Pertempuran Margarana di Bali Perjuangan Menghadapi Agresi Militer I Belanda

70 IPS Terpadu 9 untuk Kelas IX Dalam menghadapi agresi ini, TNI menggunakan taktik perang gerilya serta membatasi gerakan Belanda hanya pada kota-kota besar dan jalan raya. Agresi Belanda ini memang mengakibatkan wilayah RI makin sempit, tetapi bangsa Indonesia juga mendapatkan keuntungan karena reaksi dunia internasional bermunculan terhadap agresi yang dilancarkan Belanda tersebut.

9. Perjuangan Menghadapi Agresi Militer II Belanda

Pada tanggal 19 Desember 1948 secara tiba-tiba Belanda melancarkan serangan ke ibu kota RI Yogyakarta. Serangan tentara Belanda itu kemudian terkenal dengan Agresi Militer II Belanda. Dengan serangan ini berarti Belanda telah melanggar isi Perjanjian Renville. Bahkan, dengan terang-terangan Dr. Beel membuat pernyataan bahwa Belanda tidak mengakui lagi isi persetujuan Renville. Belanda mulai melancarkan serangannya pada pukul 06.00 dengan menerjunkan pasukan payungnya di lapangan terbang Maguwo, Yogyakarta. TNI dan Brimob segera mengadakan perlawanan, tetapi Belanda lebih kuat sehingga berhasil masuk kota Yogyakarta. Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Drs. Moh. Hatta yang sudah merasa bahwa sebentar lagi Belanda tentu akan memasuki Yogyakarta, segera mengirim radiogram kepada Menteri Kemakmuran Mr. Syafrudin Prawiranegara yang tengah berkunjung ke Bukittinggi, Sumatra. Isi radiogram berupa mandat agar Mr. Syafrudin Prawiranegara segera membentuk pemerintahan darurat RI di Bukittinggi, yang kemudian dikenal dengan nama Pemerintah Darurat Republik Indonesia PDRI. Apabila mandat ini gagal dilaksanakan maka diperintahkan kepada Mr. Maramis, L.N. Palar, dan Dr. Sudarsono yang sedang berada di India untuk membentuk pemerintahan darurat RI di India. Sementara itu, Belanda telah memasuki kota Yogyakarta. Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Drs. Moh. Hatta ditahan, demikian pula beberapa orang menteri. Oleh Belanda Presiden Sukarno dibuang ke Prapat, Sumatra, sedangkan Wakil Presiden Moh. Hatta dibuang ke Bangka. Tak lama kemudian Bung Karno dipindahkan pula ke Bangka. Walaupun presiden dan wakil presiden dalam pembuangan, tetapi pemerintahan Indonesia tetap ada, yaitu di bawah Mr. Syafrudin Prawiranegara. Pada waktu Belanda memasuki Yogyakarta, Panglima Besar Jenderal Sudirman segera memerintahkan agar tentara meninggalkan kota Yogyakarta dan bersama dengannya memasuki hutan. Pada saat itu dalam keadaan sakit maka dalam perjalanan Jenderal Sudirman selalu ditandu. Setelah berhasil menyusun kekuatan, Panglima Sudirman berusaha agar daerah yang dikuasai Belanda tidak berkembang. Tentara diperintahkan agar membatasi gerak pasukan Belanda dengan cara memutus rel-rel kereta api, jalan-jalan dan jembatan-jembatan. Di samping itu, tentara juga mencegat Belanda yang melakukan konvoi, merampas senjata mereka, dan segera cepat-cepat kembali masuk ke hutan. Dengan demikian, Belanda tidak berhasil menguasai daerah- 71 Usaha Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia daerah di luar kota. Siasat perang Panglima Sudirman ini dikenal dengan siasat perang gerilya. Dalam menghadapi agresi kedua Belanda ini TNI mendapat bantuan dari rakyat, para pelajar, dan mahasiswa. Mereka membentuk kesatuan-kesatuan seperti T P Tentara Pelajar, TRIP Tentara Republik Indonesia Pelajar, TGP Tentara Genie Pelajar. Mereka berlatih kemiliteran, berlatih perang untuk bergabung dengan TNI dan berjuang bersama-sama rakyat mengusir penjajah. Kesatuan-kesatuan tentara pelajar dan mahasiswa ini kemudian bergabung dalam Brigade 17 TNI.

10. Serangan Umum 1 Maret 1949

Agresi Militer Belanda sempat membuat kesatuan TNI dan kekuatan bersenjata lainnya terpencar-pencar dan tidak terkoordinasi dengan baik. Namun melalui jaringan komunikasi yang ada, para pejuang akhirnya dapat kembali melakukan koordinasi dan komunikasi. Komunikasi yang terjalin tidak hanya sebatas antara pejuang di Jawa atau di Sumatera saja, namun juga antara Jawa-Sumatera atau sebaliknya. Adapun contoh-contohnya adalah sebagai berikut : a. Pada tanggal 29 Januari 1949 Kolonel T.B. Simatupang di Jawa Tengah mengirim telegram kepada Ketua Pemerintah Darurat Republik In- donesia PDRI Syafruddin Prawiranegara di Sumatera Barat. b. Pada tanggal 12 Februari 1949 Kolonel A.H. Nasution selaku Panglima Komando Jawa, melalui telegram berhasil melaporkan tentang koordinasi antara sipil dan militer dalam Komisariat Pemerintah Pusat di Jawa KPPD. c. Pada tanggal 17 Februari 1949, Menteri Kemakmuran I.J. Kasimo mengirim telegram ke Sumatera berisi laporan tentang perkembangan pemerintahan di Jawa sejak dikuasainya Yogyakarta oleh Belanda. Bacalah buku biografi salah satu tokoh penting dalam mempertahankan kemerdekaan yang terdapat di perpustakaan sekolah kalian. Rangkumlah riwayat hidup tokoh tersebut pada selembar kertas dan uraikan nilai-nilai kepahlawanan yang dapat kalian tauladani dalam kehidupan para tokoh tersebut di depan kelas. Selanjutnya, kumpulkan tugasmu untuk dinilai guru. Cakap Ilmu