Pertempuran Ambarawa Perjuangan Bersenjata dalam Rangka Mempertahankan Kemerdekaan

69 Usaha Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

7. Pertempuran Margarana di Bali

Belanda mendaratkan pasukannya di Bali pada tanggal 2 dan 3 Maret 1946. Dalam usaha untuk membantu negara Indonesia Timur, Belanda berusaha untuk membujuk Letkol I Gusti Ngurah Rai agar mau bekerja sama dengan Belanda. Namun, Letkol I Gusti Ngurah Rai menolak tawaran Belanda tersebut. Bahkan karena merasa kekuatannya sudah cukup, pada tanggal 18 November 1946 Ngurah Rai memulai perlawanannya dengan menggempur daerah Tabanan dan berhasil memenangkan pertempuran. Belanda kemudian mengerahkan kekuatan pasukannya yang ada di Bali dan Lombok. Karena kekuatan pasukan yang tidak seimbang, akhirnya Ngurah Rai menyerukan “Puputan”, artinya mengadakan perlawanan sampai titik darah penghabisan. Ajaran agama Hindu meresap kuat pada para patriot Bali. Letkol Ngurah Rai bersama pasukannya “Ciung Wanara” memiliki keyakinan bahwa : a. Nyawa seorang ksatria berada di ujung keris atau senjata. Kematian dalam mempertahankan bangsa dan negara adalah kehormatan bagi dirinya dan sanak keluarga serta keturunannya. b. Dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa, negara, dan keluarga tidak ada istilah menyerah kepada musuh. c. Seorang yang mati dalam peperangan, maka roh orang yang bersangkutan akan masuk ke Swargaloka tanpa dihitung dulu kebaikan dan kesalahannya selama ia hidup di dunia. d. Puputan tidak bermakna bunuh diri. Ngurah Rai dan seluruh pasukannya gugur dalam pertempuran tanggal 26 November 1946.

8. Perjuangan Menghadapi Agresi Militer I Belanda

Pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda melanggar isi perjanjian Linggarjati dengan melancarkan serangan secara tiba-tiba terhadap wilayah RI. Serangan yang kemudian dikenal dengan peristiwa Agresi Militer I tersebut diarahkan ke kota-kota besar di Jawa dan daerah perkebunan serta minyak di daerah Sumatra. Agresi Belanda pertama ini berlangsung hingga tanggal 4 Agustus 1947. Bagaimana taktik Kolonel Sudirman memenangkan pertempuran Ambarawa? Bacalah baik-baik jalannya pertempuran Ambarawa dalam buku 30 Tahun Indo- nesia Merdeka Jilid I. Selanjutnya, buatlah peta sederhana jalannya pertempuran Ambarawa pada selembar kertas karton. Bawalah hasil tugasmu ke sekolah dan uraikan jalannya peristiwa pertempuran Ambarawa tersebut di depan kelas. Cakap Ilmu 70 IPS Terpadu 9 untuk Kelas IX Dalam menghadapi agresi ini, TNI menggunakan taktik perang gerilya serta membatasi gerakan Belanda hanya pada kota-kota besar dan jalan raya. Agresi Belanda ini memang mengakibatkan wilayah RI makin sempit, tetapi bangsa Indonesia juga mendapatkan keuntungan karena reaksi dunia internasional bermunculan terhadap agresi yang dilancarkan Belanda tersebut.

9. Perjuangan Menghadapi Agresi Militer II Belanda

Pada tanggal 19 Desember 1948 secara tiba-tiba Belanda melancarkan serangan ke ibu kota RI Yogyakarta. Serangan tentara Belanda itu kemudian terkenal dengan Agresi Militer II Belanda. Dengan serangan ini berarti Belanda telah melanggar isi Perjanjian Renville. Bahkan, dengan terang-terangan Dr. Beel membuat pernyataan bahwa Belanda tidak mengakui lagi isi persetujuan Renville. Belanda mulai melancarkan serangannya pada pukul 06.00 dengan menerjunkan pasukan payungnya di lapangan terbang Maguwo, Yogyakarta. TNI dan Brimob segera mengadakan perlawanan, tetapi Belanda lebih kuat sehingga berhasil masuk kota Yogyakarta. Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Drs. Moh. Hatta yang sudah merasa bahwa sebentar lagi Belanda tentu akan memasuki Yogyakarta, segera mengirim radiogram kepada Menteri Kemakmuran Mr. Syafrudin Prawiranegara yang tengah berkunjung ke Bukittinggi, Sumatra. Isi radiogram berupa mandat agar Mr. Syafrudin Prawiranegara segera membentuk pemerintahan darurat RI di Bukittinggi, yang kemudian dikenal dengan nama Pemerintah Darurat Republik Indonesia PDRI. Apabila mandat ini gagal dilaksanakan maka diperintahkan kepada Mr. Maramis, L.N. Palar, dan Dr. Sudarsono yang sedang berada di India untuk membentuk pemerintahan darurat RI di India. Sementara itu, Belanda telah memasuki kota Yogyakarta. Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Drs. Moh. Hatta ditahan, demikian pula beberapa orang menteri. Oleh Belanda Presiden Sukarno dibuang ke Prapat, Sumatra, sedangkan Wakil Presiden Moh. Hatta dibuang ke Bangka. Tak lama kemudian Bung Karno dipindahkan pula ke Bangka. Walaupun presiden dan wakil presiden dalam pembuangan, tetapi pemerintahan Indonesia tetap ada, yaitu di bawah Mr. Syafrudin Prawiranegara. Pada waktu Belanda memasuki Yogyakarta, Panglima Besar Jenderal Sudirman segera memerintahkan agar tentara meninggalkan kota Yogyakarta dan bersama dengannya memasuki hutan. Pada saat itu dalam keadaan sakit maka dalam perjalanan Jenderal Sudirman selalu ditandu. Setelah berhasil menyusun kekuatan, Panglima Sudirman berusaha agar daerah yang dikuasai Belanda tidak berkembang. Tentara diperintahkan agar membatasi gerak pasukan Belanda dengan cara memutus rel-rel kereta api, jalan-jalan dan jembatan-jembatan. Di samping itu, tentara juga mencegat Belanda yang melakukan konvoi, merampas senjata mereka, dan segera cepat-cepat kembali masuk ke hutan. Dengan demikian, Belanda tidak berhasil menguasai daerah-