Pembentukan Front Demokrasi Rakyat

316 IPS Terpadu 9 untuk Kelas IX Pada masa Kabinet Hatta pemerintahan banyak mengalami kesulitan ekonomi. Pemerintah harus memindahkan pasukan TNI ke wilayah RI yang wilayahnya semakin dipersempit akibat Perundingan Renville. Selain itu, Belanda secara ketat melakukan blokade ekonomi terhadap Indonesia. Sementara itu, Amir Syarifuddin mantan perdana menteri berbalik menjadi pemimpin oposisi tehadap Kabinet Hatta. Amir Syarifuddin menyusun kekuatan di dalam Front Demokrasi Rakyat FDR yang menghimpun semua golongan sosialis kiri dan komunis. Selanjutnya FDR melancarkan aksi terhadap pemerintah dengan berbagai cara, antara lain sebagai berikut: a. Melakukan demontrasi anti pemerintah b. Melancarkan propaganda anti pemerintah c. Mengadakan pemogokan sebagai aksi protes d. Mengadakan penculikan serta pembunuhan terhadap lawan-lawan Politiknya. Pada tanggal 11 Agustus 1948 seorang gembong PKI, Muso kembali dari Uni Soviet setelah cukup lama tinggal di sana yakni sejak tahun 1926. Muso kemudian memanfaatkan situasi krisis politik dan ekonomi untuk menarik simpati masyarakat dengan cara mengkritik berbagai kekurangan pemerintah dan tokoh nasional. Muso kemudian menganjurkan partai-partai yang tergabung dalam FDR Partai Sosialis, PKI, PBI, Pesindo, SOBSI, dan Sarbupri agar meleburkan diri dalam PKI. Kemudian PKI menyusun politbiro dewan politik yang kuat, dengan Muso sebagai sekretaris pertahanan. PKI di bawah pimpinan Muso mengajukan beberapa tuntutan kepada pemerintah, yaitu sebagai berikut: a. Menghentikan perundingan-perundingan dengan Belanda. b. Mengadakan pertukaran diplomat duta dengan Uni Soviet. c. Menyediakan separoh dari anggota kabinet untuk anggota PKI.

2. Pemberontakan PKI di Madiun

Pada tanggal 11 September 1948, terjadi bentrokan berdarah di Surakarta, Jawa Tengah antar pasukan pro-PKI Divisi IV dengan pasukan pro- Pemerintah RI Divisi Siliwangi. Untuk mengatasi keadaan, pemerintah menugaskan Kolonel Gatot Subroto Cakrawala Propaganda PKI serta program-programnya dilakukan oleh Muso dan Amir Syarifuddin ke beberapa kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Diciptakan persaingan yang tajam antara pasukan TNI yang pro-PKI dan yang pro-Pemerintah RI. Peristiwa Tragedi Nasional 317 sebagai gubernur militer Surakarta dan sekitarnya yang meliputi daerah Semarang, Pati, dan Madiun. Pada tanggal 17 September 1948 pasukan pro- PKI mundur dari Surakarta. Kejadian di Surakarta ternyata hanya sebagai taktik untuk mengalihkan perhatian pemerintah. Ketika kekuatan TNI tertuju ke Surakarta, pada tanggal 18 September 1048, Sumarsono dari Pesindo dan Letkol. Dakhlan dari Brigade 29 yang pro-PKI melancarkan perebutan kekuasaan kudeta di Madiun. Tindakan tersebut disertai penangkapan dan pembunuhan terhadap pejabat sipil, militer, dan pemuka masyarakat. Pada waktu itu gembong PKI Muso dan Amir Syarifuddin sedang berada di Purwodadi. Mereka kemudian segera ke Madiun, untuk mendukung kudeta dan mengambil alih pimpinan. Mereka secara resmi memproklamasikan berdirinya Soviet Republik Indonesia. Tindakan tersebut bertujuan untuk meruntuhkan Republik Indonesia hasil proklamasi 17 Agustus 1945 yang berdasarkan Pancasila dan menggantinya dengan sebuah negara komunis. PKI berhasil menguasai Madiun, Blora, Rembang, Pati, Kudus, Purwodadi, Ponorogo, dan Tenggalek.

3. Penumpasan Terhadap PKI Madiun

Pemerintah Indonesia segera bertindak untuk menghadapi pemberontakan PKI Madiun yang sudah merembet ke kota-kota lainnya. Presiden Soekarno dalam pidatonya secara tegas mengajak rakyat Indonesia untuk menentukan sikap: Muso dengan PKI-nya atau Soekarno-Hatta. Upaya pemberontakan PKI di Madiun, pemerintah RI mengerahkan kesatuan di bawah pimpinan Kolonel Gatot Subroto, Kolonel Sungkono, Kolonel A.H. Nasution, Mayor Sabaruddin, Letkol Ali Sadikin, dan lain-lainya. Kesatuan ini berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat Divisi Siliwangi . Madiun diserang dari dua arah, dari barat oleh pasukan Divisi Siliwangi dan dari timur oleh pasukan di bawah pimpinan Kolonel Sungkono. Pada tanggal 30 September 1948 Madiun dapat dibebaskan dari pasukan pro- PKI. Pengejaran terhadap tokoh pemberontakan terus dilakukan. Muso tewas dalam pengejaran di Ponorogo. Amir Syarifuddin beserta Suripto, Maruto Darusman, dan Sarjono dapat ditangkap di Purwodadi, Grobogan. Akhirnya mereka dijatuhi hukuman mati di Yogyakarta. Pemberontakan Madiun dapat dipadamkan meskipun meminta banyak korban dan memperlemah pertahanan pemerintah RI. Cakap Ilmu Bacalah buku 30 Tahun Indonesia Merdeka I yang membahas pemberontakan PKI Madiun. Ringkaslah isinya dan uraikan isinya di depan kelas