Interaksi Petani dan Personal Sumber Belajar dalam Pengelolaan

113 pihak yang sudah lebih berpengalaman dan lebih dahulu terlibat dalam pengelolaan Hutan Rakyat. Tabel 54. Sebaran responden berdasarkan persepsi terhadap personal sumber belajar yang mendukung pengelolaan Hutan Rakyat No. Personal sumber belajar yang mendukung pengelolaan Hutan Rakyat Jumlah n jiwa Persentase 1. Ketua Kelompok Tani 28 50,90 2. Penyuluh Kehutanan dan Ketua Kelompok Tani 12 21,80 3. Rekan sesama anggota kelompok tani yang lebih berpengalaman dan Ketua Kelompok Tani 10 18,20 4. Rekan sesama anggota kelompok tani yang lebih berpengalaman 2 3,60 5. Penyuluh Kehutanan, rekan sesama anggota kelompok tani, Ketua kelompok tani 2 3,60 6. Penyuluh Kehutanan dan rekan sesama anggota kelompok tani 1 1,80 J u m l a h 55 100,00 a Sumber : Olahan data primer, 2012 Personal sumber belajar melakukan interaksi dengan responden petani Hutan Rakyat dalam hubungan kerja di lahan sekaligus dalam pembelajaran pengelolaan Hutan Rakyat. Dukungan sumber belajar mengandung hubungan timbal balik antara responden petani dan sumber belajarnya yang memberi manfaat terhadap pembelajaran pengelolaan Hutan Rakyat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 50,9 persen responden menyatakan bahwa ketua kelompok tani adalah individu sumber belajar yang mampu memberikan tambahan pengetahuan dan keterampilan pengelolaan Hutan Rakyat. Selanjutnya sebanyak 21,8 responden menyatakan bahwa sumber belajar adalah ketua kelompok tani dan Penyuluh Kehutanan, sedangkan sebanyak 18,20 persen menyatakan sumber belajar adalah ketua kelompok tani dan rekan sesama anggota kelompok tani yang lebih berpengalaman. Sisanya adalah masing-masing atau kombinasi gabungan ketiga personal sumber belajar. Dukungan personal sumber belajar responden petani Hutan Rakyat diukur berdasarkan perannya dalam mendorong responden petani mengelola Hutan 114 Rakyat, memberikan saranmasukan teknis lapangan, memfasilitasi kegiatan kelompok tani, dan menyediakan informasi yang diperlukan mengenai sarana produksi dan pemasaran Hutan Rakyat. Komunikasi antarpribadi antara personal sumber belajar dan responden petani Hutan Rakyat sebagai pembelajar merupakan bentuk interaksiantara pendamping belajar dan responden petani Hutan Rakyat. Tabel 55. Persepsi responden terhadap jenis dukungan personal sumber belajar dalam pengelolaan Hutan Rakyat Dukungan pendamping belajar dalam pengelolaan Hutan Rakyat Sering b 1. Dorongan mengembangkan Hutan Rakyat 44 80,00 2. Memfasilitasi kegiatan kelompok tani terkait hutan rakyat 39 70,90 3. Memberikan saranamasukan teknis lapangan 37 67,20 4. Anggapan Hutan Rakyat bermanfaat dan menguntungkan di masa depan 35 63,70 5. Memberikan informasi penyedia saprodi 20 36,40 6. Memberikan informasi pemasaran 19 34,60 a Sumber : Olahan data primer, 2012 b Sering = dilaksanakan 51-100 dari keseluruhan kegiatan Tingkat dukungan personal sumber belajar terhadap petani Hutan Rakyat dalam pengelolaan Hutan Rakyat terbagi menjadi kategori kurang mendukung, cukup mendukung, dan sangat mendukung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat dukungan keluarga petani terhadap petani Hutan Rakyat dalam pengelolaan Hutan Rakyat termasuk dalam kategori cukup mendukung. Tabel 56. Sebaran responden berdasarkan persepsi terhadap tingkat dukungan personel sumber belajar dalam pengelolaan Hutan Rakyat No. Tingkat dukungan personal sumber belajar terhadap petani Hutan Rakyat Jumlah n jiwa Persentase 1 Kurang mendukung skor : 12 1 1,82 2 Cukup mendukung skor : 12-18 51 92,73 3 Sangat mendukung skor : 18 3 5,45 Jumlah 55 100,00 a Sumber : Diolah dari data primer, 2012 114 115

6.5.3 Interaksi Petani dengan Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan

Rakyat Petani Hutan Rakyat sebagai makhluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat, tidak dapat dilepaskan dari lingkungan masyarakat lokal di sekitarnya. Petani berinteraksi dengan anggota masyarakat lainnya, yaitu tetangga di lingkungan tempat tinggalnya, ketua RTRW setempat, kepala desa ataupun aparat desa lainnya. Mosher 1966 mengemukakan bahwa perilaku petani ditentukan oleh interaksi dan perilaku masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. Hal tersebut terkait dengan kebutuhan mengenai keterjaminan security bahwa interaksi yang dilakukan dengan masyarakat setempat akan menjamin penerimaan anggota masyarakat terhadap diri petani. Keberlangsungan program pengelolaan hutan yang dikembangkan di suatu daerah harus memperhatikan tradisikebiasaan yang berlaku dan memperoleh dukungan dari masyarakat setempat. Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 47,3 persen responden menyatakan bahwa anggota masyarakat yang mendukung pengelolaan Hutan Rakyat adalah gabungan antara tetangga dan Ketua RTRW setempat. Tetangga yang dimaksud pada penelitian ini adalah anggota masyarakat yang tinggal berdekatan atau tinggal di sekitar tempat tinggal responden. Tetangga dapat memiliki lahan Hutan Rakyat atau memiliki mata pencaharian lain. Apabila sedang tidak ada anggota keluarga yang dapat membantu di lahan, responden petani Hutan Rakyat akan meminta bantuan tetangga terdekat yang menguasai pekerjaan yang perlu dilakukan di lahan. Peran Ketua RTRW lebih kepada memberikan dukungan terkait fasilitasi pelaksanaan kegiatan Hutan Rakyat di daerahnya, antara lain pelaksanaan kegiatan penyuluhan kehutanan maupun rapat-rapat kelompok tani. Ketua RTRW ikut menginformasikan kegiatan-kegiatan kelompok tani kepada responden petani Hutan Rakyat yang menjadi warganya. 116 Tabel 57. Sebaran responden berdasarkan persepsi terhadap dukungan anggota masyarakat dalam pengelolaan Hutan Rakyat No. Anggota Masyarakat yang Memberikan Dukungan Pengembangan Hutan Rakyat Jumlah n jiwa Persentase 1. Tetangga dan Ketua RTRW 26 47,30 2. Ketua RTRW dan Kepala DesaAparat Desa 10 18,18 3. Ketua RTRW 8 14,54 4. Tetangga 6 10,90 5. Kepala DesaAparat Desa 5 9,10 J u m l a h 55 100,00 a Sumber : Olahan data primer, 2012 Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa persentase responden mengenai dukungan Kepala DesaAparat desa setempat tergolong rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden tidak merasa memperoleh dukungan secara maksimal dari Kepala DesaAparat desa setempat dalam pembelajaran pengelolaan Hutan Rakyat. Berdasarkan wawancara mendalam, Kepala DesaAparat Desa setempat hanya terlibat secara intensif di lahan pada saat program Hutan Rakyat baru dimulai. Selebihnya pengelolaan Hutan Rakyat lebih banyak dilakukan tanpa pembinaan dari Kepala Desa setempat. Tabel 58. Persepsi responden terhadap jenis dukungan anggota masyarakat dalam pengelolaan Hutan Rakyat Dukungan anggota masyarakat dalam pengelolaan Hutan Rakyat Sering b 1. Masyarakat mendorong mengembangkan Hutan Rakyat di lahan 38 69,10 2. Masyarakat beranggapan hutan rakyat bermanfaat dan menguntungkan di masa depan 40 72,70 3. Masyarakat memberikan saranmasukan teknis lapangan 26 47,30 4. Masyarakat memfasilitasi kegiatan kelompok tani Hutan Rakyat 34 61,80 5. Masyarakat memberikan informasi penyedia saprodi 25 45,40 6. Masyarakat memberikan informasi pemasaran 23 41,80 a Sumber : Olahan data primer, 2012 b Sering = dilaksanakan 51-100 dari keseluruhan kegiatan 116