Uraian HUBUNGAN INTERNASIONAL DAN ORGANISASI INTERNASIONAL A. Pilihan

228 Kunci PKn SMAMA Kelas XI 4. Kerja sama internasional harus memerhatikan fakor-faktor sebagai berikut: a. Posisi geografi s Secara geografi s, Indonesia berada pada posisi silang dunia. Letak geografi s tersebut membawa pengaruh terhadap segala aspek kehidupan bangsa Indonesia yang meliputi ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, serta pertahanan dan keamanan. Untuk menghindari dampak negatif yang dapat terjadi, diperlukan kerja sama dengan negara-negara yang berbatasan maupun negara dalam satu kawasan.

b. Sejarah perjuangan

Bangsa Indonesia telah merasakan penderitaan panjang selama masa penjajahan. Melalui kerja sama internasional, bangsa Indonesia dapat berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. c. Jumlah penduduk Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi modal kekuatan bangsa Indonesia. Namun sebaliknya, besarnya jumlah penduduk juga dapat mendatangkan kelemahan-kelemahan dalam menjalin hubungan dengan bangsa lain. Melalui kerja sama internasional, dapat diupayakan berbagai usaha untuk menanggulangi permasalahan kependudukan yang dihadapi bangsa Indonesia.

d. Kekayaan alam

Bangsa Indonesia terkenal dengan kekayaan alam yang melimpah. Namun tidak semua kekayaan alam dapat diolah sendiri. Keterbatasan teknologi merupakan salah satu kendala yang dihadapi bangsa Indonesia. Untuk itu, diperlukan kerja sama dengan bangsa lain untuk mempercepat alih teknologi. e. Militer Wilayah Indonesia yang berupa kepulauan, membutuhkan penanganan yang lebih rumit dalam hal keamanan. Banyak terjadi pelanggaran perbatasan yang dilakukan bangsa lain. Untuk menjaga seluruh wilayah Indonesia, diperlukan kekuatan militer, baik personil maupun peralatan. Keterbatasan peralatan perang dapat terpenuhi dengan kerja sama internasional.

f. Situasi internasional

Indonesia hidup bertetangga dengan negara lain, baik dengan negara yang berbatasan langsung maupun negara dalam satu kawasan. Situasi yang terjadi di negara tetangga maupun negara dalam satu kawasan, dapat membawa dampak bagi Indonesia. Kerja sama internasional diperlukan untuk menanggulangi dampak negatif yang terjadi.

g. Kualitas diplomasi

Upaya menjaga keutuhan bangsa dan negara tidak hanya ditentukan dengan kekuatan militer. Kepiawaian para diplomat untuk berdiplomasi dalam forum internasional juga dapat memengaruhi. Para diplomat yang mampu menjalankan tugasnya secara efektif, dapat menghasilkan diplomasi yang menyasar dan berkualitas. h. Pemerintahan yang bersih Untuk mendapatkan kepercayaan dan penghargaan, baik dari rakyat maupun negara lain sangat diperlukan pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Makin baik pemerintahan, maka makin baik penyelenggaraan negara yang dilakukan. Peneyelenggaraan negara tersebut juga berkaitan dengan upaya menjalin hubungan dengan bangsa lain. Kunci Jawaban 229

i. Kepentingan nasional

Kepentingan nasional Indonesia lebih berorientasi pada pembangunan di segala bidang. Pelaksanaan politik luar negeri Indonesia pun harus mengabdi pada kepentingan nasional yang selaras dengan kiprah perjuangan bangsa. Untuk itu, kerja sama internasional yang dilakukan harus mampu mendukung terwujudnya kepentingan nasional. 5. Dalam rangka mewujudkan kerja sama internasional yang sehat, Departemen Luar negeri mempunyai peranan sebagai berikut: a. Berkewajiban membawa aspirasi nasional ke tengah pergaulan antarbangsa. b. Membantu presiden dan bersama-sama dengan aparatur negara lain melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif dengan berorientasi pada kepentingan nasional. c. Melakukan pengawasan dan menerima laporan pertimbangan, saran, dan pendapat baik diminta maupun tidak mengenai segala hal yang berhubungan dengan tugas perwakilan diplomatik. d. Sebagai perangkat vital politik luar negeri yang mampu mengolah bahan dari semua sumber menjadi rumusan langkah-langkah yang akan ditempuh. 6. Bagi setiap bangsa, pelaksanaan kerja sama internasional diperlukan untuk: a. mewujudkan kepentingan nasional, terutama di bidang politik dan hubungan luar negeri di dalam pergaulan internasional, b. menjalin persahabatan yang lebih erat antara Indonesia dengan negara lain demi terwujudnya ketertiban, keamanan, kesejahteraan, kebahagiaan dan perdamaian abadi, c. menempatkan perwakilan di luar negeri, d. mewujudkan kerja sama aktif dan tukar-menukar bantuan untuk kepentingan bersama dalam bidang ekonomi, sosial, kebudayaan, teknik, ilmu pengetahuan, dan administrasi 7. Mengenai persyaratan dalam perjanjian internasional terdapat dua teori yang berkembang, yaitu: 1 Teori kebulatan suara Persyaratan dalam perjanjian internasional hanya sah atau berlaku bagi yang mengajukan persyaratan jika persyaratan ini diterima oleh seluruh peserta dari perjanjian. Contohnya: Setiap mengeluarkan resolusi atau menerima anggota baru, PBB memerlukan kebulatan suara dari seluruh anggota untuk menetapkannya. 2 Teori Pancasila Amerika Setiap perjanjian itu mengikat negara yang mengajukan persyaratan dengan negara yang menerima persyaratan. Contoh: Dengan adanya NATO atau AFTA, setiap negara peserta diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berpartisipasi dalam perjanjian yang dibentuk tersebut. 8. Berdasarkan konvensi Wina 1969, perjanjian internasional dapat dibatalkan apabila: a. negara peserta atau wakil kuasa penuh melanggar ketentuan-ketentuan hukum nasionalnya, b. adanya unsur kesalahan pada saat perjanjian itu dibuat, c. adanya unsur penipuan dari negara peserta tertentu terhadap negara peserta lain waktu pembentukan perjanjian, 230 Kunci PKn SMAMA Kelas XI d. terdapatnya penyalahgunaan atau kecurangan, baik melalui kelicikan atau penyuapan, e. adanya unsur paksaan terhadap wakil suatu negara peserta, f. bertentangan dengan suatu kaidah dasar hukum internasional umum. 9. Kebijakan politik luar negeri adalah kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan hubungan negara dengan masyarakat internasional. 10. Dasar pertimbangan politik luar negeri Indonesia adalah tujuan nasional yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV.

BAB 5 : SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL A. Pilihan

Ganda 1. d 2. b 3. b 4. d 5. e 6. c 7. c 8. a 9. e 10. d 11. a 12. d 13. d 14. e 15. d 16. a 17. c 18. a 19. c 20. b

B. Uraian

1. Pada abad VI SM, kerajaan-kerajaan di India sudah mengadakan hubungan satu sama lain yang diatur oleh adat kebiasaan, yang dinamakan Desa Dharma. Berlakunya hukum di India pada masa sebelum Masehi tertulis dalam Arta Satra Gautamasutra. Kitab ini ditulis oleh Canakya atau Kautilya. Arta Satra Gautamasrtra memuat tentang hukum kerajaan dan hukum keluarga, serta hukum kasta. Selanjutnya pada abad V SM muncul undang-undang Manupada. Undang-undang ini memuat tentang hukum kerajaan. Dari kenyataan-kenyataan ini dapat diketahui bahwa pada waktu itu sudah ada hukum internasional yang mengatur hubungan antara raja-raja. Meskipun demikian, hukum yang berlaku pada masa sebelum Masehi belum dapat disamakan persisi dengan hukum internasional pada saat ini. Hukum bangsa-bangsa pada zaman India kuno sudah mengenal ketentuan-ketentuan yang mengatur kedudukan dan hak-hak istimewa diplomat atau utusan rajaduta. Demikian juga diatur tentang perjanjian treaties, hak-hak dan kewajiban raja. Hukum perang waktu itu juga sudah ada dan jelas pengaturannnya.sesuai pendapat siswa 2. Asas teritorial didasarkan pada kekuasaan negara atas daerahnya. Menurut asas teritorial negara melaksanakan hukum bagi semua orang dan semua barang yang ada di wilayahnya. Jadi, terhadap semua barang atau orang yang berada di luar wilayah tersebut, berlaku hukum asing sepenuhnya. Asas kebangsaan didasarkan pada kekuasaan negara untuk warga negaranya. Menurut asas kebangsaan setiap warga negara di manapun ia berada tetap mendapat perlakuan hukum dari negaranya. Asas kebangsaan mempunyai kekuatan eksteritorial, artinya hukum dari negara tersebut tetap berlaku juga bagi warganegaranya, walaupun berada di negara asing. 3. Hugo Grotius mendasarkan sistem hukum internasional kepada hukum alam. Hukum alam yang diilhami oleh akal manusia. Hukum alam telah dilepaskan dari pengaruh keagamaan dan kegerejaan. Hukum alam banyak didasarkan atas praktik negara dan perjanjian negara sebagai sumber hukum internasional 4. Charles Cheny Hyde: Hukum internasional dapat didefi nisikan sebagai sekumpulan hukum yang bagian terbesar terdiri atas prinsip-prinsip dan peraturan-peraturan tingkah laku di mana negara-negara itu sendiri merasa terikat dan menghormatinya, dan oleh karena itu, juga dihormati dalam hubungan antara mereka satu dengan yang lain Kunci Jawaban 231 5. Aliran Mahzab Prancis lahir di abad XX. Pada masa ini, perkembangan hukum internasional makin cepat. Hal tersebut dipengaruhi oleh: a. Banyaknya negara-negara baru yang lahir sebagai akibat dekolonisasi dan meningkatnya hubungan antarnegara b. Kemajuan pesat teknologi dan ilmu pengetahuan yang mengharuskan dibuatnya ketentuan-ketentuan baru yang mengatur kerjasama antar negara di berbagai bidang c. Banyaknya perjanjian-perjanjian internasional yang dibuat, baik bersifat bilateral, regional maupun bersifat global d. Bermunculannya organisasi-organisasi internasional, seperti Perserikatan Bangsa Bangsa dan berbagai organ subsidernya, serta Badan-badan Khusus dalam kerangka Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menyiapkan ketentuan-ketentuan baru dalam berbagai bidang. 6. Keistemewaan negara yang tidak dimiliki oleh subjek hukum internasional lainnya tersbeut adalah: a. Negara mempunyai kedaulatan yang merupakan kekuasaan tertinggi dalam batas- batas wilayahnya. b. Negara menentukan keberadaan subjek hukum internasional lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan perkataan lain negara merupakan entitas dasar dan awal bagi terbentuknya masyarakat internasional 7. Reciprositas, artinya tindakan suatu negara terhadap negara lain dapat dibalas setimpal, baik tindakan yang bersifat negatif ataupun positif. 8. Ratifi kasi dapat mengikat dan memaksa negara apabila dilakukan proses: a. pertukaran atau penyimpanan instrumen ratifi kasi, b. pemberitahuan mengenai instrumen ratifi kasi kepada negara lain atau kepada negara-negara yang bersangkutan, c. penyimpangan perjanjian internasional 9. Ada 3 prinsip yang berlaku sehubungan dengan Pasal 34 Statuta Mahkamah Internasional ini, yaitu: a. Semua negara anggota PBB ipso facto dalam kenyataannya adalah anggota peserta dari Mahkamah Internasional. b. Suatu negara yang bukan anggota PBB dapat menjadi peserta pada statuta Mahkamah apbila negara tersebut bersedia: 1 Menerima isi ketentuan Statuta Mahkamah Internsional. 2 Mnerima dan melaksanakan putusan Mahkamah Internasional. 3 Bersedia memberikan sumbangan keuangan untuk menutup ongkos-ongkos yang telah dikeluarkan oleh Mahkamah Internasional. c. Penyerahan suatu sengketa kepada Mahkamah Internasional didasarkan akatan dari kedua belah pihak. 10. Sengketa non justisiabel adalah sengketa yang bukan merupakan sasaran penyelesaian pengadilan. Sengketa non justisiabel sering dikenal sebagai sengketa politik karena hanya melibatkan masalah kebijaksanaan atau urusan lain di luar hukum, sehingga penyelesaian lebih banyak menggunakan pertimbangan politik. Penyelesaian politik ini ditempuh dengan jalan diplomasi melalui keahlian lobbying dari para diplomatnya.