Situasi Politik di Indonesia Menjelang Dekrit Presiden 5 Juli 1959

96 IPS Terpadu 9 untuk Kelas IX Kabinet Ali II menghadapi berbagai masalah serius, sebagai berikut : a. Banyaknya tuntutan dan protes yang dilancarkan oleh pihak militer di daerah-daerah. b. Terbentuknya dewan-dewan daerah yang menunjukkan bahwa para pemimpin militer daerah itu mulai berani menentang pusat. c. Perkembangan di Sumatera yang menimbulkan keguncangan dalam Kabinet Ali II, yaitu mundurnya Menteri Urusan Veteran, Dahlan Ibrahim yang berasal dari Minangkabau. d. Terjadinya pemberontakan PRRI dan Permesta. e. Terjadinya percobaan kudeta dari militer yang digerakkan oleh Zulkifli Lubis. Dalam situasi demikian, Masyumi menghendaki dibentuknya kabinet darurat di bawah pimpinan Hatta. Namun, hal ini ditentang oleh PNI, NU dan partai-partai kecil pendukung Kabinet Ali II. Apa akibatnya? Pada tanggal 9 Januari 1957 Masyumi menarik menteri-menterinya dari Kabinet. Permasalahan ini membuat pusat tidak dapat bertindak tegas terhadap daerah-daerah yang melancarkan berbagai tuntutan. Hal ini mendorong Presiden Sukarno untuk mengemukakan gagasannya yang menandakan ketidakpuasannya terhadap sistem kabinet parlementer pada zaman demokrasi liberal itu. Pada tanggal 21 Februari 1957 Presiden Sukarno mengemukakan konsepnya yang terkenal sebagai “Konsepsi Presiden”. Isi Konsepsi Presiden tersebut sebagai berikut : a. Sistem demokrasi parlementer ala Barat tidak sesuai dengan kepribadian Indonesia, sehingga harus diganti dengan sistem Demokrasi Terpimpin. b. Untuk pelaksanaan sistem Demokrasi Terpimpin perlu dibentuk suatu Kabinet Gotong Royong yang anggotanya terdiri dari semua partai dan organisasi berdasarkan perimbangan kekuatan yang ada dalam masyarakat. c. Perlu dibentuk “Kabinet Kaki Empat” yang mengandung arti bahwa keempat partai besar, yakni PNI, Masyumi, NU dan PKI turut serta di dalamnya untuk menciptakan kegotongroyongan nasional. d. Pembentukan Dewan Nasional yang terdiri dari golongan-golongan fungsional dalam masyarakat. Tugas utama Dewan Nasional adalah memberikan nasehat kepada Kabinet, baik diminta maupun tidak diminta. Dengan Demokrasi Terpimpin, segenap rakyat diharapkan dapat memperoleh saluran untuk ikut menentukan jalannya negara. Namun, Konsepsi Presiden ini menimbulkan tanggapan pro dan kontra sebagai berikut. a. Pada tanggal 2 Maret 1957 Masyumi, NU, PSII, Partai Katolik, dan PRI Bung Tomo menolak Konsepsi Presiden itu. b. Atas desakan presiden dan militer Ali Sastroamijoyo menandatangani negara dalam kondisi darurat SOB sehingga presiden dapat lebih leluasa menjalankan konsepsinya. Keadaan darurat tersebut kemudian ditingkatkan menjadi bahaya dalam keadaan perang pada tanggal 17 Desember 1957.