Konferensi Tingkat Menteri dalam Rangka Uni Indonesia- Belanda

300 IPS Terpadu 9 untuk Kelas IX

2. Perundingan Melalui Forum PBB

Setelah upaya-upaya diplomasi secara bilateral tidak berhasil, kemudian kabinet Ali Sastroamijoyo I membawa masalah Irian Barat ke forum Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB. Namun usaha inipun mengalami kegagalan. Kemudian usaha yang sama dilanjutkan oleh kabinet Burhanuddin Harahap. Pihak Belanda menanggapi usaha Indonesia itu dengan enteng. Belanda meyakinkan Sidang PBB bahwa masalah Irian Barat adalah masalah bilateral antara Indonesia-Belanda, yakni dalam Intern Uni Indonesia-Belanda. Bahkan pernyataan Belanda tersebut mendapat dukungan dari negara- negara Eropa Barat, terutama sesama anggota NATO. Akibatnya, resolusi pengembalian Irian Barat gagal memperoleh mayoritas suara dalam sidang PBB.

1. Pembubaran Uni Indonesia-Belanda

Pada tanggal 13 Februari 1956, kabinet Burhanuddin Harahap membubarkan Uni Indonesia-Belanda secara sepihak dengan undang-undang No.13 tahun 1965. Secara singkat undang-undang tersebut menetapkan bahwa hubungan selanjutnya antara negara-negara yang berdaulat penuh berdasarkan hukum internasional. Kepentingan Belanda di Indonesia berlaku sesuai hukum yang ada di Indonesia.

B. Perjuangan Melalui Politik dan Ekonomi

Cakap Ilmu Atas persetujuan parlemen Belanda, Irian Barat di masukkan menjadi bagian dari kerajaan Belanda, bagaimana menurut pendapatmu ? 1. Bentuklah kelompok beranggotakan 4-5 orang 2. Buatlah kesimpulan dari kelompok kalian, dan presentasikan di depan kelas 3. Kelompok lain menanggapi hasil kelompok yang mempresentasikan. Cakrawala Perjuangan pemerintah Republik Indonesia untuk mengembalikan wilayah Irian Barat secara diplomasi baik bilateral maupun dalam forum PBB belum juga membuahkan hasil. Kemudian Indonesia meningkatkan perjuangan dalam bentuk konfrontasi, serta terus menerus melakukan upaya diplomasi dalam sidang-sidang PBB. 301 Perjuangan bangsa Indonesia merebut Irian Barat

2. Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda

Pada tahun 1958 Indonesia melakukan tindakan tegas yaitu pangambilalihan perusahaan-perusahaan milik Belanda di Indonesia yang mula-mula dilakukan secara spontan oleh rakyat dan buruh yang bekerja di perusahaan-perusahaan Belanda, yang selanjutnya ditampung dan dilakukan secara teratur oleh pemerintah. Untuk menghindari kesemrawutan, KSAD Jendral A. H. Nasution sebagai Penguasa Perang Pusat Peperpu, mengkoordinir pengambila lihan semua perusahaan milik Belanda kemudian menyerah- kannya kepada pemerintah. Pemerintah mengukuhkan pengambil alihan itu dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1958. Perusahaan Belanda yang diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia, antara lain sebagai berikut. a. Gedung Nederlandsche Handel Maatschapij NV. b. Bank Escompto yang menjadi Bank Dagang Negara BDN. Sekarang BDN termasuk Bank Mandiri. c. Percetakan De Unie d. Perusahaan Philips e. Perusahaan Penerbangan KLM

3. Pembentukan Pemerintahan Provinsi Irian Barat

Sejalan dengan program Kabinet Ali Sastroamijoyo maka dibentuklah pemerintahan provinsi Irian Barat dengan Ibu kotanya di Soa Siu, Tidore Maluku Utara. Peresmian provinsi tersebut dilakukan tepat pada saat ulang tahun kemerdekaan RI yang ke-11, yaitu pada tanggal 17 Agustus 1956. Provinsi Irian Barat tersebut meliputi wilayah Irian yang masih diduduki Belanda, serta Tidore, Weda, Oba, Patani, dan Wasile. Gunernur Irian Barat pertama adalah Sultan Tidore, Zainal Abidin Syah, yang dilantik pada tanggal 23 September 1965. Perjuangan dengan cara konfrontasi untuk merebut kembali Irian Barat didukung oleh seluruh rakyat Indonesia dengan sepenuh hati. Pada tahun 1957 dibentuk Front Nasional Pembebasan Irian Barat sebagai persiapan untuk melaksanakan konfrontasi. Pada tanggal 17 Agustus 1960, Presiden Soekarno mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik dengan Belanda. Gambar 11.2 Suasana nasionalisasi Bank Escompto di Jakarta Sumber : 30 Tahun Indonesia Merdeka Jilid2