Arbitrase internasional Prosedur Penyelesaian Sengketa Internasional melalui Mahkamah Internasional

200 PKn SMAMA Kelas XI 2 Kedua : kemudian para arbitrator ini memilih seorang wasit yang hanya akan bertindak sebagai ketua pengadilan. 3 Ketiga : dari anggota yang hadir diambil suara mayoritasterbanyak sebagai hasil keputusannya, dan jika keputusan berdasar mayoritas telah tercapai maka proses arbitrase dengan sendirinya telah selesai. Berikut ini beberapa arbitrase internasional yang seringkali dipercaya masyarakat internasional sebagai prosedur penyelesaian sengketa internasional Mahkamah Internasional, antara lain: 1 Court of Arbitration of the International Chamber of Comerce ICC atau Pengadilan Arbitrase kamar Dagang Internasional yang didirikan di Paris tahun 1919. 2 International Centre for Settlement of Investmen Dispustes ICSID atau Pusat Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal Internasional yang berkedudukan di Washington DC. 3 Regional Centre for Commercial Arbitration atau Pusat Arbitrase Dagang Regional di Kualalumpur yang didirikan tahun 1978 untuk wilayah Asia.

b. Pengadilan internasional

Tahun 1945 merupakan tahun berakhirnya Perang Dunia II. Puing dan bangkai- bangkai di kota dan kamp-kamp konsentrasi di Eropa sudah dibersihkan. Dunia terhenyak dengan kekejaman yang terjadi selama masa perang. Perang telah menghilangkan rasa perikemanusiaan. Jumlah korban jiwa Perang Dunia II yaitu: No. Daerah Jumlah 1. 2. 3. 4. Kamar gas di Duchau dan Aauschwitz Front Rusia Asia Eropa 16 juta orang 12 juta orang 24 juta orang 14 juta orang Total 66 juta orang Banyaknya korban yang berjatuhan, membuat mata dunia terbuka akan perlunya sebuah perdamaian dunia. Oleh karena itu untuk mencegah terjadinya sengketa, konfl ik, dan, perang lahirlah Mahkamah Pidana Internasional atau Pengadilan Tertinggi Internasional. Lembaga ini disahkan pada 17 Juli 2002. Pengadilan Internasional memastikan bahwa konfl ik dan sengketa bisa dikurangi dan para penjahat perang internasional tidak lepas dari jeratan hukum. Secara umum, prosedur penyelesaian sengketa internasional melalui pengadilan tidak jauh berbeda seperti dalam pengadilan nasional masing-masing negara, yaitu: 1 Pertama, pihak-pihak yang bersengketa setelah mengalami jalan buntu dalam usaha damai, maka pihak-pihak yang bersengketa bisa mengajukan masalah ke Pengadilan Internasional dengan catatan atas persetujuan pihak lainnya. 2 Kedua, pihak-pihak yang berperkara bisa menunjuk negara lain sebagai pembela atau penasehat yang kemudian dipertemukan dengan pihak lain yang bersengketa. 3 Ketiga, putusan diambil dengan mempertimbangkan sumber-sumber hukum nasional yang digunakan yaitu berupa perjanjian-perjanjian internasional dan traktat-traktat yang relevan dengan masalah sengketa. Sistem Hukum dan Peradilan Internasional 201 Bila dicermati, banyak negara-negara di Asia Pasifi k menghadapi masalah perbatasan. Anggapan bahwa situasi regional dalam tiga dekade ke depan tetap aman dan damai, mungkin ada benarnya, namun di balik itu sebenarnya bertaburan benih konfl ik, yang dapat berkembang menjadi persengketaan terbuka. Faktor-faktor yang dapat menyulut persengketaan antarnegara antara lain: 1. Ketidaksepahaman mengenai garis perbatas-an antar negara yang banyak yang belum tersele-saikan melalui mekanisme perundingan bilateral dan. 2. Peningkatan persenjataan dan eskalasi kekuatan militer baik oleh negara- negara yang ada di kawasan ini, maupun dari luar kawasan. 3. Eskalasi aksi terorisme lintas negara, dan gerakan separatis bersenjata yang dapat mengundang kesalahpahaman antar negara bertetangga. Berdasarkan kondisi di atas, diskusikan hal-hal berikut ini bersama kelompok Anda 1. Upaya apa yang perlu dilakukan negara-negara di kawasan Asia Pasifi k untuk mencegah timbulnya konfl ik terbuka? 2. Sikap apa yang perlu dikembangkan masing-masing negara untuk menghindari konfl ik? 3. Perlukah setiap negara memperkuat kekuatan angkatan bersenjata untuk mengamankan wilayah perbatasan masing-masing? 4. Bentuk kerja sama apa yang dapat dilakukan antarnegara di kawasan Asia Pasifi k? Arena Diskusi

6. Mendukung Keputusan Mahkamah Internasional dalam Menyelesaikan Sengketa Internasional

Mahkamah Internasional merupakan lembaga internasional yang bertugas menyelesaikan perselisihan-perselisihan yang terjadi. Dalam menyelesaikan perselisihan, Mahkamah Internasional akan memeriksa sebab akibat terjadinya perselisihan secara cermat dan teliti. Kemudian, lembaga ini membuat pertimbangan-pertimbangan yuridis, hingga akhirnya memutuskan sebagai pemecahan sengketa atau perselisihan tersebut. Pemecahan perselisihan dapat berupa penentuan siapa yang bersalah, siapa yang harus memberikan reparasi, siapa yang memiliki hak tertentu, dan siapa yang memiliki kewajiban tertentu. Dalam Mahkamah Internasional, kesepatakan negara-negara untuk menyerahkan persengketaan mereka di tangan Mahkamah Interansional ditindaklanjuti secara hukum dan mempunyai kaidah hukum yang sifatnya adalah:

a. Kaidah hukum yang bersifat memaksa atau imperatif

Kaidah hukum yang bersifat memaksa atau imperatif adalah kaidah hukum yang harus ditaati, artinya seseorang atau pihak-pihak yang bersengketa tidak boleh menaati keputusan yang telah dijatuhkan.

b. Kaidah hukum yang bersifat mengatur atau fakultatif

Kaidah hukum yang bersifat mengatur atau fakultatif adalah kaidah hukum yang tidak secara mutlak mengikat atau wajib ditaati, artinya tidak ada kewajiban bagi pihak-pihak yang bersengketa untuk tunduk dan patah ataupun melaksanakan keputusan yang telah dijatuhkan kepadanya.