191 sering ditakut-takuti, anak yang sulit menjawab ketika disuruh bicara
di depan umum karena nervous, sering dikejutkan dan sebagainya.
c. Faktor Sosial atau Lingkungan
Lingkungan dapat menjadi stimuli anak mengalami gagap. Salah satu diantaranya adalah lingkungan keluarga dimana terdapat tuntutan atau
harapan orang tua yang terlalu tinggi seperti, menuntut anak harus sudah dapat berbicara lancar sebelum sekolah. Kurangnya rasa aman
bagi anak dan kurang komunikasi atau perhatian dalam keluarga juga dapat menjadi penyebab gagap. Selain itu, lingkungan sosial luar
seperti kurangnya hubungan dengan teman. Peniruan dari lingkungan juga dapat jadi penyebab, seperti reaksi orang dewasa yang saat
melihat anak yang gagap cenderung dianggap sebagai kelucuan dan menggemaskan bahkan ditiru-tirukan. Akhirnya, dengan gagap anak
merasa mendapat perhatian lebih dari orang-orang di sekitarnya.
3. Gejala-gejala yang Tampak
Beberapa diantara gejala yang tampak pada anak yang gagap adalah : a. Berdasarkan gejala yang tampak, antara lain
1. Gejala primer, berupa pengulangan kata, perpanjangan, atau tersendat-sendat pada beberapa kata awal
192 2. Gejala sekunder, berupa terbentuknya pola-pola bicara sebelum
mulai bicara, diiringi reaksi seperti mengetuk meja, menggoyangkan kepala, menggerakkan tangan dan kaki.
b. Berdasarkan gejala yang tidak tampak, antara lain terlihat dari gangguan emosional yang disebabkan frustasi, merasa tidak nyaman
dan aman dengan situasi atau orang yang baru dikenalnya, malu, cemas, rendah diri. Tanda-tanda ini sebagai indikator bahwa anak mulai masuk
pada tingkatan gagap kedua.
4. Pengaruh Kegagapan Pada Perkembangan Anak
Dampak yang paling jelas terlihat pada anak gagap adalah lambannya komunikasi yang merupakan jembatan dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Selain itu, anak gagap juga terkadang menjadi bahan bulan-bulanan, tertawaan, olok-olokan teman-temannya. Jika hal ini terus berlanjut, dapat menimbulkan
dampak negatif yang lebih besar pada anak, seperti rasa percaya diri makin berkurang, akan merasa tidak aman untuk berkomunikasi dengan orang lain
karena dibayang-bayangi kekhawatiran akan ditertawakan. Pengaruh yang lain adalah anak menjadi pribadi yang tertutup dan tertekan.
Beberapa contoh perilaku gagap di sekolah maupun di rumah, seperti;
a. Anak yang begitu senang dan bersemangat ingin menyampaikan pada
teman-temannya serta pendidiknya disekolah bahwa ia memiliki
193 sepatu baru. Dorongan semangat yang begitu besar menyebabkan
kalimat yang terucap adalah penggalan kata yang berulang-ulang. Tetapi, pandangan orang lain yang melihatnya menganggapnya
sebagai sebuah lelucon. Maka hal ini akan menjadi stimuli bagi anak bahwa apa yang dilakukannya adalah sesuatu yang menarik.
b. Seorang pendidik meminta anak muridnya untuk menjawab sebuah
pertanyaan dan itu dilakukan didepan teman-temannya. Anak tersebut merasa takut dan terdiam beberapa saat tidak mampu menjawab.
Pendidik yang begitu ingin anaknya pandai, mengharuskan anak itu untuk menjawab sambil membentak bahkan mungkin sambil menarik
daun telinganya dan itu di depan teman-temannya. Anak semakin stres dan cemas, ia bahkan tidak dapat lagi berbicara. Orangtua dan
pendidik yang bijak, hendaknya mampu menenangkan anak jangan sampai ia panik dan semakin membuat anak cemas, sebab gagapnya
anak tersebut karena masalah psikis.
c. Anak yang dalam pergaulan sosialnya sehari-hari mendapat tekanan
dari teman-teman sebayanya. Dalam bermain terkadang ia ingin menyampaikan ide atau imajinasinya dalam bermain tetapi dalam
kelompok teman sebayanya yang dianggap sebagai petinggi dalam kelompok dan ditakuti.
194
5. Intervensi