Perjuangan Menghadapi Agresi Militer II Belanda

71 Usaha Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia daerah di luar kota. Siasat perang Panglima Sudirman ini dikenal dengan siasat perang gerilya. Dalam menghadapi agresi kedua Belanda ini TNI mendapat bantuan dari rakyat, para pelajar, dan mahasiswa. Mereka membentuk kesatuan-kesatuan seperti T P Tentara Pelajar, TRIP Tentara Republik Indonesia Pelajar, TGP Tentara Genie Pelajar. Mereka berlatih kemiliteran, berlatih perang untuk bergabung dengan TNI dan berjuang bersama-sama rakyat mengusir penjajah. Kesatuan-kesatuan tentara pelajar dan mahasiswa ini kemudian bergabung dalam Brigade 17 TNI.

10. Serangan Umum 1 Maret 1949

Agresi Militer Belanda sempat membuat kesatuan TNI dan kekuatan bersenjata lainnya terpencar-pencar dan tidak terkoordinasi dengan baik. Namun melalui jaringan komunikasi yang ada, para pejuang akhirnya dapat kembali melakukan koordinasi dan komunikasi. Komunikasi yang terjalin tidak hanya sebatas antara pejuang di Jawa atau di Sumatera saja, namun juga antara Jawa-Sumatera atau sebaliknya. Adapun contoh-contohnya adalah sebagai berikut : a. Pada tanggal 29 Januari 1949 Kolonel T.B. Simatupang di Jawa Tengah mengirim telegram kepada Ketua Pemerintah Darurat Republik In- donesia PDRI Syafruddin Prawiranegara di Sumatera Barat. b. Pada tanggal 12 Februari 1949 Kolonel A.H. Nasution selaku Panglima Komando Jawa, melalui telegram berhasil melaporkan tentang koordinasi antara sipil dan militer dalam Komisariat Pemerintah Pusat di Jawa KPPD. c. Pada tanggal 17 Februari 1949, Menteri Kemakmuran I.J. Kasimo mengirim telegram ke Sumatera berisi laporan tentang perkembangan pemerintahan di Jawa sejak dikuasainya Yogyakarta oleh Belanda. Bacalah buku biografi salah satu tokoh penting dalam mempertahankan kemerdekaan yang terdapat di perpustakaan sekolah kalian. Rangkumlah riwayat hidup tokoh tersebut pada selembar kertas dan uraikan nilai-nilai kepahlawanan yang dapat kalian tauladani dalam kehidupan para tokoh tersebut di depan kelas. Selanjutnya, kumpulkan tugasmu untuk dinilai guru. Cakap Ilmu 72 IPS Terpadu 9 untuk Kelas IX Bersamaan dengan upaya konsolidasi nasional di bawah PDRI, TNI sendiri juga menyusun suatu strategi guna melakukan serangan balik terhadap posisi militer Belanda, sesuai dengan Surat Perintah Siasat No.1. TNI terus bergerilya sehingga Belanda terpaksa memperbanyak pos-pos penjagaan dan pengawasan sepanjang jalan besar yang menghubungkan kota-kota yang telah didudukinya. Strategi TNI ini menjadikan Belanda hanya mampu menguasai daerah pendudukannya pada siang hari saja. Dalam kondisi seperti ini kemudian muncul ide untuk melakukan serangan umum terhadap posisi Belanda di kota Yogyakarta. Sesuai dengan Surat Perintah Siasat No. 1, setiap komandan TNI diberi kebebasan untuk menentukan waktu yang tepat dalam melakukan serangan, termasuk serangan umum sekaligus bertanggung jawab dalam pembentukan daerah-daerah pertahanan yang disebut Wehrkreise. Serangan umum ditetapkan pada tanggal 1 Maret 1949 di bawah pimpinan Letkol. Soeharto. Ia adalah Komandan Brigade 10 dan Komandan Gerilya di daerah Wehrkreise III Yogyakarta. Tindakan yang diambil Letkol Soeharto sebelum memimpin Serangan Umum adalah sebagai berikut : a. Melakukan komunikasi dan koordinasi dengan Sri Sultan Hamengkubuwono IX. b. Memerintahkan beberapa kesatuannya untuk menyusup ke kota Yogyakarta. Untuk mempermudah koordinasi penyerangan, maka wilayah serangan dibagi menjadi lima sektor sebagai berikut : a. sektor barat dipimpin Letkol. Ventje Sumual, b. sektor selatan dan timur dipimpin oleh Mayor Sarjono, c. sektor utara dipimpin Mayor Kusno d. sektor kota dipimpin oleh Kapten Amir Murtono dan Letnan Marsudi. Belanda yang tidak menduga akan mendapat serangan tidak sempat melakukan koordinasi untuk menahan serangan. Dalam waktu yang singkat TNI berhasil memukul semua posisi pasukan Belanda. Serangan Umum ini akhirnya berhasil menduduki Yogyakarta selama enam jam. Pada tanggal 2 Maret 1949 keesokan harinya peristiwa Serangan Umum 1 Maret dilaporkan oleh R. Sumardi ke pemerintah PDRI di Bukittinggi melalui