Sarana dan Prasarana Penunjang Kegiatan Penyuluhan

101 Arsyad 1997 mengemukakan pula bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat berpengaruh terhadap efektivitas pembelajaran. Efektivitas pembelajaran dapat dilihat dari adanya tambahan pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan Hutan Rakyat yang diperolehresponden melalui penggunaan media pembelajaran yang tersedia di lokasi penelitian Tabel 42. Tabel 42. Persentase persepsi responden terhadap ketersediaan sarana dan prasarana penunjang kegiatan Penyuluhan Kehutanan Sarana dan Prasarana Penunjang Kegiatan Penyuluhan Ya 1. Tempat pertemuankegiatan 41 74,60 2. Alat bantu papan tulis 41 74,60 3. Buku panduan teknisjuknis terkait Hutan Rakyat 25 45,50 4. Brosurleafletmajalahsurat kabar terkait Hutan Rakyat 12 21,80 a Sumber : Olahan Data Primer, 2012 Berdasarkan pengamatan dan wawancara di lapangan, ketersediaan sarana dan prasarana kegiatan penyuluhan masih sangat terbatas. Kegiatan penyuluhan kehutanan yang diselenggarakan oleh kelompok tani dilaksanakan di saung yang terletak di lahan Hutan Rakyat dengan kondisi yang sudah memerlukan perbaikan. Namun demikian, kondisi tersebut dapat diterima oleh responden petani Hutan Rakyat karena letaknya yang berdekatan dengan lahan milik petani, sehingga petani tidak perlu membuang waktu pergi ke tempat pertemuan yang berjauhan. Apabila membutuhkan tempat yang lebih luas, kelompok tani akan menyelenggarakan kegiatan penyuluhan di bangunan gedung yang pada pagi hari digunakan sebagai sekolah untuk Pendidikan Anak Usia Dini PAUD, tempat tersebut menjadi alternatif berkumpulnya anggota kelompok tani Saluyu II untuk menyelenggarakan kegiatan penyuluhan dan rapat rutin diantara para anggota. Alat bantu berupa papan tulis whiteboard hanya terdapat di rumah kelompok tani, yang digunakan apabila diperlukan. Di ruangan tersebut juga disimpan buku-buku dan brosur terkait Hutan Rakyat untuk dibaca oleh anggota kelompok tani. Sejak tahun 2008, responden hanya sekali memperoleh 102 bantuan berupa pemberian leafletbrosur terkait Hutan Rakyat. Jumlah bantuan yang terbatas menjadikan leafletbrosur hanya dapat dibaca oleh responden secara bergiliran, bahkan beberapa responden menyatakan tidak tahu-menahu tentang adanya bantuan tersebut. Ketersediaan leafletbrosur terkait Hutan Rakyat tidak selalu diperbaharui oleh kelompok tani melalui pembelian dikarenakan keterbatasan biaya. Kegiatan penyuluhan kehutanan tidak menggunakan alat bantu elektronik berupa komputer untuk membantu pembelajaran petani. Kualitas metode penyuluhan terbagi menjadi kategori tinggi, sedang, dan rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas sarana dan prasarana penunjang kegiatan penyuluhan tergolong sedang Tabel 43. Tabel 43. Sebaran responden berdasarkan persepsi terhadap kualitas sarana dan prasana penunjang kegiatan penyuluhan No. Tingkat kemampuan berkomunikasi personal sumber belajar Jumlah n jiwa Persentase 1 Rendah skor : 8 3 5,45 2 Sedang skor : 8-12 45 81,82 3 Tinggi skor : 12 7 12.73 Jumlah 55 100,00 a Sumber : Olahan Data Primer, 2012

6.4. Kelembagaan Pengelolaan Hutan Rakyat

Kelembagaan pengelolaan Hutan Rakyat adalah kelompok tani Hutan Rakyat. Kelompok tani Hutan Rakyat berfungsi sebagai wadah bagi para petani untuk menyalurkan aspirasinya dan bertugas melaksanakan kegiatan-kegiatan di lapangan yang dikerjakan secara berkelompok. Keberadaan kelompok tani Hutan Rakyat membantu petani Hutan Rakyat dapat berkomunikasi dengan sesama petani Hutan Rakyat lainnya dan juga pihak-pihak lain untuk dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi sebagai petani. 102 103

6.4.1 Pola Hubungan Kerja dalam Kelompok Tani

Pola hubungan kerja dalam kelompok tani Hutan Rakyat adalah berdasarkan kesepakatan bersama melalui musyarawah di antara anggotanya. Pola hubungan kerja dalam kelompok tani masih diwarnai nilai-nilai gotong- royong diantara seluruh anggotanya. Selain nilai-nilai gotong-royong petani, di dalam kelompok tani terdapat aturan-aturan tidak tertulis yang sepakat dipatuhi bersama oleh para anggotanya. Kepatuhan anggota kelompok tani terhadap aturan yang berlaku terkait erat dengan fakta bahwa keputusan bergabung menjadi anggota kelompok tani Hutan Rakyat dilakukan dengan kesadaran untuk mengikuti aturan yang berlaku dalam kelompok tani tersebut. Berdasarkan wawancara mendalam, responden tidak memperoleh sosialisasi yang cukup mengenai aturan-aturan yang harus dipatuhi sebagai anggota kelompok tani dan hanya mengikuti kebiasaan yang sudah berlaku sebelumnya. Pola hubungan kerja dalam kelompok tani Hutan Rakyat diukur berdasarkan frekuensi pelaksanakan kegiatan berdasarkan musyawarah, terdapat aturan kerja yang disepakati bersama, dan kerjasama yanga di antara anggota kelompok tani Tabel 44. Kelembagaan kelompok tani Hutan Rakyat dapat berjalan dengan baik, apabila dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana Kelompok tani Hutan Rakyat Saluyu II secara formal sudah memiliki Ketua kelompok, sekretaris, dan bendahara. Namun demikian dalam kesehariannya susunan pengurus kelompok tani belum sepenuhnya dipahami petani. Pengurus kelompok tani bagi responden identik dengan ketua kelompok. Kelompok tani belum mendokumentasikan secara tertulis aturan yang berlaku di kelompok tani dalam bentuk ADART. Kelompok tani belum memiliki sub-sub bidang kerja yang mempermudah pelaksanaan kegiatan Hutan Rakyat. Namun demikian kelompok tani secara teratur menyelenggarakan pertemuan kelompok tani Hutan Rakyat terutama membahas perkembangan terbaru dan rencana kegiatan di lahan.