Gambaran Umum Desa Tegal Waru .1 Kondisi Umum

65 sebelah Timur. Kecamatan Ciampea sebanyak 45 persen wilayahnya terdiri dari dataran dan sekitar 55 persen dari wilayahnya merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian wilayah berada diantara 300 m di atas permukaan laut. Pemanfatan lahan di kecamatan Ciampea antara lain adalah pemukiman penduduk, persawahan, dan ladangkebun. Kecamatan Ciampea merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bogor yang termasuk wilayah pengembangan dan pembangunan di daerah Bogor Barat. Mengacu pada Keputusan Presiden No. 54 Tahun 2008 yang menetapkan seluruh wilayah Kabupaten Bogor sebagai kawasan lindung, maka rencana tata ruang wilayah Kabupaten Bogor berdampak terhadap arahan-arahan pengembangan wilayah kecamatan yang harus mengacu pada upaya kelestarian lingkungan, yaitu antara lain mampu menyelenggarakan pemanfaatan ruang wilayah yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sesuai dengan kemampuan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang selektif, efektif dan efisien, melalui pemberian Building Coverage Ratio BCR yang rendah pada kawasan yang memiliki nilai konservasi, sekaligus meningkatkan kualitas lingkungan pada kawasanlindung sebagai kawasan konservasi air dan tanah,melalui program rehabilitasi lahan, dengankegiatan pemanfaatan ruang yang tidak mengganggufungsi kawasan. Sejalan dengan hal tersebut, saat ini di sektor pertanian kecamatan Ciampea sedang dikembangkan kegiatan pertanian berupa pertanian lahan basah, dan agrowisata, sedangkan pengembangan di sektor kehutanan lebih mengarah kepada upaya pemanfaatan lahan keringkebun campur yang menerapkan pola penanaman palawija agroforestry yaitu di lahan-lahan milik masyarakat atau lahan-lahan kritis lainnya yang dapat mendukung kelestarian lingkungan sekaligus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan lebih dikenal dengan pengembangan Hutan Rakyat. Salah satu desa di Kecamatan Ciampea yang mulai menggalakkan pembangunan dan pengembangan Hutan Rakyat adalah Desa Tegal Waru. 66 Desa Tegal Waru adalah salah satu desa di Kecamatan Ciampea yang letaknya di sebelah barat pusat kecamatan dengan luas adalah 338,843 Ha. Desa Tegal Waru berjarak 34 Km dari Ibukota Kabupaten Bogor.Di sebelah Utara dan Timur, Desa Tegal Waru berbatasan dengan Desa Bojong Jengkol. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cinangka dan di sebelah Barat berbatasan dengan Desa CicadasBojong Rangkas Gambar 3. Desa Tegal Waru terletak di Sub DAS Ciampea, anak sungai dari DAS Cisadane. Daerah tersebut relatif memiliki ketersediaan air yang memadai untuk digunakan kehidupan sehari-hari baik untuk konsumsi rumah tangga, irigasi maupun budidaya tanaman. Topografi wilayah Desa Tegal Waru yang sebagian datar dan sebagian cenderung bergelombang berada di ketinggian 300 m dpl, beriklim basah dengan curah hujan per tahun mencapai 2.500 mm atau lebih. Kondisi topografi tersebut turut menentukan pola penggunaan lahan di Desa Tegal Waru yang terbagi menjadi lahan sawah dan kebuntegalan. Tanah datar banyak digunakan untuk lahan sawah basah, sedangkan kebuntegalan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai Hutan Rakyat dengan penanaman kayu, antara lain Sengon albizia falcataria, Afrika maesopsis eminii, Suren toona sureni, Jati tectona grandis dan Mahoni swietenia macrophylla. Desa Tegal Waru mudah dijangkau dengan sarana transportasi umum. Transportasi di dalam desa untuk jarak yang cukup jauh banyak menggunakan jasa ojek. Penggunaan kendaraan bermotor roda dua atau empat di Desa Tegal Waru ditunjang oleh kondisi sarana perhubungan yang relatif memadai. Sarana jalan di Desa Tegal Waru adalah jalan aspal dan jalan tanah dengan kondisi baik. Jalan tanah lebih banyak ditemukan di daerah dengan topografi bergelombang, curam dan berada di luar jalan utama desa. Hampir seluruh jalan utama desa sudah diaspal. Sarana perhubungan yang memadai sangat penting untuk menggerakkan perekonomian desa. 66 67 Gambar 3. Peta Desa Tegal Waru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor Sumber : BPDAS Citarum-Ciliwung, 2013 68 Pola penggunaan lahan di Desa Tegal Waru antara lain adalah untuk perumahan, sawah lahan basah, kebun, dan penggunaan lain Tabel 11. Tabel 11. Pola penggunaan lahan di Desa Tegal Waru No. Penggunaan lahan Luas Ha Persentase 1. Perumahanpemukiman dan pekarangan 123,7 37,70 2. Sawah lahan basah 150 45,70 3. Lahankebuntegalan huma 50 15,23 4. Lain-lain pemakamanperkantoran sarana olah ragabangunan pendidikanperibadatan 4,5 1,37 Total 328,2 100 a Sumber : Diolah dari Profil Desa Tegal Waru 2012 Jumlah penduduk Desa Tegal Waru adalah sebanyak 12.319 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki 6.150 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 6.169 jiwa, yang terdiri dari 3.375 KK. Sebagian besar penduduk bekerja sebagai petani, baik sebagai pemilik tanah, petani penggarap arau sebagai buruh tani. Penduduk Desa Tegal Waru juga bekerja sebagai pedagang, pegawai negeri, buruh industri, buruh bangunan, pengrajin, dan bekerja di sektor angkutan Tabel 12. Tabel 12. Sebaran penduduk menurut mata pencaharian di Desa Tegal Waru No. Mata pencaharian Jumlah jiwa Persentase 1. Petani 475 14,98 2. Buruh Tani 473 14,93 3. Pedagang 230 7,26 4. Pegawai Negeri 120 3,78 5. TNIPOLRI 10 0,31 6. Swasta 227 7,16 7. Buruh pabrik 275 8,68 8. Buruh Bangunan 60 1,89 9. Pengrajin 810 25,56 10. Angkutan 30 0,95 11. Lain-lain 459 14,48 J u m l a h 3.169 100,00 a Sumber : Diolah dari Profil Desa Tegal Waru Tahun 2011 68 69 Kondisi penduduk menurut mata pencaharian pada Tabel 12 memberikan gambaran bahwa tingkat pendidikan penduduk relatif rendah. Sebagian besar penduduk Desa Tegal Waru hanya menyelesaikan pendidikan dasar. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin sedikit penduduk yang mampu menyelesaikannya. Tabel 13. Sebaran penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Tegal Waru No. Tingkat Pendidikan Jumlah jiwa Persentase 1 Tidak Tamat SDsederajat 55 3,32 2 Tamat SDSederajat 1.235 74,58 3 Tamat SLTPSederajat 219 13,22 4 Tamat SLTASederajat 93 5,62 5 Tamat Akademi Sarjana Muda 27 1,63 6 Perguruan Tinggi 27 1,63 Jumlah 1.656 100 a Sumber : Diolah dari Profil Desa Tegal Waru 2011 Sarana pendidikan yang terdapat di Desa Tegal Waru antara lain adalah 5 lima buah Pendidikan Usia Dini PAUD, 3 tiga Taman Kanak-Kanak TK, dan 3 tiga Sekolah Dasar Negeri SDN. Sarana pendidikan untuk jenjang pendidikan dari mulai sekolah menengah lanjutan pertama sampai perguruan tinggi berada di luar Desa Tegal Waru. Sarana kesehatan cukup terpenuhi dengan keberadaan Puskesmas Pembantu, sebuah poliklinik kesehatan, dan 3 tiga buah Rumah Bersalin. Di Desa Tegal Waru terdapat pula 9 sembilan Posyandu. Kehidupan bermasyarakat di Desa Tegal Waru berada pada suasana damai. Masyarakat masih mengedepankan nilai-nilai kerukunan dan gotong- royong. Hal tersebut terlihat dari masih dilakukannya kegiatan desa secara bersama-sama, yaitu kerja bakti desa, perbaikan jalan, atau pun tolong-menolong dalam kehidupan sehari-hari dan apabila terdapat anggota masyarakat yang sedang tertimpa kesusahan. Tokoh masyarakat yaitu kepala desa, ustadz, ketua kelompok tani, ataupun pemuka desa lainnya masih berperan penting dalam kehidupan sosial masyarakat Desa Tegal Waru. Tokoh masyarakat terutama berperan dalam menggerakkan masyarakat pada kegiatan-kegiatan desa atau 70 dalam hal mengenalkan kegiatan atau program baru di bidang Pertanian atau Kehutanan pada masyarakat desa. Di Desa Tegal Waru, tokoh masyarakat masih menjadi panutan dan mendapat tempat terhormat di masyarakat. Sistem perekonomian di Desa Tegal Waru lebih banyak bertumpu pada sektor pertanian lahan basah sawah dan palawija, empon-empon, sayur-sayuran dan buah-buahan. Petani selain menanam padi juga menanam tanaman palawija berupa ketela pohon singkong dan ubi jalar di kebun serta terdapat pula sayur- sayuran antara lain jagung, kacang panjang, kacang tanah. Jenis buah-buahan yang banyak ditanam antara lain adalah pisang, pepaya, rambutan, dan lainnya. Kebutuhan penduduk sehari-hari dipenuhi dari tegalankebun. Padi hasil panen tidak seluruhnya dijual, sebagian disimpan baik untuk bibit maupun kebutuhan rumah tangga sendiri. Palawija, empon-empon, sayur-sayuran dan buah-buahan sebagian dijual, apabila hasilnya sedikit maka dikonsumsi sendiri. Sebagian besar petani mengambil kebutuhan pangan sehari-hari dari kebun sendiri karena tidak ada pasar di Desa Tegal Waru. Apabila hendak ke pasar maka harus ke desa lain atau ke ibukota kecamatan. Di Desa Tegal Waru hanya ada kiostokowarung yang menjual barang-barang kelontong sebanyak 45 empat puluh lima buah, selain itu terdapat pula toko bahan bangunan sebanyak 1 satu buah. Pada beberapa tahun terakhir, masyarakat mulai mengembangkan Hutan Rakyat. Sebetulnya masyarakat secara tradisional sudah mengenal pohon Sengon, Jati, atau Mahoni. Sebagian besar masyarakat sudah memanfaatkan pekarangan rumah atau lahan kebunnya yang tidak dapat dimanfaatkan sebagai sawah lahan basah menjadi Hutan Rakyat. Pengembangan Hutan Rakyat di wilayah Bogor Barat oleh Departemen Kehutanan didasarkan atas kebutuhan penghijauan di wilayah hulu DAS Cisadane mengingat semakin meningkatnya bencana banjir, longsor dan kekeringan di wilayah hilir. 5.2.2 Pengembangan Hutan Rakyat di Desa Tegal Waru 5.2.2.1 Areal Model Hutan Rakyat di Desa Tegal Waru Pengembangan Hutan Rakyat dalam bentuk program kehutanan yang 70 71 bertujuan mendorong upaya rehabilitasi kawasan DAS sekaligus pemberdayaan masyarakat di Desa Tegal Waru dimulai sejak tahun 2007 melalui pembangunan areal permodelan Hutan Rakyat di Desa Tegal Waru. Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan memaksimalkan koordinasi multipihak, yaitu Departemen Kehutanan, Dinas Kehutanan Kabupaten, pihak mitra industri kayu, dan pihak- pihak terkait lainnya pada areal model pembangunan Hutan Rakyat pada lahan seluas 25 Ha di Blok Ciampea Ilir, Desa Tegal Waru. Upaya pembangunan areal permodelan Hutan Rakyat pada awalnya bukan hal yang mudah dilaksanakan di Desa Tegal Waru, dikarenakan Desa Tegal Waru merupakan kawasan budidaya pertanian dengan gabungan pertanian lahan basah, sayur-sayuran dan palawija. Hutan Rakyat dalam kerangka program Kehutanan merupakan upaya pengelolaan hutan yang memfungsikan lahan-lahan milik masyarakat sebagai kawasan hutan. Masyarakat dalam hal ini petani Hutan Rakyat menjadi pelaku utama dalam upaya pengelolaan hutan tersebut. Luasan Hutan Rakyat pada areal permodelan 25 Ha secara bertahap meningkat luasannya menjadi 35 Ha secara swadaya. Masyarakat sekitar yangmemperoleh penjelasan mengenai manfaat Hutan Rakyat sekaligus melihat prospek keuntungannya mulai tertarik mengusahakan Hutan Rakyat di lahan miliknya secara swadaya. Hutan Rakyat dalam kerangka program pembangunan kehutanan, berupaya mendorong penanaman tanaman keraskayu-kayuan di lahan-lahan milik masyarakat. Pengembangan Hutan Rakyat dimulai pada tahun 2007 dengan memberikan bantuan bibit Sengon diikuti dengan pemberian bantuan dana pemeliharaan Hutan Rakyat sampai tahun ketiga 18 setelah penanaman. Luas Hutan Rakyat di Blok Ciampea Ilir, Desa Tegal Waru berkisar antara 0,05 Ha – 3 Ha. Jenis tanaman keras yang banyak ditanam oleh masyarakat adalah kayu Sengon, kayu Mahoni, dan Jati. Masyarakat tertarik menanam sengon karena pertumbuhannya yang cepat dan pemeliharaannya yang mudah. 18 Pemeliharaan tanaman keras secara intensif diperlukan sampai tahun ketiga setelah penanaman. Tanaman dianggap dapat tumbuh dengan baik setelah melewati masa kritis tanaman pada tahun ketiga. 72 Pola penanaman Hutan Rakyat terbagi menjadi : 1 pola penanaman monokultur, yaitu penanaman tanaman keras dalam satu petak lahan yang terdiri dari satu jenis tanaman keras, 2 pola penanaman dengan menerapkan teknik- teknik tumpangsari wanataniagroforestry yaitu penanaman dengan menggabungkan penanaman tanaman keras dan tanaman semusim. Pola penanaman dengan teknik tumpangsari wanataniagroforestry memungkinkan petani dapat memenuhi kebutuhan pangan sehari-harinya, sekaligus dapat menjual hasil kebunnya ke pasar apabila jumlah hasilnya banyak.

5.2.2.2 Kelompok Tani Hutan Rakyat dan Penyuluhan Kehutanan di Desa Tegal Waru

Masyarakat Desa Tegal Waru sebenarnya sudah sejak lama mengenal penanaman tanaman keraskayu-kayuan yang ditanam di lahan kebun, pematang sawah ataupun pekarangan rumah. Namun demikian pengembangan areal permodelan Hutan Rakyat dengan melibatkan masyarakat merupakan kegiatan baru bagi masyarakat, karena dalam prosesnya petani Hutan Rakyat didorong untuk belajar mengenai cara pembibitan, penanaman dan pemanenan tanaman keras berdasarkan ketentuanstandar penanaman tanaman keraskayu-kayuan yang berlaku. Sebelum pembangunan areal permodelan Hutan Rakyat, petani hanya belajar secara otodidak dari kebiasaan tradisional yang berlaku di masyarakat mengenai cara-cara budidaya Hutan Rakyat. Tanaman keraskayu- kayuan yang ditanam masyarakat sebelumnya bersifat sporadis, berskala kecil, dan seringkali mengalami petumbuhan yang tidak maksimal atau bahkan mati akibat kesalahan jarak tanam maupun serangan hama penyakit yang sulit diatasi petani karena kurangnya pengetahuan mengenai penanganan hama penyakit pada tanaman keraskayu-kayuan. Petani Hutan Rakyat tergabung dalam kelompok tani Hutan Rakyat Saluyu II sejak tahun 2007. Kelompok tani tersebut semula adalah rintisan kelompok tani yang bergerak di bidang pertanian meliputi pengolahan sawah lahan basah dan sayuran. Kelompok tani Hutan Rakyat merupakah wadah 72 73 berkumpulnya petani Hutan Rakyat untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam pengelolaan Hutan Rakyat. Petani Hutan Rakyat secara teratur melakukan pertemuan yang dimanfaatkan sebagai sarana untuk mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi petani dalam mengelola Hutan Rakyatnya. Kelompok tani dipimpin oleh seorang Ketua Kelompok yang biasanya juga merupakan tokoh masyarakat yang disegani dan dihormati oleh masyarakat. Kelompok tani Hutan Rakyat memiliki struktur organisasi terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan anggota. Pembangunan areal permodelan Hutan Rakyat dan pembekalan pengetahuanketerampilan dasar mengenai Hutan Rakyat di Desa Tegal Waru pada awal kegiatan dilaksanakan oleh BPDAS Citarum-Ciliwung. Penyelenggaraan bimbingan teknis berupa penyuluhan kehutanan dilakukan oleh Penyuluh Kehutanan dari BP3K Cibungbulang yang berada di bawah Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor. Penyuluh Kehutanan BP3K yang bertugas di Desa Tegal Waru berjumlah 1 satu orang penyuluh kehutanan dengan dibantu oleh 1 satu orang tenaga harian untuk beberapa wilayah binaan di Kabupaten Ciampea. Waktu kunjungan penyuluh kehutanan berkisar antara 1 satu sampai dengan 3 tiga bulan sekali pada satu kelompok tani. Hal tersebut memberikan gambaran mengenai kondisi ketersediaan tenaga penyuluh kehutanan di Desa Tegal Waru. 74

VI. PROFIL PETANI HUTAN RAKYAT

6.1 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian adalah petani Hutan Rakyat yang mengusahakan Hutan Rakyat pada areal model Hutan Rakyat yang dibina oleh BPDAS Citarum-Ciliwung. Dalam perkembangannya Hutan Rakyat tersebut telah bergeser dari kegiatan yang bersifat keproyekan menjadi swadaya masyarakat yang dikelola oleh masyarakat secara mandiri. Petani Hutan Rakyat di lokasi penelitian sudah mengenal penanaman tanaman keras kayu-kayuan khususnya Sengon jauh sebelum areal permodelan tersebut dibangun, oleh karena itu Hutan Rakyat relatif mudah diterima oleh masyarakat setempat. Karakteristik umur responden petani Hutan Rakyat berada pada rentang umur termuda adalah 27 tahun dan umur tertua adalah 82 tahun. Sebanyak 61,83 persen responden berada pada kategori 40 - 65 tahun. Hal itu menunjukkan bahwa hampir sebagian besar responden Petani Hutan Rakyat berada di atas usia produktif. Hutan Rakyat merupakan alternatif pemanfaatan lahan yang tidak memerlukan pemeliharaan intensif. Responden memiliki kemudahan dalam pengelolaannya dibandingkan dengan pemeliharaan pada tanaman padi sawah dan palawija. Hutan Rakyat menjadi pilihan sebagai sumber pendapatan tambahan bagi responden petani yang tidak berada umur produktif lagi. Tabel 14. Sebaran responden berdasarkan umur No. Kategori umur responden Jumlah jiwa Persentase 1 Dewasa awal umur 18-40 tahun 7 12,72 2 Dewasa umur 41-65 tahun 34 61,83 3 Dewasa akhir lebih dari umur 65 14 25,45 T o t a l 55 100,00 a Sumber : Olahan Data Primer, 2012 Tingkat pendidikan responden petani Hutan Rakyat tergolong masih rendah. Sebesar 54,54 persen responden hanya bersekolah kurang dari 3 tiga 74 75 tahun atau tidak menamatkan pendidikan dasar. Sebanyak 36,36 persen responden lainnya memiliki ragam yaitu 1 responden yang mengikuti pendidikan dasar dan sudah duduk di kelas-kelas akhir tetapi tidak menyelesaikan pendidikannya, 2 responden yang berhasil menamatkan pendidikan SD, dan 3 responden yang berhasil menamatkan pendidikan SD dan melanjutkan bersekolah sampai ke sekolah menengah lanjutan pertama, namun hanya pada tahun-tahun awal saja. Sebagian responden yang sudah duduk di jenjang SLTP dan SLTA karena keterbatasan biaya, akhirnya memilih tidak melanjutkan sekolah. Hal tersebut menjelaskan rentang waktu penyelesaian pendidikan formal responden yang tertinggi hanya 11 tahun Tabel 15. Tabel 15. Sebaran responden berdasarkan jumlah tahun mengikuti pendidikan formal No. Jumlah tahun bersekolah Jumlah n jiwa Persentase 1. Rendah 0 – 3 tahun 30 54,54 2. Sedang 4 – 7 tahun 20 36,36 3. Tinggi 8 – 11 tahun 5 9,09 J u m l a h 55 100,00 a Sumber : Olahan Data Primer, 2012 Dalam pengelolaan Hutan Rakyat, responden juga memperoleh tambahan pengetahuan dari kursuspelatihan di bidang pertanian dan kehutanan yang diselenggarakan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten, Perguruan Tinggi, BPDAS Citarum-Ciliwung, ataupun dari pemerintah desa setempat. Pelatihan di bidang Hutan Rakyat, khususnya diselenggarakan pada awal pembangunan areal permodelan Hutan Rakyat, meliputi kegiatan pelatihan pembibitan dan penanaman tanaman sengon. Pelatihan tersebut dilaksanakan dengan disertai praktek langsung di lahan petani. Kegiatan serupa di bidang penanaman palawija juga pernah dilakukan oleh Instansi BP3K Cibungbulang. Jenis pelatihan yang lebih berorientasi pada bidang perkebunan banyak diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang terdekat dengan lokasi penelitian, yaitu Institut Pertanian Bogor Tabel 16.