Pengorganisasian Kegiatan Produksi Kelembagaan Pengelolaan Hutan Rakyat

105 kelembagaan pengelolaan Hutan Rakyat belum mengembangkan mekanisme pengembangan kapasitas secara sistematis bagi anggotanya. Pengembangan kapasitas tersebut antara lain adalah pelatihan-pelatihan di bidang Hutan Rakyat yang difasilitasi oleh kelompok tani. Hal tersebut kiranya berkaitan dengan keterbatasan anggaran dan akses dari kelompok tani yang bersangkutan. Pengorganisasian kegiatan produksi yang berjalan di kelompok tani saat ini pada dasarnya bertumpu pada aspek kesepakatan atau musyawarah dan peran ketua kelompok tani untuk mengkoordinasikan anggotanya.Kelompok tani belum memfasilitasi kegiatan pemasaran kayu-kayu hasil Hutan Rakyat, terutama dikarenakan keterbatasan akses terhadap aspek pemasaran Tabel 46. Tabel 46. Persepsi responden terhadap pengorganisasian kegiatan produksi dalam kelompok tani Hutan Rakyat Pengorganisasian kegiatan produksi Sering b 1. Kesepakatan anggota tentang pembagian kerja 43 78,2 2. Kegiatan kelompok tani berjalan berdasarkan instruksi Ketua Kelompok tani 42 76,4 3. Musyawarah terkait rencana kegiatan kelompok 41 74,5 4. Penunjukan anggota yang bertanggung jawab 40 72,7 5. Mekanisme koordinasi diantara anggota kelompok 34 61,8 6. Fasilitasi pemasaran kayu oleh kelompok tani 10 18,2 7. Fasilitasi pelatihan kehutanan oleh kelompok tani 6 10,9 a Sumber : Olahan data primer, 2012 b Sering = dilaksanakan 51-100 dari keseluruhan kegiatan Selain itu, produksi kayu yang dapat dipanen masih cukup belum memadai. Berdasarkan kondisi kelompok tani Hutan Rakyat saat ini, kelompok tani masih belum menerapkan prinsip-prinsip organisasi modern. Kelompok tani Hutan Rakyat Saluyu II berada dalam masa transisi tradisional menjadi modern. Pengorganisasian kegiatan produksi terbagi menjadi kategori tidak ada pembagian kerja, ada pembagian kerja tetapi tidak berkesinambungan, dan ada pembagian kerja yang jelas dan berkesinambungan Tabel 47. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengorganisasian kegiatan produksi Hutan Rakyat termasuk dalam kategori ada pembagian kerja tetapi belum berkesinambungan. Hal 106 tersebut sejalan dengan pengamatan di lapangan, bahwa di antara anggota kelompok tani sudah terdapat pembagian kerja namun dalam pelaksanaannya belum sangat mengikat. Tabel 47. Sebaran responden berdasarkan persepsi terhadap pengorganisasian kegiatan produksi Hutan Rakyat No. Pengorganisasian kegiatan produksi Jumlah n jiwa Persentase 1. Tidak ada pembagian kerja skor : 14 1 1,82 2. Ada pembagian kerja tetapi tidak berkesinambungan skor : 14-21 52 94,54 3. Ada pembagian kerja yang jelas dan berkesinambungan skor : 21 2 3,64 Jumlah 55 100,00 a Sumber : Olahan Data Primer, 2012

6.4.3 Norma sosial dalam Kelompok Tani

Aturan-aturan tidak tertulis di dalam kelompok tani yang dipatuhi oleh anggota kelompok secara tidak langsung mengatur hubungan kerja dan hubungan-hubungan sosial yang terjadi didalamnya. Seperti halnya nilai-nilai gotong-royong, musyawarah, dan hal-hal yang dilarang dilakukan dalam kelompok tani Tabel 48. Tabel 48. Persepsi responden terhadap norma sosial dalam kelompok tani Hutan Rakyat Norma sosial dalam kelompok tani Sering b 1. Terdapat aturan tidak tertulis yang disepakati bersama 48 87,30 2. Sanksi sosial terhadap pelanggaran anggota 42 76,30 3. Kepatuhan anggota terhadap aturan tidak tertulis 40 72,70 a Sumber : Olahan data primer, 2012 b Sering = dilaksanakan 51-100 dari keseluruhan kegiatan Pelanggaran terhadap larangan kelompok tersebut akan diberikan sanksi sebagai hukuman punisment. Pemberian sanksi berupa teguran sampai sanksi berupa tidak dilibatkan dalam kegiatan kelompok merupakan salah satu mekanisme untuk menjaga keterikatan anggota kelompoknya terhadap 106 107 kelembagaan kelompok tani. Ikatan norma sosial kelompok tani menjaga solidaritas dan kemapanan kelompok. Norma sosial yang mengikat anggota kelompok tani Hutan Rakyat terbagi menjadi kategori tidak mengikat, cukup mengikat, dan sangat mengikat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa norma sosial dalam kelompok tani Hutan Rakyat termasuk dalam kategori mengikat anggota kelompoknya Tabel 49. Tabel 49. Sebaran responden berdasarkan persepsi terhadap norma sosial dalam kelompok tani Hutan Rakyat No. Norma sosial dalam kelompok Jumlah n jiwa Persentase 1 Tidak mengikat skor : 6 0,00 2 Mengikat skor : 6-9 47 85,45 3 Sangat mengikat skor : 9 8 14,55 Jumlah 55 100,00 a Sumber : Olahan Data Primer, 2012

6.4.4 Hutan Rakyat dan Keterlibatan Multipihak

Penyelenggaraan kegiatan Hutan Rakyat dalam konteks kelembagaan Hutan Rakyat melibatkan parapihak. Peranan kelembagaan sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan pengembangan Hutan Rakyat Tabel 50. Tabel 50. Persepsi responden mengenai instansilembagaunit usaha yang mendukung penyelenggaraan Hutan Rakyat No. Instansilembagaunit usaha Jumlah N=55 Frekuensi kegiatan bulan 6 3-6 1-3 1. Dinas Kehutanan Kabupaten 5 9,09 8 14,5 39 70,9 3 5,45 2. BPDAS Citarum-Ciliwung 11 20 36 65,45 4 7,27 4 7,27 3. BP4KBP3K Ciampea 6 10,9 38 69,09 8 14,5 3 5,45 4. GAPOKTAN 8 14,54 35 63,63 8 14,5 3 5,45 5. Pemerintah Desa 4 7,27 12 21,81 35 63,6 4 7,27 6. LSM 53 96,36 2 3,63 - - - - 7. Unit Perbankan 55 100 - - - - - - 8. Industri pemasaran kayu 55 100 - - - - - - a Sumber : Olahan data primer, 2012