Kemampuan Melakukan Pengawasan dalam Hutan Rakyat

128 Hutan Rakyat yang disusun atau ditetapkan berdasarkan kesepakatan anggota kelompok tani Hutan Rakyat. Kegiatan pengawasan dalam persepsi petani adalah melakukan monitoring terhadap pelaksanaan kegiatan produksi Hutan Rakyat dan kesesuaiannya terhadap pencapaian tujuan awal kegiatan. Secara tidak tertulis, anggota kelompok tani sepakat bahwa kegiatan pengawasan terutama dilakukan pada kegiatan pembibitan, penanaman dan pemeliharaan. Tabel 66. Persepsi responden terhadap kemampuan melakukan pengawasan dalam pengelolaan Hutan Rakyat Kemampuan pengawasan dalam pengelolaan Hutan Rakyat Sering b 1. Kesesuaian tindakan perbaikan yang dilakukan petani dengan hasil perbaikan yang diperoleh 43 78,20 2. Kesepakatan diantara anggota kelompok tani tentang hal- hal yang perlu diawasi 36 65,40 3. Petani melakukan tindakan perbaikan terhadap masalah yang dihadapi di lahan 35 63,60 4. Petani selalu mengawasi perkembangan tanaman di lahannya 34 61,80 5. Petani menemui masalah di lahan yang tidak sesuai dengan perencanaan kegiatan 33 60,00 6. Petani membandingkan setiap hasil pengawasan di lahan dengan hasil sebelumnya 29 52,70 a Sumber : Olahan data primer, 2012 b Sering = dilaksanakan 51-100 dari keseluruhan kegiatan Pengawasan terhadap kegiatan pembibitan pada awal pembangunan areal permodelan Hutan Rakyat dianggap penting oleh responden petani Hutan Rakyat karena menentukan kualitas Hutan Rakyat yang akan dibangun. Pengawasan dilakukan responden untuk mengikuti perkembangan pertumbuhan bibit tanaman keras. Hal tersebut menurut pernyataan responden dilakukan untuk menghindari lebih banyak mengalami kerugian akibat bibit yang mati di lapangan. Apabila diketahui terdapat bibit yang mati di lahan, responden segera menanam bibit pengganti. Namun demikian apabila tidak ada bantuan atau biaya untuk membeli bibit baru, maka petani akan membiarkan saja bibit yang mati tersebut dan tidak 128 129 berusaha menggantinya dengan bibit yang baru. Namun demikian sebagian besar responden menyatakan mengikuti perkembangan pertumbuhan bibit tanaman keras di lahannya pada tiga tahun pertama secara lebih cermat untuk menghindari resiko kerugian yang lebih parah. Dikarenakan berdasarkan kebutuhan dan belum mengenal pola pengawasan seperti halnya pada organisasi modern, petani belum secara terorganisir melakukan penilaian terhadap kegiatan perencanaan, pengorganisasian dan penerapan. Bagi petani yang penting adalah dalam ukuran mereka kegiatan sudah terlaksana dengan baik dibuktikan dengan pertumbuhan kayu yang sesuai dengan harapan mereka. Minimnya biaya dan kesempatan penanaman yang terbatas dibatasi menjadikan petani cukup waspada apabila terjadi sesuatu yang dapat merugikan mereka. Mereka akan sekuat tenaga melakukan antisipasi, meskipun ketika sudah tidak terdapat pilihan lain maka mereka bersikap pasrah. Kelemahan pengawasan yang berdasarkan kebutuhan ini adalah bahwa pengawasan belum dilakukan secara maksimal dengan melibatkan keseluruhan sumber daya manusia yang ada. Namun demikian petani sudah mampu mengenali penyimpangan yang terjadi dalam kegiatan produksi Hutan Rakyat. Tingkat kemampuan pengawasan petani dalam pengelolaan Hutan Rakyat terbagi menjadi kategori kurang, sedang, dan tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kemampuan pengawasan petani dalam pengelolaan Hutan Rakyat termasuk dalam kategori tinggi Tabel 67. Tabel 67. Sebaran responden berdasarkan persepsi terhadap tingkat kemampuan pengawasan petani dalam pengelolaan Hutan Rakyat No. Tingkat kemampuan pengawasan petani dalam pengelolaan Hutan Rakyat Jumlah n jiwa Persentase 1. Kurang skor : 12 2 3,64 2. Sedang skor : 12-18 24 43,64 3. Tinggi skor : 18 29 52,72 Jumlah 55 100,00 a Sumber : Olahan Data Primer, 2012 130 Pengawasan tidak hanya berlangsung pada kegiatan produksi Hutan Rakyat tetapi juga pada kelembagaan Hutan Rakyat. Misalnya apakah kesepakatan bersama ada yang dilanggar atau tidak. Apabila ada anggota kelompok tani yang melanggar, maka ketua kelompok atau anggota petani lainnya akan menegur yang bersangkutan dan mengingatkan kembali mengenai kesepakatan bersama yang telah disepakati antar anggota kelompok tani Hutan Rakyat. Responden petani Hutan Rakyat senantiasa melakukan perbaikan terhadap penyimpangan kegiatan yang terjadi, seperti misalnya menanam bibit pengganti, mengganti takaran pupuk apabila kurang tepat ukurannya, dan memperbaiki jarak tanam. Beberapa responden menyatakan bahwa mereka akan berusaha melakukan perbaikan apabila hal tersebut masih dapat diusahakan. Membiarkan saja tumbuhan yang mati dilakukan sebagai pilihan terakhir apabila jalan lainnya sudah tidak memungkinkan. Terutama apabila menemui kendala keuangan. 130 131

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN ANGGOTA KELOMPOK DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT

Analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan perencanaan, pengorganisasian diri, penerapan dan pengawasan petani dilakukan dengan menggunakan uji statistik regresi berganda. Model regresi linier dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut memenuhi beberapa asumsi klasik. Asumsi klasik yang harus terpenuhi dalam model regresi linier adalah residual terdistribusi normal, tidak adanya multikolinearitas, tidak adanya heteroskedastisitas, dan tidak adanya adanya autokorelasi pada model regresi . Uji normalitas Residual . Uji normalitas residual pada model regresi digunakan untuk menguji apakah nilai residual yang dihasilkan dari regresi terdistribusi secara normal atau tidak. Residual merupakan nilai sisa atau selisih antara nilai peubah terikat Y dengan peubah terikat hasil analisis regresi Y’. Model regresi yang baik adalah yang memiliki data residual yang terdistribusi normal Priyatno 2012. Hasil uji pada Tabel 68 menunjukkan bahwa nilai signifikansi Asymp. Sig. 2-tailed adalah 0,634, 0,840, 0,852, dan 0,967. Karena signifikansi lebih besar dari 0,05, sehingga residual terdistribusi dengan normal. Tabel 68. Ringkasan Hasil uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Peubah Terikat Tolerance Kemampuan Perencanaan Y1.1 Asymp. Sig. 2-tailed 0,634 Kemampuan Pengorganisasian diri Y1.1 Asymp. Sig. 2-tailed 0,840 Kemampuan Penerapan Y1.1 Asymp. Sig. 2-tailed 0,852 Kemampuan Pengawasan Y1.1 Asymp. Sig. 2-tailed 0,967 a Sumber : Hasil analisis SPSS 132 Uji Multikolineritas . Uji multikolineritas adalah keadaan dimana model regresi ditemukan adanya kolerasi yang sempurna atau mendekati sempurna antar peubah bebas. Pada model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas Priyatno 2012. Hasil uji pada tabel 69 menunjukkan bahwa nilai Tolerance dari kelompok peubah bebas lebih dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah multikolineritas pada model regresi. Tabel 69. Ringkasan hasil uji melalui nilai Tolerance dan Inflation Factor VIF Peubah Terikat Tolerance VIF Kemampuan Perencanaan Y1.1 0,172 – 0,683 1.465 -5.697 Kemampuan Pengorganisasian diri Y1.1 0,172 – 0,548 1.465-5.812 Kemampuan Penerapan Y1.1 0,176 – 0,683 1.465-5.812 Kemampuan Pengawasan Y1.1 0,176 – 0,683 1.465-5.812 a Sumber : Hasil analisis SPSS Uji Heteroskedastisitas . Uji Heteroskedastisitas adalah keadaan di mana dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual pada satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas Priyatno 2012. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melakukan uji koefisien korelasi Spearman’s rho Tabel 70. Tabel 70. Ringkasan hasil uji Koefisien Korelasi Spearman’s Rho Peubah Terikat Residual tidak terstandardisasi Signifikansi Sig. 2-tailed Kemampuan Perencanaan Y1.1 0,587 – 0,966 Kemampuan Pengorganisasian diri Y1.2 0,511 – 0,995 Kemampuan Penerapan Y1.3 0,965 – 0,572 Kemampuan Pengawasan Y1.4 0,494 – 0,993 a Sumber : Hasil analisis SPSS Hasil uji menunjukkan bahwa korelasi peubah bebas dengan residual tidak terstandardisasi pada masing-masing peubah terikat memiliki nilai 132