Kemampuan Pengawasan Anggota Kelompok Tani

141 penyuluhan, kelembagaan pengelolaan Hutan Rakyat, dan hubungan interpersonal. Hasil analisis regresi secara simultan dari seluruh sub peubah bebas karakteristik petani, kompetensi pendamping belajar, kegiatan penyuluhan, kelembagaan pengelolaan Hutan Rakyat, dan hubungan interpersonal yang diduga berpengaruh terhadap variabel kemampuan pengawasan petani dalam mengelola Hutan Rakyat dengan metode enter diperoleh nilai R 2 sebesar 0,291. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kemampuan pengawasan dipengaruhi sub peubah terikat sebesar 29,1 persen, dan sisanya sebesar 70,9 dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk ke dalam analisis. Hasil analisis regresi selanjutnya diperoleh nilai signifikansi 0,001 dan 0,009 dari sub peubah pendapatan petani dan pengorganisasian kegiatan produksi Tabel 75. Kedua sub peubah di atas memiliki nilai Sig di bawah α=0,05, sehingga berpengaruh simultan dan signifikan terhadap kemampuan pengawasan petani dalam pengelolaan Hutan Rakyat. Tabel 75. Analisa signifikansi variabel bebas yang berpengaruh terhadap kemampuan pengawasan petani dalam pengelolaan Hutan Rakyat Sub Variabel Koefisien regresi Signifikansi Konstan 0,000 Pendapatan petani -0,414 0,001 Materi Penyuluhan 0,207 0,088 Pengorganisasian Kegiatan Produksi 0,321 0,009 Nilai Korelasi R : Nilai Koefisian Determinasi R squareR 2 : 0,291 a Sumber : Olahan data primer, 2012 b Sering = dilaksanakan 51-100 dari keseluruhan kegiatan c Signifikan pada α=0,05 Persamaan regresi faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan pengawasan anggota kelompok tani Hutan Rakyatadalah sebagai berikut : Y = 13.300 ─ 0,414 pendapatan petani + 0,207 materi penyuluhan + 0,321 pengorganisasian kegiatan produksi 142 Sub peubah pendapatan petani dalam pembelajaran petani menunjukkan nilai signifikansi 0,001 yaitu di bawah α=0,05 sehingga sub peubah tersebut signifikan berpengaruh terhadap kemampuan pengawasan dalam pengelolaan Hutan Rakyat. Arah hubungan adalah negatif, sehingga pengurangan 1 satuan pendapatan petani akan meningkatkan kemampuan pengawasan petani dalam pengelolaan Hutan Rakyat. Sebaliknya peningkatan 1 satuan pendapatan petani akan menurunkan kemampuan pengawasan petani dalam pengelolaan Hutan Rakyat. Hal tersebut dapat dimaknai bahwa bahwa semakin tinggi pendapatan petani maka kemampuan pengawasan petani dalam pengelolaan Hutan Rakyat semakin berkurang. Sebaliknya semakin berkurang pendapatan petani, maka kemampuan pengawasan petani semakin meningkat. Sub peubah proses pengorganisasian kegiatan produksi menunjukkan nilai signifikansi 0,009 yaitu dibawah α=0,05 sehingga sub peubah tersebut signifikan berpengaruh terhadap kemampuan pengawasan dalam pengelolaan Hutan Rakyat. Arah hubungan adalah positif, sehingga peningkatan 1 satuan pengorganisasian kegiatan produksi akan meningkatkan kemampuan pengawasan petani dalam pengelolaan Hutan Rakyat sebesar 0,207. Sebaliknya pengurangan 1 satuan pengorganisasian kegiatan produksi akan menurunkan kemampuan pengawasan petani dalam pengelolaan Hutan Rakyat sebesar 0,207. Berdasarkan koefisien regresi, sub peubah yang paling berpengaruh terhadap kemampuan pengawasan petani berturut-turut adalah pendapatan petani 0,414 dan pengorganisasian kegiatan produksi 0,321.

7.2 Kemampuan Anggota Kelompok dalam Pengelolaan Hutan Rakyat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan petani memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat kemampuan perencanaan petani dalam pengelolaan Hutan. Artinya semakin rendah tingkat pendapatan petani, maka semakin tinggi kemampuan perencanaan petani dalam pengelolaan Hutan Rakyat. Sebaliknya semakin tinggi pendapatan petani, semakin rendah tingkat kemampuan perencanaan petani dalam pengelolaan Hutan Rakyat. Hal tersebut 142 143 dapat pula dimaknai bahwa ketika pendapatan petani rendah, maka petani melakukan kegiatan perencanaan dalam pengelolaan Hutan Rakyat dengan lebih baik. Hutan Rakyat merupakan alternatif pendapatan petani yang dipandang berpotensi dapat memberikan tambahan pendapatan yang layak bagi petani. Ragam tingkat pendapatan responden disusun berdasarkan pendapatan dari lahan sawah, lahan Hutan Rakyat dan pendapatan sampingan. Petani subsisten dengan pendapatan rendah akan memperhitungkan manfaat atau keuntungan ekonomi yang dapat diperolehnya dari setiap sumber pendapatan. Petani akan merencanakan dengan cermat setiap tindakan ekonominya dengan memperhitungkan keterbatasan lahan dan sumber pendapatan yang dimilikinya. Temuan penelitian tersebut diperkuat dengan studi Scott 1983 mengenai moral ekonomi petani, bahwa terdapat nilai utamakan selamat dalam diri petani. Petani akan mengukur setiap tindakannya dengan tidak membahayakan pemenuhan kebutuhan dasarnya. Hal tersebut menjelaskan hasil uji regresi bahwa semakin rendah tingkat pendapatan petani maka kemampuan perencanaan petani mengelola lahan Hutan Rakyatnya semakin meningkat. Petani Hutan Rakyat dengan tingkat pendapatan rendah cenderung merencanakan pengelolaan lahannya dengan lebih cermat. Tindakan-tindakan ekonomi yang dilakukan petani merupakan tindakan alamiah petani untuk beradaptasi dengan kondisi keterbatasan yang melingkupinya, baik kondisi keterbatasan tenaga kerja, sumber pendapatan ataupun aset kepemilikan lahan. Oleh karena itu, tidak mudah mendorong petani dengan tingkat pendapatan yang berbeda-beda dapat berperilaku sama dalam kegiatan mengelola lahan Hutan Rakyatnya. Kemampuan perencanaan petani dapat dioptimalkan dengan membangun kesamaan pemahaman mengenai nilai penting investasi modal masing-masing petani, yang mendorong terbukanya wawasan ekonomi lebih luas dalam diri petani sehingga kemampuan perencanaan petani dalam mengelola Hutan Rakyat tidak hanya ditentukan oleh respon alamiah petani terhadap kondisi keterbatasan yang dihadapinya, melainkan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan rasional yang sudah berorientasi keberlangsungan kegiatan produksi. Kemampuan petani