Masa sebelum Masehi Sejarah Hukum Internasional

168 PKn SMAMA Kelas XI 2 Bangsa Yahudi Kitab yang dianggap sebagai sumber hukum bagi bangsa Yahudi Kuno adalah Kitab Perjanjian Lama. Melalui kitab tersebut, bangsa Yahudi mengenal ketentuan mengenai perjanjian, diperlakukan terhadap orang asing, dan cara melakukan perang. Dalam hukum perang, masih dibedakan perlakuan terhadap mereka yang dianggap musuh bebuyutan, sehingga diperbolehkan diadakan penyimpangan ketentuan perang. 3 Bangsa Yunani Lingkungan kebudayaan Yunani terdiri dari negara-negara kecil. Menurut hukum negara kota, penduduk digolongkan dalam 2 golongan yaitu orang Yunani dan orang luar yang dianggap sebagai orang biadab barbar. Masyarakat Yunani sudah mengenal ketentuan mengenai perwasitan arbitration dan diplomasi yang tinggi tingkat perkembangannya. Sumbangan yang berharga untuk hukum internasional waktu itu ialah konsep hukum alam yaitu hukum yang berlaku secara mutlak di manapun juga dan yang berasal dari rasion atau akal manusia. Konsep ini mulai dikenal pada abad III SM. 4 Bangsa Romawi Hukum Internasional sebagai hukum yang mengatur hubungan antara kerajaan-kerajaan tidak mengalami perkembangan yang pesat pada zaman Romawi. Karena masyarakat dunia merupakan satu imperium yaitu Imperium Roma. Imperium ini menguasai seluruh wilayah dalam lingkungan kebudayaan Romawi. Dengan demikian, tidak ada tempat bagi kerajaan- kerajaan yang terpisah dan dengan sendirinya tidak ada pula tempat bagi hukum bangsa- bangsa yang mengatur hubungan antara kerajaan-kerajaan. Hukum Romawi telah menyumbangkan banyak sekali asas atau konsep yang kemudian diterima dalam hukum internasional. Konsep hukum bangsa Romawi antara lain occupatio servitut, bona fi des, serta asas pacta sunt servanda. Orang-orang Romawi Kuno mengenal dua jenis hukum, yaitu Ius Ceville dan Ius Gentium . Ius Ceville adalah hukum nasional yang berlaku bagi masyarakat Romawi, di manapun mereka berada. Ius Gentium adalah hukum yang diterapkan bagi orang asing, yang bukan berkebangsaan Romawi.

b. Abad pertengahan

Selama abad pertengahan dunia Barat dikuasai oleh satu sistem feodal yang berpuncak pada kaisar. Adapun kehidupan gereja berpuncak pada Paus sebagai Kepala Gereja Katolik Roma. Masyarakat Eropa waktu itu merupakan satu masyarakat Kristen yang terdiri dari beberapa negara yang berdaulat dan Takhta Suci, kemudian sebagai pewaris kebudayaan Romawi dan Yunani. Di samping masyarakat Eropa Barat, pada waktu itu terdapat 2 masyarakat besar lain yang termasuk lingkungan kebudayaan yang berlainan yaitu Kekaisaran Byzantium dan Kekaisaran Islam. Kekaisaran Byzantium mempraktikan diplomasi untuk mempertahankan supremasinya. Oleh karenanya, praktik diplomasi sebagai sumbangan yang terpenting dalam perkembangan hukum internasional. Adapun Kekaisaran Islam memberikan sumbangan penting dalam bidang hukum perang. Sistem Hukum dan Peradilan Internasional 169

c. Perjanjian Westphalia

1648 Perjanjian Westphalia dianggap sebagai peristiwa penting dalam sejarah hukum internasional modern. Perjanjian ini bahkan dianggap sebagai suatu peristiwa hukum internasional modern yang didasarkan atas negara-negara nasional, karena: 1 Selain mengakhiri perang 30 tahun, Perjanjian Westphalia telah meneguhkan perubahan dalam peta bumi politik yang telah terjadi karena perang di Eropa. 2 Perjanjian perdamaian mengakhiri untuk selama-lamanya usaha Kaisar Romawi yang suci. 3 Hubungan antara negara-negara dilepaskan dari persoalan hubungan kegerejaan dan didasarkan atas kepentingan nasional negara masing-masing. 4 Kemerdekaan Belanda, Swiss, dan negara-negara kecil di Jerman diakui dalam Perjanjian Westphalia. Perjanjian Westphalia meletakkan dasar bagi susunan masyarakat internasional yang baru. Bentuk masyarakat didasarkan atas negara-negara nasional, tidak lagi didasarkan atas kerajaan-kerajaan. Bersamaan dengan bentuk baru tersebut, juga terjadi perubahan mengenai hakikat negara dan pemerintahan. Praktik kenegaraan dan peerintahan dilaksanakan dengan melakukan pemisahan antara kekuasaan negara dan pemerintahan dengan pengaruh gereja. Dasar-dasar yang diletakkan dalam Perjanjian Westphalia diperkuat dengan Perjanjian Utrech. Berdasarkan Perjanjian Utrech, semua aktivitas politik internasional dilaksanakan berdasarkan asas keseimbangan kekuatan.

2. Tokoh Hukum Internasional

Terdapat beberapa tokoh yang dianggap sebagai peletak dasar teori hukum internasional. Para tokoh tersebut di antaranya:

a. Hugo Grotius

Hugo Grotius mendasarkan sistem hukum internasional kepada hukum alam. Hukum alam yang diilhami oleh akal manusia. Hukum alam telah dilepaskan dari pengaruh keagamaan dan kegerejaan. Hukum alam banyak didasarkan atas praktik negara dan perjanjian negara sebagai sumber hukum internasional. Atas perannya dalam mengembangkan teori hukum internasional, Hugo Grotius disebut sebagai Bapak Hukum Internasional.

b. Fransisco Vittoria

Fransisco Vittoria adalah seorang biarawan Dominikan berkebangsaan Spanyol. Pada abad XIV, ia menulis buku Relectio de Indis Buku ini menjelaskan hubungan antara Spanyol dan Portugis dengan suku bangsa Indian di Amerika Serikat. Menurut Fransisco Vittoria, negara dalam tingkah lakunya tidak bisa bertindak sekehendak hatinya. Ia menyebutkan hukum bangsa- bangsa dengan sebutan ius intergentes.

c. Fransisco Suarez

Fransisco Suarez menulis De legibius ae Deo legislatore On laws and God as legislator. Dalam tulisannya ia mengemukakan adanya suatu hukum atau kaidah objektif yang harus dituruti oleh negara-negara dalam hubungan antara mereka. Gambar 5.2 Fransisco Suarez menulis De legibius ae Deo legislatore On laws and God as legislator. Sumber: ancestry.com