quesstion Activity; kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan
berbagai macam rspon dari suatu pertanyaan yang tidak biasa, misalnya kenapa Tuhan memilih buah apel untuk menggoda Siti Hawa.
e. Just Suppose Activity; kegiatan ini bertujuan mengembangkan fantasi yang
tinggi dengan memberikan suatu gambaran atau ilustrasi yang mustahil dapat terjadi.
Berbeda dengan pengembangan ide secara verbal, pengembangan ide secara figural ada tiga macam yakni:
50 a.
Picture Construction Activity, kegiatan ini dimaksudkan mengembangkan kemampuan dalam menemukan sesuatu yang belum memiliki maksud
yang jelas dalam suatu rangsang visual. Hal ini dapat dilakukan dengan menambah elaborasi sehingga diketemukan cara pemecahan masalahnya.
Misalnya diberikan rangsangan visual berbentuk buah, kemudian bentuk tersebut dikembangkan menjadi bentuk yang lengkap dan menceritakan
sesuatu secara visual. b.
Incomplete Figure Activity; kegaitan ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan untuk membuat struktur dan kesatuan, menciptakan
ketegangan mental untuk keluar dari permasalahan dengan melengkapi gambar melalui cara yang sederhana dan semudah mungkin. Untuk
mendapatkan respon yang orisinal ketegangan emosi harus terkontrol. Biasanya ada sepuluh bentuk yang tak lengkap untuk disempurnakan
dalam waktu yang terbatas. c.
Repeated Figure Activity; kegiatan ini mirip dengan Incomplete Figure Activity, hanya saja kegiatan ini dikembangkan dari satu jenis unsur
sebagai rangsang pengembang ide. Dalam hal ini yang dikembangkan adalah kemampuan membuat variasi dari sebuah jenis rangsang visual,
misalnya bentuk lingkaran, garis sejajar dalam jumlah tertentu dan juga dalam gerakan terbatas.
e. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial adalah perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengaqn tuntutan sosial atau menjadi orang yang mampu bermasyarakat.
51 Walaupun pada dasarnya setiap manusia adalah makhluk sosial, tetapi untuk
menjadi pribadi yang sosial mereka harus belajar dalam waktu yang tidak singkat. Mereka harus melalui paling tidak tiga proses sosialisasi seperti yang
diungkapkan Hurlock 1991: 250 antara lain: belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial, memainkan peran sosial yang dapat diterima, dan
perkembangan sikap sosial. Keberhasilan sosial tidak ditentukan semata-mata karena keunggulan intelektual, banyak orang yang berhasil dalam perkembangan
intelektual tetapi tidak berhasil lam perkembangan sosialnya. Pada anak usia sekolah dasar, anak semakin senang berada bersama-sama
dengan kelompok-kelompok kecil anak-anak umur sebaya. Mereka tidak begitu bergairah lagi bepergian bersama orang tuanya, mulai tertarik pada permainan
kelompok, anak menetapkan kriteria baru, di samping kriteria alam, untuk memilih teman bermain.
Berdasarkan karakteristik tingkat perkembangan tersebut di atas dan sesuai dengan tujuan pendidikan sekolah dasar, maka pendidikan seni di SD lebih
menekankan pada pengembangan kemampuan dasar anak dalam mengolah kemampuan mental dan kesiapan belajar. Penekanan pengolahan seni di SD
terletak pada kegiatan bermain. Bentuk pengolahan kesadaran perseptual, pikir, rasa dan cipta, karsa dan karya dilakukan dalam permainan melalui medium rupa,
bunyi dan gerak. Penekanan kegiatan seni lebih pada ekspresi diri, pengolahan imajinasi dan kreasi.
52
C. Pembelajaran Seni Lukis di Sekolah Dasar