Interaksi Petani dan Keluarganya dalam Pengelolaan Hutan Rakyat

110 Mosher 1966 mengemukakan bahwa petani adalah individu yang memutuskan apa yang akan diusahakan atau akan ditanam berikut cara pengelolaannya di lahan milik. Namun demikian keputusan petani tersebut pada dasarnya adalah keputusan keluarga family decision dikarenakan banyak kegiatan produksi dalam Hutan Rakyat yang ikut dilakukan oleh anggota keluarga lainnya. Keputusan petani mengelola Hutan Rakyat diikuti implikasi berupa dukungan keluarga dalam bentuk dukungan semangat, tenaga kerja, bantuan uang, dan saranteknis pengelolaan Hutan Rakyat. Bentuk sikap positif keluarga terhadap pengembangan Hutan Rakyat meliputi persetujuan atau dorongan terhadap responden untuk mengikuti program Hutan Rakyat. Dukungan tersebut dapat pula berupa bantuan dari anggota keluarga untuk membantu mengerjakan kegiatan produksi di lahan Hutan Rakyat. Anggota keluarga juga dapat memberikan saranmasukan budidaya Hutan Rakyat apabila anggota keluarga yang bersangkutan lebih berpengalaman dan memiliki informasi yang diperlukan. Selain itu dukungan anggota keluarga juga dapat berupa pinjaman modal atau informasi mengenai penyediaan sarana produksi bagi responden, misalnya penyediaan pupuk, benihbibit, dan perangkat bercocok tanam. Tabel 52. Persepsi responden terhadap jenis dukungan anggota keluarga dalam pengelolaan Hutan Rakyat Dukungan anggota keluarga dalam pengelolaan Hutan Rakyat Sering b 1. Keluarga memberikan bantuan sebagai tenaga kerja 48 87,30 2. Keluarga memberikan persetujuan mengelola usahatani Hutan Rakyat 43 96,40 3. Keluarga beranggapan hutan rakyat bermanfaat dan menguntungan di masa depan 40 90,90 4. Keluarga memberikan modal hibahpinjaman uang 20 36,30 5. Keluarga memberikan saranamasukan teknis lapangan 13 23,70 6. Keluarga memberikan informasi penyediaan saprodi 12 21,90 a Sumber : Olahan data primer, 2012 b Sering = dilaksanakan 51-100 dari keseluruhan kegiatan 110 111 Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis dukungan dari anggota keluarga terhadap keputusan responden untuk mengelola Hutan Rakyat cukup beragam. Sebanyak 96,4 persen dan 90,9 persen responden menyatakan bahwa jenis dukungan yang diterima anggota keluarga berupa sikap positif terhadap pengelolaan Hutan Rakyat dan bantuan tenaga kerja. Sikap positif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah persetujuan lisan atau dorongan dari anggota keluarga untuk mengelola Hutan Rakyat. Sikap positif tersebut merupakan bagian keputusan rumah tangga petani untuk mengelola Hutan Rakyat, yang dikuti dengan dukungan dalam bentuk penggunaan tenaga kerja dari anggota keluarga pada kegiatan produksi di lahan sebagai bentuk dukungan lain yang diberikan anggota keluarga kepada responden petani Hutan Rakyat. Berdasarkan wawancara mendalam dan pengamatan lapangan, responden petani Hutan Rakyat banyak melibatkan anggota keluarga inti, yaitu suamiistri, anak laki-laki, menantu laki-laki dalam kegiatan produksi Hutan Rakyat. Bentuk keterlibatan tersebut banyak ditemuka terutama pada lahan-lahan milik Hutan Rakyat dengan luasan sempit 0,5 Ha. Biaya produksi diminimalkan dengan cara menggunakan tenaga dari anggota keluarga. Pada lahan Hutan Rakyat yang cukup luas 3 Ha banyak ditemukan tenaga kerja yang berasal dari kerabat jauh dan bukan berasal dari keluarga inti. Mosher 1966 menggarisbawahi bahwa sebagian besar keputusan terkait kegiatan bercocok-tanam di lahan masih berada di tangan petani, namun keputusan tersebut diambil berdasarkan posisinya sebagai anggota keluarga, apa yang menurutnya dapat ia lakukan untuk anggota keluarga yang lain, dan pengaruh dari anggota keluarga lainnya. Keterikatan terhadap hasil produksi membuat anggota keluarga petani mendorong petani memutuskan sesuatu terkait kegiatan produksi di lahan termasuk mengadopsi cara-cara baru yang dapat menjamin hasil produksi di lahan yang mereka miliki. Dalam pelaksanaan Hutan Rakyat, kuat tidaknya dukungan keluarga terhadap keterlibatan responden dalam Hutan Rakyat berhubungan dengan 112 keputusan responden petani Hutan Rakyat sebagai keputusan keluarga. Keberhasilan pembelajaran mengenai pengelolaan Hutan Rakyat di lahan milik dengan menggabungkan tanaman keras dan tanaman semusim palawija bagi responden petani Hutan Rakyat ikut ditentukan oleh dukungan keluarga. Tingkat dukungan keluarga petani terhadap petani Hutan Rakyat dalam pengelolaan Hutan Rakyat terbagi menjadi kategori kurang mendukung, cukup mendukung, dan sangat mendukung Tabel 53. Tabel 53. Sebaran responden berdasarkan persepsi terhadap tingkat dukungan keluarga petani dalam pengelolaan Hutan Rakyat No. Tingkat Dukungan Keluarga terhadap Petani Hutan Rakyat Jumlah n jiwa Persentase 1 Kurang mendukung skor : 12 3 5,45 2 Cukup mendukung skor : 12-18 47 85,45 3 Sangat mendukung skor : 18 5 9,10 Jumlah 55 100,00 a Sumber : Olahan Data Primer, 2012 Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat dukungan keluarga terhadap keputusan petani mengelola Hutan Rakyat termasuk dalam kategori cukup mendukung.

6.5.2 Interaksi Petani dan Personal Sumber Belajar dalam Pengelolaan

Hutan Rakyat Sumber belajar adalah semua sumber, baik berupa data, orang, dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh siswa dalam belajar, pengertian sumber belajar dalam penelitian ini adalah pendamping belajar petani Hutan Rakyat yang membantu pembelajaran pengelolaan Hutan Rakyat. Berdasarkan paparan hasil penelitian pada sub bab 6.2.1, personal sumber belajar bagi responden petani Hutan Rakyat adalah ketua kelompok tani, penyuluh kehutanan, dan sesama anggota kelompok tani lainnya. Banyak pihak yang terlibat dalam pengelolaan Hutan Rakyat, sehingga pada hakikatnya responden petani Hutan Rakyat dapat melakukan interaksi pembelajar dan personal pendamping belajar dengan pihak- 112 113 pihak yang sudah lebih berpengalaman dan lebih dahulu terlibat dalam pengelolaan Hutan Rakyat. Tabel 54. Sebaran responden berdasarkan persepsi terhadap personal sumber belajar yang mendukung pengelolaan Hutan Rakyat No. Personal sumber belajar yang mendukung pengelolaan Hutan Rakyat Jumlah n jiwa Persentase 1. Ketua Kelompok Tani 28 50,90 2. Penyuluh Kehutanan dan Ketua Kelompok Tani 12 21,80 3. Rekan sesama anggota kelompok tani yang lebih berpengalaman dan Ketua Kelompok Tani 10 18,20 4. Rekan sesama anggota kelompok tani yang lebih berpengalaman 2 3,60 5. Penyuluh Kehutanan, rekan sesama anggota kelompok tani, Ketua kelompok tani 2 3,60 6. Penyuluh Kehutanan dan rekan sesama anggota kelompok tani 1 1,80 J u m l a h 55 100,00 a Sumber : Olahan data primer, 2012 Personal sumber belajar melakukan interaksi dengan responden petani Hutan Rakyat dalam hubungan kerja di lahan sekaligus dalam pembelajaran pengelolaan Hutan Rakyat. Dukungan sumber belajar mengandung hubungan timbal balik antara responden petani dan sumber belajarnya yang memberi manfaat terhadap pembelajaran pengelolaan Hutan Rakyat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 50,9 persen responden menyatakan bahwa ketua kelompok tani adalah individu sumber belajar yang mampu memberikan tambahan pengetahuan dan keterampilan pengelolaan Hutan Rakyat. Selanjutnya sebanyak 21,8 responden menyatakan bahwa sumber belajar adalah ketua kelompok tani dan Penyuluh Kehutanan, sedangkan sebanyak 18,20 persen menyatakan sumber belajar adalah ketua kelompok tani dan rekan sesama anggota kelompok tani yang lebih berpengalaman. Sisanya adalah masing-masing atau kombinasi gabungan ketiga personal sumber belajar. Dukungan personal sumber belajar responden petani Hutan Rakyat diukur berdasarkan perannya dalam mendorong responden petani mengelola Hutan