Gerakan 30 SeptemberPKI Gerakan G 30 S PKI 1965

328 IPS Terpadu 9 untuk Kelas IX Sedangkan perwira tinggi lainnya diculik dan disiksa dengan kejam lalu dicampakkan ke dalam sumur di Lubang Buaya. Jendral Abdul Haris Nasution, pada waktu itu Menteri Kompartemen HankamKasab yang menjadi sasaran utama pembunuhan berhasil meloloskan diri dari usaha penculikan, tetapi putri beliau Ade Irma Suryani Nasution tewas akibat tembakan para penculik. Letnan Satu Pierre Andreas Tendean, ajudan A. H. Nasution diculik dan dibunuh di Lubang Buaya. Gugur pula Brigadir Polisi Karel Satsuit Tubun Pengawal rumah Wakil Perdana Menteri II Dr. J. Leimena yang rumahnya berdampingan dengan rumah Jendral A. H. Nasution. Hari Jumat pagi, tanggal 1 Oktober 1965, “Gerakan 30 September” telah berhasil menguasai dua buah sarana komunikasi yang vital, yaitu studio RRI Pusat di Jalan Merdeka Barat dan Kantor PN Telekomunikasi yang terletak di Jalan Merdeka Selatan Jakarta. Melalui RRI, pada pagi itu pukul 07.20 dan diulang pada pukul 08.15, disiarkan pengumuman tentang Gerakan 30 September. Diumumkan antara lain bahwa Gerakan ditujukan kepada “jendral-jendral anggota Dewan Jendral yang akan mengadakan kudeta terhadap pemerintah”. Pada pukul 13.00 PKI menyiarkan dekrit tentang pembentukan Dewan Revolusi di pusat dan daerah-daerah serta pendemisioneran Kabinet Dwikora. Disebutkan bahwa Dewan Revolusi adalah sumber segala kekuasaan dalam Negara Republik Indonesia. Pada pukul 14.00, Gerakan tersebut menyampaikan pengumuman mengenai susunan Dewan Revolusi yang terdiri dari 45 orang. Ketua Letkol. Untung dengan wakil-wakil ketua Brigadir Jendral Suparjo, Letnan Kolonel Udara Heru, Kolonel Laut Sunardi, dan Ajun Komisaris Besar Polisi Anwas. Pemberontakan G30 SPKI tidak hanya terjadi di Jakarta, tetapi juga terjadi di berbagai daerah, yaitu : a. Di Yogyakarta, dibentuk Dewan Revolusi yang diumumkan melalui RRI pada tanggal 1 Oktober 1965. Dewan Revolusi di Yogyakara diketuai Mayor Mulyono, Kepala Seksi Teritorial Korem 072Yogyakarta. Komandan Korem 072, Kolonel Katamso dan Kepala Staf Korem 072 Letkol. Sugiyono, masing-masing diculik dari rumah dan Markas Korem 072 sore hari tanggal 1 Oktober 1965. Mereka dibunuh di desa Kentungan, sebelah utara Yogyakarta. b. Di Semarang, Kolonel Sahirman, Asisten Intelejen KodamVII Diponegoro, setelah dapat menguasai sudio RRI Semarang mengumumkan pembentukan “Gerakan 30 September Daerah” yang dipimpinnya sendiri. c. Di Solo, gerakan dilakukan oleh beberapa perwira dan anggota-anggota Brigade Infanteri VI dengan melalui RRI Solo mengumumkan dukungan terhadap Gerakan 30 September. Kemudian Wali Kota Solo, Oetomo Ramelan, seorang tokoh PKI, atas nama Front Nasional Solo menyiarkan pula dukungannya terhadap Gerakan 30 September. Peristiwa Tragedi Nasional 329 d. Di Wonogiri, ibu kota sebuah kabupaten yang terletak di sebelah selatan Solo, dibentuk Dewan Revolusi Daerah Wonogiri yang diketuai oleh Bupati Wonogiri, seorang tokoh PKI dengan dukungan Komandan Distrik Militer setempat.

4. Penumpasan terhadap G30 SPKI

Negara dalam keadaan gawat, sementara keberadaan dan nasib Menpangad tidak diketahui, maka pimpinan Angkatan Darat diambil alih oleh Panglima Kostrad Mayjen Suharto. Pada waktu ini pimpinan Angkatan Darat lumpuh berkenaan dengan penculikan-penculikan dan pembunuhan- pembunuhan oleh Gerakan 30 September. Setelah berhasil menghimpun pasukan yang setia kepada pemerintah, operasi penumpasan G30 SPKI segera dilakukan. Mayjen Suharto kemudian memerintahkan kepada Kolonel Sarwo Edi Wibowo sebagai pimpinan RPKAD Resimen Para Komando Angkatan Darat untuk segera merebut kembali RRI dan kantor pusat telekomunikasi yang dikuasai PKI. Operasi militer dimulai pada sore hari tanggal 1 Oktober 1965, sekitar pukul 19.00. Akhirnya tanpa mengalami perlawanan yang berarti kurang lebih dalam waktu 20 menit, RRI, dan kantor pusat telekomunikasi berhasil direbut kembali. Setelah berhasil merebut RRI, Mayjen Suharto menyampaikan pengumuman lewat RRI tersebut, sebagai berikut : a. Telah terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh PKI dengan G30S-nya b. Presiden dan Menko HankamKasab dalam keadaan aman dan sehat. c. Rakyat dianjurkan untuk tetap tenang dan waspada. Selanjutnya pada tanggal 2 Oktober pukul 15.00, pasukan RPKAD dan Bata lyon 328 Para Kujang bergerak ke Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma. Pangkalan Udara tersebut dapat dikuasai kembali tanpa kesulitan, kecuali suatu perlawanan kecil oleh Batalyon 454Para Diponegoro. Tindakan selanjutnya adalah berusaha mencari jenazah para pimpinan TNI Angkatan Darat yang telah diculik dan dibunuh oleh G30 S. Atas petunjuk seorang anggota polisi yang bernama Sukitman, yang juga ditawan tetapi berhasil meloloskan diri, jenazah para pimpinan TNI Angkatan Darat tersebut berhasil ditemukan pada lubang sumur tua di daerah Lubang Buaya,yang bergaris tengah kurang dari satu meter dengan kedalaman 12 meter. Pengambilan dilakukan oleh anggota-anggota RPKAD dan KKO-AL Sekarang Korp Marinir TNI AL dengan menggunakan peralatan khusus. Cakap Ilmu Apakah yang kalian ketahui tentang ideologi komunis? Apakah perbedaan antara ideologi komunis dengan ideologi lainnya? Carilah keterangan mengenai hal tersebut dari berbagai sumber. Tulislah kesimpulan kegiatanmu dalam buku kerjamu untuk dikumpulkan pada guru. Sebelumnya bandingkan kesimpulan tugasmu dengan hasil tugas temanmu. 330 IPS Terpadu 9 untuk Kelas IX Cakap Ilmu 1. Buatlah Kliping tentang tentang peristiwa G 30 SPKI 2. Untuk keperluan itu, kamu dapat mencari sumber-sumber dari buku, majalah, surat kabar atau internet. 3 Berikan ulasanmu mengenai peristiwa tersebut 4. Hasilnya serahkan kepada gurumu Karena mengalami kesulitan atas tempat penemuan jenazah, pengambilan yang dimulai tanggal 3 Oktober baru berhasil diselesaikan pada tanggal 4 Oktober 1965. Seperti halnya di Jakarta, gerakan-gerakan perebutan kekuasaan di Jawa Tengah dapat dipatahkan oleh kesatuan-kesatuan ABRI yang setia kepada Pancasila yang dipimpin oleh PangdamVIIDiponegoro Brigadir Jendral Suryosumpeno, sekalipun penumpasannya tidak secepat di Jakarta karena Jawa Tengah memang merupakan basis PKI yang terkuat. Pengacauan, sabotase, dan teror oleh massa PKI berlangsung terutama di daerah Solo, Klaten, dan Boyolali. Kegiatan-kegiatan serupa dilakukan pula di berbagai daerah di Jawa Timur dan Bali. Akhirnya satu persatu pemberontakan G30 SPKI berhasil digagalkan dan diatasi. Tokoh-tokoh PKI yang melarikan diri ke Jawa Tengah wilayah basis PKI akhirnya berhasil ditangkap di desa Sambeng, Solo. Letkol. Untung tertangkap di daerah Tegal. Mereka diajukan ke Mahkamah Militer Luar Biasa Mahmilub dan dijatuhi hukuman mati. Cakrawala Dari dokumen-dokumen yang dapat disita dan hasil pemeriksaan tokoh-tokohnya, kemudian diketahui bahwa Gerakan 30 September dilakukan dan didalangi oleh Partai Komunis Indonesia PKI. Maka sejak saat itu operasi pengejaran terhadap pimpinan dan para pendukung PKI segera dilakukan. Masyarakat pun bereaksi menuntut pembubaran PKI.