Strategi Penguatan Kelompok dalam Pengelolaan Hutan Rakyat

151 Pretty 1995 mengemukakan bahwa kelompok dan kelembagaan lokal sudah sejak lama berperan penting dalam pembangunan pertanian pedesaan. Pembangunan pertanian yang berkelanjutan tidak hanya tergantung pada motivasi masing-masing petani, tetapi juga tergantung pada tindakan kelompok atau masyarakat secara keseluruhan. Kelompok tani berperan penting dalam pengelolaan Hutan Rakyat sebagaimana halnya dalam pertanian pedesaan. Pengelolaan Hutan Rakyat adalah proses pembelajaran petani Hutan Rakyat mengenai cara mengelola Hutan Rakyat berdasarkan kaidah yang ditentukan. Penelitian Millar dan Curtis 1997 menemukan bahwa interaksi antar petani, baik diantara mereka sendiri, maupun bersama dengan para ahli dan penyuluh, berdampak pada terjadinya pertukaran pengetahuan yang memfasilitasi proses pembelajaran petani secara lebih mendalam. Fasilitasi yang efektif sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran kelompok petani. Strategi penguatan kelompok dalam pengelolaan Hutan Rakyat secara garis besar terbagi menjadi strategi penguatan kelompok melalui pengembangan kapasitas anggota kelompok didukung dan reorientasi penyelenggaraan kegiatan penyuluhan kehutanan. Pengembangan kapasitas anggota kelompok mengandung pengertian peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam kelompok tani. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam kelompok tani dilakukan melalui: 1 peningkatan pendapatan petani pengelola Hutan Rakyat, 2 peningkatan kapasitas kelembagaan kelompok tani Hutan Rakyat, 3 Keterbukaan akses terhadap pelatihan Hutan Rakyat sesuai kebutuhannya, 4 Peningkatan kapasitas sumber belajar, dan 5 Peningkatan kemampuan petani dalam aspek pemasaran Hutan Rakyat. Strategi penguataan kelompok tersebut harus didukung oleh reorientasi penyelenggaraan penyuluhan kehutanan terkait Hutan Rakyat. Reorientasi penyelenggaraan penyuluhan kehutanan pada dasarnya adalah memaknai kembali kegiatan penyelenggaraan penyuluhan kehutanan yang sudah berjalan saat ini. Kesesuaian sistem yang ada dengan kebutuhan petani, kemudahan akses 152 informasi, dan dukungan parapihak. Beberapa hal yang perlu dipikirkan kembali dalam penyelenggaraan kegiatan penyuluhan adalah keterlibatan multipihak yang berjalan saat ini dalam pola pembelajaran petani. Tabel 76. Strategi penguatan kelompok dalam pengelolaan Hutan Rakyat No. Masalah Tujuan Program Program Sasaran Pelaksana 1. Rendahnya tingkat pendapatan petani Hutan Rakyat - Petani memiliki pemahaman mengenai nilai-nilai investasi modal - Petani memiliki sumber pendapatan lainnya untuk meningkatkan pendapatan - Diversifikasi usaha masyarakat dari lahan Hutan Rakyat - Pelatihan pembuatan kerajinan siap jual dari limbah kayu Hutan Rakyat - Pelatihan pengolahan hasil-hasil palawija menjadi barang siap jual - Pelatihan kewirausahaan dengan pola kemitraan Petani Hutan Rakyat dengan penghasilan rendah Petani Hutan Rakyat dengan penghasilan memadai - Pemerintah - Instansi Dinas terkait - Dinas Kehutanan KabProp. - BKP5K - BP3K 2. Kelembagaan pengelolaan Hutan Rakyat masih belum mapan - Komitmen anggota kelompok terhadap kelompok tani meningkat - Pemahaman petani terhadap aspek kelembagaan pengelolaan Hutan Rakyat meningkat - Pengembangan kapasitas kelembagaan kelompok tani Hutan Rakyat Petani sebagai anggota kelompok tani Hutan Rakyat - Pemerintah - InstansiUP T terkait - Lembaga penyuluhan - LSM Swadaya 152 153 Tabel 76. Strategi penguatan kelompok dalam pengelolaan Hutan Rakyat Lanjutan No. Masalah Tujuan Program Program Sasaran Pelaksana 3. Kesempatan petani memperoleh tambahan pengetahuan dan keterampilan Hutan Rakyat masih terbatas Petani memperoleh kesempatan pelatihan Hutan Rakyat sesuai kebutuhannya - Identifikasi kebutuhan petani terhadap pelatihan Hutan Rakyat - Peningkatan penyelenggara an pelatihan Hutan Rakyat bagi petani Petani pengelola Hutan Rakyat - Pemerintah - InstansiUPT terkait - Lembaga penyuluhan - LSM Swadaya 4. Kemampuan sumber belajar dalam pembelajaran pengelolaan Hutan Rakyat masih terbatas Peningkatan kapasitas sumber belajar - Identifikasi tingkat pengetahuan dan keterampilan sumber belajar - Penyusunan rancangan materi pembelajaran sesuai kebutuhan sumber belajar - Pelatihan untuk meningkatkan kompetensi sumber belajar Ketua kelompok tani, penyuluh kehutanan, penyuluh swadaya masy, kader sumber belajar - Pemerintah - InstansiUPT terkait - Dinas Kehutanan KabProp. - BKP5K - BP3K 5. Penguasaan petani terhadap aspek pemasaran masih rendah Petani menguasai aspek pemasaran Hutan Rakyat - Pendamping- an petani Hutan Rakyat - Pelatihan kewirausaha- an Hutan - Pembentukan koperasi Hutan Rakyat Petani pengelola Hutan Rakyat - Pemerintah - InstansiUPT terkait - Lembaga penyuluhan - LSM Swadaya 154 Tabel 76. Strategi penguatan kelompok dalam pengelolaan Hutan Rakyat Lanjutan No. Masalah Tujuan Program Program Sasaran Pelaksana 6. Hasil kayu Hutan Rakyat belum maksimal Petani memiliki pengetahuan dan keterampilan mengelola Hutan Rakyat secara berkelanjutan - Pendampingan Pengelolaan Hutan berbasis Masyarakat lestari - Pelatihan Hutan Rakyat Petani pengelol a Hutan Rakyat - Pemerintah - InstansiUPT terkait - Lembaga penyuluhan - LSM Swadaya 7. Petani Hutan Rakyat sulit memperoleh bantuan modal Terbukanya akses modal terhadap petani untuk meningkatkan skala usahanya - Bank masuk desa - Program simpan-pinjam petani Hutan Rakyat Petani pengelol a Hutan Rakyat - Pemerintah - InstansiUPT terkait - Lembaga penyuluhan - Perbankan 154 155

VIII. SIMPULAN DAN SARAN

8.1 Simpulan

Simpulan yang dapat disampaikan dari penelitian ini adalah : 1. Pembelajaran pengelolaan Hutan Rakyat dalam kelompok tani telah mendorong terjadinya perubahan perilaku petani dalam mengelola lahan. Perubahan pengelolaan lahan dari semula pertanian sawah lahan basah menjadi Hutan Rakyat di lahan kebun dengan pola penanaman dan pemeliharaan yang berbeda merupakan bentuk inovasi yang memerlukan pengetahuan dan keterampilan baru dari petani. 2. Pengelolaan Hutan Rakyat masih menghadapi beberapa permasalahan, yaitu masih rendahnya kesempatan anggota kelompok memperoleh tambahan pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan non-formal terkait Hutan Rakyat, belum maksimalnya pelaksanaan kegiatan penyuluhan kehutanan dari lembaga penyuluhan beserta unit pelaksana teknis terkait, keterbatasan luas lahan, rendahnya pendapatan petani dan masih kurang memadainya kapasitas anggota kelompok tani dalam kelembagaan pengelolaan Hutan Rakyat. 3. Kemampuan perencanaan petani dapat meningkat apabila petani memperoleh wawasan yang memadai mengenai nilai penting lahan Hutan Rakyat yang dimilikinya, petani memperoleh kesempatan meningkatkan pendapatannya, terlibat dalam rentang waktu yang cukup pada program Hutan Rakyat sehingga memiliki pengalaman pembelajaran yang memadai dalam mengelola Hutan Rakyat, dan terdapat solidaritas tinggi di antara anggota kelompok tani karena diikat oleh norma sosial kelompok yang kuat. 4. Kemampuan petani mengorganisir diri dalam kelembagaan pengelolaan Hutan Rakyat dapat meningkat apabila petani memperoleh kesempatan mengikuti pelatihan Hutan Rakyat sesuai kebutuhannya dan didukung oleh media kelompok tani dengan solidaritas tinggi di antara anggota kelompok tani Hutan Rakyat. 156 5. Kemampuan petani menerapkan hasil pembelajaran Hutan Rakyatnya dapat meningkat apabila petani memperoleh kesempatan mengikuti pelatihan Hutan Rakyat sesuai kebutuhannya dan sumber belajar memperoleh bimbingan atau mengikuti pelatihan pengajaran untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan petani sebagai pembelajar. 6. Kemampuan petani mengawasi kegiatan produksi Hutan Rakyat dapat meningkat apabila petani memperoleh wawasan yang cukup mengenai pentingnya aspek pengawasan dalam kegiatan produksi Hutan Rakyat didukung oleh pelaksanaan kegiatan yang terorganisir dengan baik. 7. Ketua kelompok tani berperan penting dalam mengkoordinasikan seluruh kegiatan produksi Hutan Rakyat, sehingga ketergantungan kelompok tani terhadap ketua kelompok masih sangat besar. 8. Bentuk pembelajaran petani berlangsung secara vertikal dan horisontal. Secara vertikal yaitu antara anggota kelompok-ketua kelompok tani dan anggota kelompok-penyuluh kehutanan. Secara horisontal pembelajaran petani berlangsung dari petani ke sesama petani lainnya yang dianggap lebih berpengalaman.

8.2 Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan adalah : 1. Pemerintah, terdiri dari lembaga penyuluhan dan instansi teknis terkait melakukan identifikasi dan inventarisasi data mengenai kompetensi sumber belajar yang saat ini terlibat dalam pembelajaran petani Hutan Rakyat. Hasil identifikasi tersebut digunakan sebagai bahan untuk merancang bentuk kegiatan peningkatan kompetensi sumber belajar yang dapat dilakukan, antara lain melalui penyelenggaraan pelatihan bagi sumber belajar sesuai kebutuhan terhadap jenis kompetensi sumber belajar yang dibutuhkan oleh petani Hutan Rakyat agar kemampuan mengelola lahannya dapat meningkat. 2. Pemerintah, terdiri dari lembaga penyuluhan dan instansi teknis terkait mengkaji kembali dukungan sistem penyuluhan yang berjalan saat ini 156