Abad pertengahan Sejarah Hukum Internasional

Sistem Hukum dan Peradilan Internasional 169

c. Perjanjian Westphalia

1648 Perjanjian Westphalia dianggap sebagai peristiwa penting dalam sejarah hukum internasional modern. Perjanjian ini bahkan dianggap sebagai suatu peristiwa hukum internasional modern yang didasarkan atas negara-negara nasional, karena: 1 Selain mengakhiri perang 30 tahun, Perjanjian Westphalia telah meneguhkan perubahan dalam peta bumi politik yang telah terjadi karena perang di Eropa. 2 Perjanjian perdamaian mengakhiri untuk selama-lamanya usaha Kaisar Romawi yang suci. 3 Hubungan antara negara-negara dilepaskan dari persoalan hubungan kegerejaan dan didasarkan atas kepentingan nasional negara masing-masing. 4 Kemerdekaan Belanda, Swiss, dan negara-negara kecil di Jerman diakui dalam Perjanjian Westphalia. Perjanjian Westphalia meletakkan dasar bagi susunan masyarakat internasional yang baru. Bentuk masyarakat didasarkan atas negara-negara nasional, tidak lagi didasarkan atas kerajaan-kerajaan. Bersamaan dengan bentuk baru tersebut, juga terjadi perubahan mengenai hakikat negara dan pemerintahan. Praktik kenegaraan dan peerintahan dilaksanakan dengan melakukan pemisahan antara kekuasaan negara dan pemerintahan dengan pengaruh gereja. Dasar-dasar yang diletakkan dalam Perjanjian Westphalia diperkuat dengan Perjanjian Utrech. Berdasarkan Perjanjian Utrech, semua aktivitas politik internasional dilaksanakan berdasarkan asas keseimbangan kekuatan.

2. Tokoh Hukum Internasional

Terdapat beberapa tokoh yang dianggap sebagai peletak dasar teori hukum internasional. Para tokoh tersebut di antaranya:

a. Hugo Grotius

Hugo Grotius mendasarkan sistem hukum internasional kepada hukum alam. Hukum alam yang diilhami oleh akal manusia. Hukum alam telah dilepaskan dari pengaruh keagamaan dan kegerejaan. Hukum alam banyak didasarkan atas praktik negara dan perjanjian negara sebagai sumber hukum internasional. Atas perannya dalam mengembangkan teori hukum internasional, Hugo Grotius disebut sebagai Bapak Hukum Internasional.

b. Fransisco Vittoria

Fransisco Vittoria adalah seorang biarawan Dominikan berkebangsaan Spanyol. Pada abad XIV, ia menulis buku Relectio de Indis Buku ini menjelaskan hubungan antara Spanyol dan Portugis dengan suku bangsa Indian di Amerika Serikat. Menurut Fransisco Vittoria, negara dalam tingkah lakunya tidak bisa bertindak sekehendak hatinya. Ia menyebutkan hukum bangsa- bangsa dengan sebutan ius intergentes.

c. Fransisco Suarez

Fransisco Suarez menulis De legibius ae Deo legislatore On laws and God as legislator. Dalam tulisannya ia mengemukakan adanya suatu hukum atau kaidah objektif yang harus dituruti oleh negara-negara dalam hubungan antara mereka. Gambar 5.2 Fransisco Suarez menulis De legibius ae Deo legislatore On laws and God as legislator. Sumber: ancestry.com 170 PKn SMAMA Kelas XI

d. Balthazer Ayala dan Alberico Gentilis

Menurut Balthazer Ayala dan Alberico Gentilis, hubungan antarbangsa harus didasarkan pada falsafah keagamaan dan tidak ada pemisahan antara hukum, etika, dan teologi. Tokoh Hugo Grotius Hugo Grotius, juga dikenal sebagai Huig de Groot atau Hugo de Groot lahir pada 10 April 1583 di Delft, Belanda. Ia dikenal sebagai seorang fi lsuf, teolog, apologis Kristen, dramawan, dan penyair. Bersama Francisco de Vitoria dan Alberico Gentili, Hugo Grotius merupakan peletak dasar-dasar terori hukum internasional yang dikenal dengan Teori Hukum Alam. Hugo Grotius lahir pada masa pemberontakan Belanda. Hugo memasuki Universitas Leiden ketika baru berusia sebelas tahun. Di sana ia belajar dengan beberapa intelektual paling terkenal di Eropa Utara, termasuk Franciscus Junius, Yusuf Yustus Scaliger, dan Rudolph Snellius. Pada usia 14 tahun, Hugo menerbitkan buku pertamanya, sebuah edisi ilmiah zaman kuno akhir penulis Martianus Capellas. Beberapa karya ilmiah Hugo Grotius adalah: 1. De Indis Di Hindia, yang memaparkan mengenai prinsip-prinsip keadilan alamiah. 2. De Jure Praedae Pada Hak Capture, yang memaparkan mengenai keadilan bekerja berdasarkan keadilan internasional. 3. De Jure Belli ac Pacis Perihal Perang dan Damai, yang memaparkan mengenai hukum dan hubungan internasional. 4. The Free SeaMare Liberum, yang merumuskan bahwa laut adalah wilayah internasional dan semua bangsa bebas menggunakannya untuk pelayaran perdagangan. Sumber: id.wikipedia.org

3. Makna Hukum Internasional

Hukum internasional merupakan hukum bangsa-bangsa, hukum antarbangsa, atau hukum antarnegara. Hukum bangsa-bangsa dipergunakan untuk menunjukkan pada kebiasaan dan aturan hukum yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja zaman dahulu. Hukum antarbangsa atau hukum antarnegara menunjukkan pada kompleks kaidah dan asas yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa atau negara. Dengan demikian, hukum internasional merupakan keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara antara negara dengan negara dan negara dengan subjek hukum lain bukan negara atau subjek hukum bukan negara satu sama lain.