Kemampuan Penerapan Petani dalam Pengelolaan Hutan Rakyat
125 lainnya, dan mampu mendiskusikan pelaksanaan kegiatan Hutan Rakyat dengan
parapihak Tabel 64.
Tabel 64. Persepsi responden terhadap kemampuan penerapan petani dalam pengelolaan Hutan Rakyat
Kemampuan penerapan dalam pengelolaan Hutan Rakyat Sering
b
1. Petani selalu mengikuti instruksi dari ketua kelompok tani
43 78,20 2. Petani menerima arahanbimbingan melaksanakan
kegiatan produksi Hutan Rakyat 41 75,50
3. Instruksi ketua kelompok membantu petani mengelola Hutan Rakyatnya
41 74,50 4. Petani memotivasi petani lainnya agar kegiatan Hutan
Rakyat berjalan dengan baik 31 56,40
5. Petani mendiskusikan kegiatan Hutan Rakyat dengan pihak lain di luar kelompok tani
11 20,00
a
Sumber : Olahan data primer, 2012
b
Sering = dilaksanakan 51-100 dari keseluruhan kegiatan
Sebelum terlibat dalam pembangunan areal permodelan Hutan Rakyat di lokasi penelitian, sebagian besar petani Hutan Rakyat mengusahakan pertanian
lahan basah sawah dan sayur-sayuran. Sebenarnya penanaman tanaman keras dengan menggabungkan tanaman semusim palawija, sebelumnya sudah secara
informal dikenal oleh masyarakat setempat. Namun Hutan Rakyat baru dikenalkan secara resmi kepada masyarakat melalui pembangunan areal
permodelan Hutan Rakyat. Petani pengelola yang tergabung dalam kelompok tani kemudian
mempelajari pengelolaannya,
mencakup dari
mulai kegiatan
pembibitan, penanaman, dan pemeliharaan. Pada kegiatan produksi, ketua kelompok tani memberikan arahan
pelaksanaan kepada anggota kelompok tani. Arahan tersebut meliputi petunjuk pelaksanaan kegiatan, alat yang digunakan, dan pihak-pihak yang terlibat. Arahan
ketua kelompok tani merupakan bagian pembelajaran anggota kelompok tani untuk mempelajari tata cara pembibitan tanaman keras pada lahan Hutan Rakyat.
Anggota petani Hutan Rakyat menerima arahan dari ketua kelompok tani dan
126 penyuluh kehutanan dengan baik. Petani akan mendiskusikannya kembali, baik
dengan Ketua kelompok tani maupun dengan anggota petani lainnya, kemudian berusaha melaksanakannya sebaik mungkin. Pendamping belajar, yaitu penyuluh
kehutanan dan ketua kelompok tani Hutan Rakyat, masih berperan penting dalam kegiatan pembelajaran petani. Pendamping belajar masih menjadi panutan atau
teladan bagi petani dalam kegiatan pengelolaan Hutan Rakyat. Nilai paternalistik yang masih kuat pada masyarakat setempat menjadikan nilai-nilai penting yang
perlu dipahami oleh responden petani Hutan Rakyat dalam kegiatan pembelajaran responden lebih mudah diadopsi oleh responden petani Hutan Rakyat.
Tingkat kemampuan penerapan petani dalam pengelolaan Hutan Rakyat terbagi
menjadi kategori
kurang, sedang,
dan tinggi.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tingkat kemampuan penerapan petani dalam pengelolaan Hutan Rakyat termasuk dalam kategori sedang Tabel 65.
Tabel 65. Sebaran responden berdasarkan persepsi terhadap tingkat kemampuan penerapan petani dalam pengelolaan Hutan Rakyat
No. Tingkat kemampuan penerapan petani
dalam pengelolaan Hutan Rakyat Jumlah n
jiwa Persentase
1. Kurang skor : 10
2 3,64
2. Sedang skor : 10-15
43 78,18
3. Tinggi skor : 15
10 18.18
Jumlah 55
100,00
a
Sumber : Olahan Data Primer, 2012
Komunikasi antara petani dengan pendamping belajar dan antara sesama petani berlangsung cukup baik. Pada tahap penerapan, kualitas komunikasi ikut
menentukan berjalannya kegiatan produksi sesuai tujuan yang ingin dicapai. Komunikasi menjadi alat penting dalam menggerakkan dan memotivasi petani,
baik dilakukan oleh penyuluh kehutanan atau kelompok tani, atau diantara sesama petani Hutan Rakyat sendiri. Ketua kelompok tani memberikan
arahannya kepada anggota kelompok tani lainnya melalui komunikasi dua arah. Di lokasi penelitian, biasa terjadi petani mendiskusikan kembali arahan dari ketua
126
127 kelompok tani sebelum kegiatan dilaksanakan dan pada saat kegiatan sedang
berjalan. Dinamika tersebut yang menjadikan efektivitas komunikasi antara pendamping belajar dan responden petani Hutan Rakyat tetap terjaga.
Kegiatan pengelolaan Hutan Rakyat sampai saat ini masih melibatkan banyak pihak, yaitu dari kalangan pemerintah, kelompok tani, maupun instansi
terkait lainnya. Koordinasi antara kelompok tani dengan instansi terkait dan pemerintah setempat sampai saat ini masih dilakukan oleh ketua kelompok tani.
Ketua kelompok tani Hutan Rakyat memiliki hubungan yang cukup baik dengan penyuluh di Dinas Kabupaten Bogor, BPDAS Citarum-Ciliwung, dan penyuluh
Kehutanan BP3K.Ketua Kelompok Tani memandang penting koordinasi dengan berbagai pihak. Saat ini sedikit demi sedikit anggota kelompok tani Hutan Rakyat
lainnya mulai dibina agar memiliki kemampuan yang memadai untuk melakukan koordinasi dengan pihak-pihak lain di luar kelompok tani. Ketua kelompok tani
pada beberapa kali kesempatan mengirim anggotanya untuk berkoordinasi dengan instansi terkait mengenai perkembangan pengelolaan Hutan Rakyat.