Kedatangan Jepang di Indonesia

Perang Dunia II dan pengaruhnya terhadap Indonesia 47 Untuk menghancurkan kekuatan Sekutu, pada tanggal 1 Maret 1942, Letnan Jenderal Hitosyi Imamura mendaratkan pasukannya di tiga tempat, yaitu di Teluk Banten dan Eretan Jawa Barat , serta di Kragan, Jawa Tengah. Dari tiga tempat tersebut pasukan Jepang terus bergerak menuju sasaran- sasaran penting, misalnya Bogor dan Jakarta yang berhasil dilakukan pada tanggal 5 Maret 1942. Untuk merebut kota Bandung, terlebih dahulu Jepang merebut Subang dan Pangkalan Udara Kali Jati. Dari dua tempat ini, Jepang terus bergerak melancarkan serangan ke jantung pertahanan Belanda di Bandung dan di Pegunungan Priangan Jawa Barat. Upaya ini berhasil dengan gemilang. Sisa- sisa kekuatan pasukan Belanda melarikan diri ke Lembang. Dengan jatuhnya jantung pertahanan Belanda ke tangan Jepang, berarti berakhirlah pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia. Kekuasaan atas Indonesia beralih ke tangan Jepang, Alih kekuasaan ini secara resmi berlangsung di Kali Jati pada tanggal 8 Maret 1942. Dalam acara serah terima tersebut, pihak Belanda diwakili oleh Letnan Jenderal Ter Poorten, sedangkan Jepang diwakili oleh Letnan Jenderal Hitosyi Imamura. Ketika datang di Indonesia, Jepang disambut hangat oleh rakyat. Adapun sebab-sebabnya adalah sebagai berikut : a. Jepang mempropagandakan akan membebaskan bangsa Asia dari cengkeraman bangsa Barat. b. Jepang mengaku sebagai saudara tua bangsa Indonesia. Sikap masyarakat pedesaan Jawa juga dipengaruhi oleh ramalan Jayabaya. Raja Kediri itu meramalkan, bahwa akan datang “wong kunthet kuning soko lor” bangsa kerdil berkulit kuning dari utara. Mereka berkuasa hanya seumur jagung singkat. Sesudah itu Nusantara akan merdeka. Pemahaman yang demikian memberikan harapan akan masa depan yang lebih baik. Rakyat Indonesia menyambut kedatangan Jepang dengan harapan Jepang akan memberikan kedamaian dan kemakmuran. Jepang dianggap sebagai pembebas penderitaan bangsa Indonesia. Salah satu anugerah Tuhan kepada bangsa Indonesia adalah kekayaan alam yang melimpah. Namun, kekayaan alam bangsa Indonesia tersebut sejak dahulu dijadikan alasan bangsa lain untuk menguasai Indonesia. Salah satu alasan Jepang untuk mengadakan ekspansi ke Indonesia adalah adanya potensi sumber daya alam Indonesia yang melimpah. Pada awalnya, hal tersebut dilakukan dengan mengadakan perjanjian ekonomi dengan pemerintah Belanda sebelum pecahnya Perang Pasifik. Cakrawala 48 IPS Terpadu 9 untuk Kelas IX

1. Kebijakan Pemerintah Pendudukan Jepang

Dalam menjalankan kebijakannya, pemerintah pendudukan Jepang berpegang pada tiga prinsip utama, yaitu sebagai berikut : ♦ Menggalang dukungan rakyat untuk memenangkan perang dan mempertahankan ketertiban umum. ♦ Memanfaatkan sebanyak mungkin struktur pemerintahan yang telah ada. ♦ Mengusahakan agar wilayah yang bersangkutan dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Selama berkuasa di Indonesia, pemerintah pendudukan Jepang menempuh berbagai kebijakan sebagai berikut :

C. Pengaruh Kebijakan Pemerintah Jepang terhadap Pergerakan Kebangsaan I ndonesia

a. Eksploitasi Sumber Alam

1 Mengawasi dan memonopoli penjualan hasil perkebunan teh, karet, kina, dan kopi. 2 Memperbesar produksi pangan untuk keperluan Jepang dengan membuka areal baru, sehingga terjadilah pengrusakan hutan. 3 Memusnahkan jenis perkebunan yang dianggap tidak menunjang usaha perang. 4 Melaksanakan percobaan penanaman kapas di berbagai daerah 5 Memerintah rakyat untuk menanam jarak yang digunakan sebagai pelumas mesin-mesin perang. 6 Mewajibkan rakyat menyerahkan 80 hasil panen, dengan perincian 30 untuk pemerintah dan 50 disimpan di lumbung desa. 7 Melakukan penebangan hutan secara liar untuk menunjang kegiatan perang.

b. Eksploitasi Sumber Daya Manusia

Selain melakukan pemerasan dalam bidang ekonomi, Jepang juga melakukan pemerasan terhadap tenaga rakyat dengan berbagai bentuk kerja paksa. Hal itu dilakukan demi kepentingan Jepang dalam menghadapi tentara Sekutu. Bentuk eksploitasi tenaga rakyat yang dilakukan Jepang, antara lain: 1 Pengerahan Romusha Barisan Prajurit Kerja Romusha merupakan bentuk pengerahan tenaga rakyat untuk melakukan kerja paksa. Beribu-ribu anggota Romusha barisan prajurit kerja dari Pulau Jawa dikerahkan untuk membangun pangkalan-pangkalan militer, kubu-kubu pertahanan, pembuatan jalan, dan jembatan di daerah-daerah pendudukan Jepang di Asia Tenggara, seperti Malaya, Burma, dan lain-lain. Dalam bekerja Perang Dunia II dan pengaruhnya terhadap Indonesia 49 Gambar 2.9 Para pekerja Romusha Sumber: Atlas dan Lukisan SNI mereka tidak mendapat jaminan makan dan kesehatan, bahkan mengalami banyak siksaan. Banyak kaum Romusha yang tidak kembali. Mereka mati kelaparan atau karena siksaan. Untuk menghilangkan rasa takut rakyat, seja k tahun 1943 Jepang melancarkan propaganda baru, yang menyatakan bahwa Romusha adalah “prajurit ekonomi” atau “pahlawan pekerja“ yang menjalankan tugas suci untuk angkatan perang Jepang. 2 Kinrohosi Kinrohosi adalah kerja bakti yang mengarah pada kerja paksa, diberlakukan bagi para pamong desa dan pegawai rendahan. 3 Pembentukan Organisasi Semi Militer Selain menjalankan praktek kerja paksa Romusha, Jepang juga menyiapkan tenaga rakyat Indonesia untuk kepentingan perangnya menghadapi Sekutu melalui berbagai latihan seperti berikut : a Syuinsintai atau Barisari Pelopor Suisyintai Barisan Pelopor dibentuk pada tanggal 14 September 1944 dan diresmikan pada tanggal 25 Septem- ber 1944. Barisan ini merupakan bagian dari Jawa Hokokai yang bertugas meningkatkan kesiapsiagaan rakyat. Yang diserahi memimpin barisan ini adalah Ir. Sukarno, dibantu Otto Iskandardinata, R.P. Suroso, dan dr. Buntaran Martoatmojo. b Heiho atau Pembantu Prajurit Jepang Heiho pembantu polisi Jepang, dibentuk pada bulan April 1943, beranggotakan oleh para pemuda yang berusia 18- 25 tahun dan berpendidikan paling rendah sekolah dasar. c PETA Pembela Tanah Air Peta dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1943. Anggota Peta terdiri atas orang-orang Indonesia yang dididik militer. Peta adalah tentara Indonesia yang dididik oleh Jepang. Tokoh- tokoh keluaran Peta yang terkenal, antara lain Supriyadi, Jenderal Sudirman, Jenderal Gatot Subroto, Jenderal Achmad Yani, dan Jenderal Suharto Presiden RI kedua. PETA merupakan pasukan tempur dalam rangka mempertahankan tanah air.