Penyelesaian sengketa dengan kekerasan

196 PKn SMAMA Kelas XI 2 Retorsi Retorsi adalah tindakan tidak bersahabat yang dilakukan oleh suatu negara terhadap negara lain yang terlebih dahulu melakukan tindakan tidak bersahabat. Retorsi juga diartikan sebagai tindakan pembalasan yang dilakukan oleh suatu negara terhadap negara lain 3 Reprisal Reprisal adalah upaya paksa untuk memperoleh jaminan ganti rugi, akan tetapi terbatas pada penahanan orang dan benda. Reprisal merupakan upaya paksa yang dilakukan oleh suatu negara terhadap negara lain Syarat-sayarat reprisal antara lain: a sasarannya ditujukan kepada negara yang senantiasa melakukan pelanggaran, b negara sasaran dituntut terlebih dahulu untuk memenuhi ganti rugi, c tindakan reprisal harus proporsional dan tidak boleh berpihak. 4 Blokade Blokade adalah mengepung wilayah untuk memutuskan hubungan wilayah itu. Ada dua macam blokade, yaitu blokade masa damai dan blockade masa perang. Pada blokade masa damai, negara yang memblokade tidak berhak menangkap kapal negara ketiga yang melanggar blokade. Sedangkan blokade masa perang, negara yang memblokade berhak memeriksa kapal negara netral atau negara ketiga yang melanggar blokade. 5 Embargo Embargo merupakan suatu prosedur lain untuk memperoleh ganti rugi. Embargo dipergunakan sebagai salah satu bentuk sanksi terhadap negara yang senantiasa melanggar hukum internasional. Biasanya embargo dilakukan dengan melarang ekspor ke negara yang dikenai embargo.

4. Peranan Mahkamah Internasional dalam Menyelesaikan Sengketa Internasional

Dalam hubungan antarnegara, satu-satunya cara penyelesaian sengketa internasional melalui pengadilan adalah dengan mengajukan masalah sengketa ke Mahkamah Internasional. Namun dalam praktiknya, anggota masyarakat internasional jarang menempuh proses pengadilan. Hal tersebut dikarenakan beberapa sebab, antara lain: a. proses di Mahkamah Internasional hanya ditempuh sebagai jalan terakhir, yakni apabila semua jalan lain mengalami kemacetan, b. proses pengadilan di Mahkamah Internasional biasanya memakan waktu yang lama dan biaya yang cukup mahal, c. proses pengadilan di Mahkamah Internasional hanya diperuntukkan bagi kasus sengketa internasional yang besar, d. Mahkamah Internasional tidak memiliki juridiksi wajib. Pengaturan mengenai seluk beluk Mahkamah Internasional tercantum dalam Statuta Mahkamah Internasional maupun dalam Piagam PBB. Berkaitan dengan hal tersebut, ditegaskan dalam statuta bahwa Mahkamah Internasional mempunyai peranan sebagai berikut: Sistem Hukum dan Peradilan Internasional 197

a. Melaksanakan “Contentious Jurisdiction” yaitu jurisdiksi atas perkara biasa

Mahkamah Internasional mempunyai yurisdiksi “contentious” atas dasar persetujuan para pihak yang bersengketa, yang disampaikan dengan pemberitahuan tentang persetujuan khusus kedual belah pihak. Pengajuan perkara biasa ke Mahkamah Internasional bisa diajukan oleh kedua pihak atau salah satu pihak yang bersengketa saja. Keputusan Mahkamah Internasional adalah fi nal tanpa banding dan hanya mengikat pihak-pihak yang berperkara saja. Keputusan diambil atas dasar suara mayoritas. Pihak yang berperkara di depan Mahkamah Internasional hanya negara. Akan tetapi semua macam perkarasengketa dapat diajukan ke Mahkamah Internasional.

b. Memberikan “advisory opinion” yaitu pendapat mahkamah yang bersifat nasihat

Advisoy opinion adalah keputusan Mahkamah Internasional, yang berupa pendapat mahkamah mengenai masalah hukum suatu sengketa. Pendapat ini bersifat nasehat. Advisory opinion tidak mengikat meski bagi yang meminta. Namun biasanya mempunyai kuasa persuasif kuat. Pihak-pihak yang dapat dimintakan advisory opinion, adalah: 1 sengketa antarnegara yang sedang ditangani badanorgan PBB, 2 sengketa yang terjadi dalam badanorgan PBB atau organisasi internasional lain. Sedangkan advisory opinion biasanya diperoleh melalui pihak-pihak di bawah ini: 1 Majelis Umum PBB atau Dewan Keamanan PBB 2 Badanorgan PBB selain Majelis Umum dan Dewan Keamanan atau organisasi internasional, selain PBB dengan kuasa dari Majelis Umum PBB. Gambar 5.11 Majelis Umum PBB merupakan salah satu pihak yang dapat memberikan advisory opinion. Sumber: www.york.ac.uk Secara umum dapat dikatakan bahwa para ahli hukum sudah mencapai kata sepakat tentang eksistensi Mahkamah Internasional dalam menyelesaikan sengketa Internasional. Lembaga ini menjadi tempat pengajuan perkara secara hukum. Meskipun nantinya keputusan Mahkamah Internasional hanya berlaku bagi pihak-pihak yang berperkara, tetapi kekuatan hukumnya sah menurut hukum internasional. Berikut ini diuraikan beberapa contoh keputusan Mahkamah Internasional dalam menyelesaikan sengketa Internasional yang diajukan: 1 Keputusan Mahkamah Internasional tahun 1951 yang terkenal dengan nama Anglo-Norwegian Fisheries Case yang menyelesaikan konfl iksengketa perbatasan antara Norwegia dengan Inggris.