Pemberontakan PKI di Madiun

Peristiwa Tragedi Nasional 317 sebagai gubernur militer Surakarta dan sekitarnya yang meliputi daerah Semarang, Pati, dan Madiun. Pada tanggal 17 September 1948 pasukan pro- PKI mundur dari Surakarta. Kejadian di Surakarta ternyata hanya sebagai taktik untuk mengalihkan perhatian pemerintah. Ketika kekuatan TNI tertuju ke Surakarta, pada tanggal 18 September 1048, Sumarsono dari Pesindo dan Letkol. Dakhlan dari Brigade 29 yang pro-PKI melancarkan perebutan kekuasaan kudeta di Madiun. Tindakan tersebut disertai penangkapan dan pembunuhan terhadap pejabat sipil, militer, dan pemuka masyarakat. Pada waktu itu gembong PKI Muso dan Amir Syarifuddin sedang berada di Purwodadi. Mereka kemudian segera ke Madiun, untuk mendukung kudeta dan mengambil alih pimpinan. Mereka secara resmi memproklamasikan berdirinya Soviet Republik Indonesia. Tindakan tersebut bertujuan untuk meruntuhkan Republik Indonesia hasil proklamasi 17 Agustus 1945 yang berdasarkan Pancasila dan menggantinya dengan sebuah negara komunis. PKI berhasil menguasai Madiun, Blora, Rembang, Pati, Kudus, Purwodadi, Ponorogo, dan Tenggalek.

3. Penumpasan Terhadap PKI Madiun

Pemerintah Indonesia segera bertindak untuk menghadapi pemberontakan PKI Madiun yang sudah merembet ke kota-kota lainnya. Presiden Soekarno dalam pidatonya secara tegas mengajak rakyat Indonesia untuk menentukan sikap: Muso dengan PKI-nya atau Soekarno-Hatta. Upaya pemberontakan PKI di Madiun, pemerintah RI mengerahkan kesatuan di bawah pimpinan Kolonel Gatot Subroto, Kolonel Sungkono, Kolonel A.H. Nasution, Mayor Sabaruddin, Letkol Ali Sadikin, dan lain-lainya. Kesatuan ini berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat Divisi Siliwangi . Madiun diserang dari dua arah, dari barat oleh pasukan Divisi Siliwangi dan dari timur oleh pasukan di bawah pimpinan Kolonel Sungkono. Pada tanggal 30 September 1948 Madiun dapat dibebaskan dari pasukan pro- PKI. Pengejaran terhadap tokoh pemberontakan terus dilakukan. Muso tewas dalam pengejaran di Ponorogo. Amir Syarifuddin beserta Suripto, Maruto Darusman, dan Sarjono dapat ditangkap di Purwodadi, Grobogan. Akhirnya mereka dijatuhi hukuman mati di Yogyakarta. Pemberontakan Madiun dapat dipadamkan meskipun meminta banyak korban dan memperlemah pertahanan pemerintah RI. Cakap Ilmu Bacalah buku 30 Tahun Indonesia Merdeka I yang membahas pemberontakan PKI Madiun. Ringkaslah isinya dan uraikan isinya di depan kelas 318 IPS Terpadu 9 untuk Kelas IX Pada awalnya didirikannya Darul Islam bertujuan untuk menentang penjajahan Belanda. Namun dalam perkembangannya setelah Darul Islam kedudukannya semakin kuat justru mengadakan perlawanan terhadap Pemerintah RI. Meletusnya pemberontakan DITII di Jawa Barat ketika TNI kosong, akibat keputusan perjanjian Renville yang mengharuskan pasukan TNI ditarik dari kantong-kantong gerilya menuju ke wilayah RI. Gerakan DITII terjadi di beberapa daerah di Indonesia, antara lain seperti berikut:

1. Gerakan DITII di Jawa Barat

Darul Islam DI dengan pimpinan SM. Kartosuwiryo kemudian memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia NII pada tanggal 17 Agustus 1949, dan tentaranya dinamakan Tentara Islam Indonesia TII. Mereka bekerja sama dengan kaum subversi asing Belanda untuk memperoleh bantuan keuangan, perlengkapan, dan senjata. DITII sering melaksanakan aksi teror terhadap penduduk dengan merampas harta benda, membakar rumah-rumah penduduk, bahkan menyiksa penduduk yang berani menentangnya, juga membongkar rel-rel kereta api agar kereta api yang lewat tergelincir kemudian harta bendanya dirampas. DITII adalah merupakan persoalan politik dan militer. Golongan DITII ingin menyingkirkan ideologi Pancasila yang merupakan dasar negara RI dan akan membentuk negara Islam. Kartosuwiryo tidak mau hijrah dari kantong- kantong gerilya menuju ke wilayah RI, sesuai dengan hasil perundingan Renville karena ia tidak mengakui lagi Republik Indonesia. Bahkan seluruh Jawa Barat dianggap sebagai daerah kekuasaannya. Untuk meredam pemberontakannya mula-mula dilakukan pendekatan persuatif, yakni dengan musyawarah untuk mencapai saling pengertian. Karena tidak berhasil, kemudian pemerintah RI menempuh cara tegas melalui operasi militer. Operasi militer terhadap DITII di Jawa Barat secara resmi mulai pada tanggal 27 Agustus 1949, namun akibat campur tangan golongan politik tertentu dan kekuatan kolonialis, pelaksanaannya tidak berjalan lancar. Kesibukan TNI, terutama di Divisi Siliwangi memadamkan pemberontakan PKI Madiun dan melawan agresi militer Belanda II menjadi penyebab penumpasan yang berlarut-larut. Mulai tahun 1960-an, pasukan Siliwangi mulai melancarkan operasi militer secara besar-besaran dan terorganisir. Dalam operasi melawan DITII dipergunakan Taktik Pagar Betis yang melibatkan rakyat dalam jumlah banyak untuk mengepung persembunyian pemberontak. Taktik tersebut bertujuan untuk mempersempit ruang gerak mereka, dan basis-basis pertahanan mereka

B. Gerakan DI TI I