Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisis Data

58 Hutan Rakyat, yang terdiri dari kemampuan perencanaan, kemampuan pengorganisasian diri, kemampuan penerapan, dan kemampuan pengawasan. Analisis regresi yang digunakan adalah analisis regresi berganda bivariate, yaitu analisis regresi antara beberapa variabel bebas dengan lebih dari satu variabel terikat. Berdasarkan jumlah variabel terikat, maka analisis regresi ini akan menghasilkan 4 empat persamaan. Bentuk masing-masing persamaan regresi berganda adalah : Y ᇱ = a + b ଵ X ଵ + b ଶ X ଶ … … … b ୶ X ୶ Keterangan : Y ′ ∶ P‡ubah t‡r‹kat yag d‹pr‡d‹k•‹ka X ଵ , X ଶ ∶ P‡ubah b‡ba• a ∶ N‹la‹ k‘•tata b ଵ , b ଶ ∶ ‘‡ϐ‹•‹‡ regresi 3. Analisis kualitatif meliputi penjelasan dan pemaknaan dari hasil kuesioner, hasil wawancara mendalam In-depth interview dan hasil pengataman di lokasi penelitian. Analisis ini merupakan pengujian non-numerik dan interpretasi dari semua data kuantitatif dan kualitatif. Untuk keperluan analisis regresi berganda, data yang berskala ordinal terlebih dahulu ditransformasi menjadi data interval dengan method of succesive Interval MSI. Sebelum analisis sata, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik terhadap data penelitian, yaitu uji normalitas residual dengan uji one Sample Kolmogorov Smirnov , uji Heteroskedastisitas dengan Spearman’s Rho testing, uji Autokorelasi dengan uji Durbin-Watson, dan uji Multikorelitas dengan melihat Variance Inflation Factor VIF. Hasil menunjukkan bahwa data dapat memenuhi persyaratan uji asumsi klasik sehingga dapat dilakukan analisis regresi berganda. Pengolahan data dilakukan dengan SPSS 20 menggunakan uji parametrik regresi berganda dengan metode enter. Seluruh variabel terikat dimasukkan 58 59 sekaligus, kemudian dikeluarkan satu persatu untuk mencari variabel yang paling signifikan berpengaruh terhadap variabel terikat dalam model regresi berganda. 60

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Tegal Waru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pada awal bagian ini akan dibahas secara umum karakteristik lokasi penelitian terkait dengan topik penelitian.

5.1 Gambaran Umum Hutan Rakyat di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa

Barat Kabupaten Bogor berada di Provinsi Jawa Barat dan berbatasan langsung dengan Ibukota negara Republik Indonesia. Secara geografis Kabupaten Bogor terletak antara 6.19 – 6.47 Lintang Selatan dan 106.1 – 107.103 Bujur Timur dengan luas wilayah sekitar 2.237,09 Km 2 yang merupakan salah satu wilayah administratif terluas keenam di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Bogor terdiri dari 40 kecamatan dengan jumlah total desakelurahan paling banyak se-provinsi Jawa Barat yatu berjumlah 428 desakelurahan. Sebanyak 200 desakelurahan termasuk dalam klasifikasi perkotaan, sedangkan 228 desa lainnya berstatus perdesaan. Kabupaten Bogor berbatasan dengan Kabupaten Tangerang Banten, Kota Depok, Kota Bekasi, dan Kabupaten Bekasi di sebelah utara, Kabupaten Karawang di sebelah timur, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi di sebelah Selatan, dan Kabupaten Lebak Banten di sebelah barat. Kabupaten Bogor memiliki ketinggian berkisar dari 15 m dpl pada dataran di bagian utara hingga 2.500 m dpl pada puncak-puncak gunung di bagian selatan dan merupakan wilayah daratan dengan tipe morfologi wilayah yang bervariasi, dari dataran yang relatif rendah di bagian utara hingga dataran tinggi di bagian selatan. Iklim wilayah Kabupaten Bogor termasuk iklim tropis sangat basah di bagian selatan dan iklim tropis basah di bagian utara, dengan rata-rata curah hujan tahunan 2.500-5.000 mmtahun, kecuali di wilayah bagian utara dan sebagian kecil wilayah timur curah hujan kurang dari 2.500 mmtahun. 60 61 Kabupaten Bogor memiliki daerah kawasan hutan yang terdiri dari hutan lindung atau produksi. Daerah hutan lindung umumnya terdapat di daerah dataran tinggi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air, sedangkan hutan produksi relatif terbatas dan menyebar terutama di daerah Cigudeg dan Klapanunggal. Luas kawasan hutan di Kabupaten Bogor adalah 84.047,02 Ha atau sebesar 28,12 persen dari luas seluruh wilayah Kabupaten Bogor. Berdasarkan fungsinya dari 84.047,02 Ha kawasan hutan tersebut sebesar 8,67 persen atau sebesar 25.912,29 Ha merupakan Hutan Produksi dan sisanya sebesar 19,45 persen atau sebesar 58.134,73 Ha merupakan Hutan Lindung. Berdasarkan target lokasi 45 persenyang diperuntukkan sebagai kawasan lindung di Provinsi Jawa Barat, maka kawasan lindung di Kabupaten Bogor masih tergolong kecil. Peningkatan kawasan yang bersifat lindung diupayakan berasal dari kawasan non hutan melalui usaha mengembangkan Hutan Rakyat, yaitu kawasan hutan pada lahan- lahan milik yang dikelola oleh masyarakat. Wilayah Kabupaten Bogor merupakan wilayah hulu bagi wilayah-wilayah di sebelah Utara yaitu Tangerang, Depok, DKI Jakarta dan Bekasi.Sungai-sungai di Kabupaten Bogor mengalir dari daerah pegunungan di bagian selatan ke arah utara. Dua DAS besar yang mengalir di Kabupaten Bogor adalah DAS Ciliwung 14 dan DAS Cisadane 15 . Sungai-sungai pada masing-masing DAS tersebut mempunyai fungsi yang sangat strategis sebagai sumber air irigasi pertanian, perikanan, rumah tangga, industri dan drainase utama wilayah. Selain 14 DAS Ciliwung memiliki bentuk yang lebih unik dibandingkan dengan bentuk DAS-DAS lainnya. Bagian hulu yang melebar kemudian menyempit di bagian tengah dan memanjang sampai ke hilir. Bagian hulu berada di daerah puncak Kabupaten Bogor sampai ke daerah Katulampa. Bagian tengah berada di daerah Ratujaya, Depok dan bagian hilir DAS ini sampai ke Banjir Kanal Barat daerah Manggarai. Luas DAS ini ± 37.472 Ha. Seluruh wilayah Daerah hulu DAS Ciliwung terdapat di Kabupaten Bogor. Masalah yang terdapat di hulu DAS Ciliwung adalah adanya pelanggaran terhadap tata ruang khususnya adanya pembangunan vila-vila yang tidak sesuai dengan fungsi resapan. Daerah lahan terbangun DAS ini kurang lebih 45,8 persen tersebar merata dari bagian tengah sampai hilir. 15 DAS Cisadane mengalir dari G. Salak di bagian selatan Kab. Bogor. Kawasan hijau lebih banyak tersebar dari bagian hulu sampai bagian hilir ± 33 persen. Banyak wilayah dalam DAS ini termasuk dalam kawasan hutan. Penutupan lahan di bagian hulu didominasi oleh lahanpertanian semusim dan daerah ladang, sawah dan tegalan. Di bagian tengah kurang lebih 17,7 persen dari total luas DAS ini adalah lahan terbangun