104 Tabel 44. Persepsi responden terhadap pola hubungan kerja antar anggota dalam
kelompok tani Hutan Rakyat Pola hubungan kerja
Sering
b
1. Pelaksanaan kegiatan berdasarkan musyawarah 46 83,60
2. Terdapat aturan kerja yang disepakati bersama 45 81,80
3. Kerjasama yang baik di antara anggota kelompok tani 38 69,10
a
Sumber : Olahan data primer, 2012
b
Sering = dilaksanakan 51-100 dari keseluruhan kegiatan
Kualitas pola hubungan kerja antar anggota kelompok dalam kelompok tani Hutan Rakyat terbagi menjadi kategori tidak terikat pada aturan kerja yang
berlaku, longgar terhadap aturan kerja yang berlaku, dan sangat terikat pada aturan kerja yang berlaku Tabel 45.
Tabel 45. Sebaran responden berdasarkan persepsi terhadap pola hubungan kerja antar anggota dalam kelompok tani Hutan Rakyat
No .
Tingkat kemampuan berkomunikasi personal sumber belajar
Jumlah n jiwa
Persentase 1
Tidak terikat terhadap aturan kerja yang berlaku skor : 6
0,00 2
Longgar terhadap aturan kerja yang berlaku skor : 6-9
41 74,55
3 Terikat pada aturan kerja yang berlaku
skor : 9 14
25,55 Jumlah
55 100,00
a
Sumber : Diolah dari, 2012
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola hubungan kerja antar anggota dalam kelompok tani Hutan Rakyat tergolong longgar terhadap aturan kerja yang
berlaku dalam kelompok tani Hutan Rakyat.
6.4.2 Pengorganisasian Kegiatan Produksi
Pengorganisasian kegiatan produksi di kelompok tani adalah berdasarkan adanya musyawarah untuk memperoleh kata sepakat dari para anggota kelompok
tani dan koordinasi yang dilakukan kelompok tani. Kelompok tani sebagai 104
105 kelembagaan pengelolaan Hutan Rakyat belum mengembangkan mekanisme
pengembangan kapasitas secara sistematis bagi anggotanya. Pengembangan kapasitas tersebut antara lain adalah pelatihan-pelatihan di bidang Hutan Rakyat
yang difasilitasi oleh kelompok tani. Hal tersebut kiranya berkaitan dengan keterbatasan anggaran dan akses dari kelompok tani yang bersangkutan.
Pengorganisasian kegiatan produksi yang berjalan di kelompok tani saat ini pada dasarnya bertumpu pada aspek kesepakatan atau musyawarah dan peran
ketua kelompok tani untuk mengkoordinasikan anggotanya.Kelompok tani belum memfasilitasi kegiatan pemasaran kayu-kayu hasil Hutan Rakyat, terutama
dikarenakan keterbatasan akses terhadap aspek pemasaran Tabel 46.
Tabel 46. Persepsi responden terhadap pengorganisasian kegiatan produksi dalam kelompok tani Hutan Rakyat
Pengorganisasian kegiatan produksi Sering
b
1. Kesepakatan anggota tentang pembagian kerja 43 78,2
2. Kegiatan kelompok tani berjalan berdasarkan instruksi Ketua Kelompok tani
42 76,4 3. Musyawarah terkait rencana kegiatan kelompok
41 74,5 4. Penunjukan anggota yang bertanggung jawab
40 72,7 5. Mekanisme koordinasi diantara anggota kelompok
34 61,8 6. Fasilitasi pemasaran kayu oleh kelompok tani
10 18,2 7. Fasilitasi pelatihan kehutanan oleh kelompok tani
6 10,9
a
Sumber : Olahan data primer, 2012
b
Sering = dilaksanakan 51-100 dari keseluruhan kegiatan
Selain itu, produksi kayu yang dapat dipanen masih cukup belum memadai. Berdasarkan kondisi kelompok tani Hutan Rakyat saat ini, kelompok
tani masih belum menerapkan prinsip-prinsip organisasi modern. Kelompok tani Hutan Rakyat Saluyu II berada dalam masa transisi tradisional menjadi modern.
Pengorganisasian kegiatan produksi terbagi menjadi kategori tidak ada pembagian kerja, ada pembagian kerja tetapi tidak berkesinambungan, dan ada
pembagian kerja yang jelas dan berkesinambungan Tabel 47. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengorganisasian kegiatan produksi Hutan Rakyat termasuk
dalam kategori ada pembagian kerja tetapi belum berkesinambungan. Hal