Teori Erikson Perkembangan Inteligensi Bergantung p

48

8. Perkembangan Inteligensi Bergantung p

ada Pola Pengasuhan Perkembangan intelektual anak tidak semata-mata dipengaruhi oleh satu faktor, tetapi juga bergantung pada faktor genetik, kecukupan gizi, pola pengasuhan di rumah, perlakuan di sekolah dan perlakuan masyarakat sekitar. Hubungan antar pribadi, kesempatan mengekspresikan diri dan bimbingan di setiap tahap perkembangan berpengaruh perkembangan pribadi anak. Modal terpenting bagi seorang anak berhubungan dengan perkembangan sosialisasinya, yaitu rasa aman yang didapat dari hubungan orang tuanya. Kualitas hubungan yang baik dengan saudara kandung, teman dan gurunya. Hubungan antar pribadi yang hangat di antara mereka selain membuat anak merasa nyaman dan penuh percaya diri dalam berhubungan dengan lingkungan.

a. Teori Erikson

Teori Erikson memiliki arti penting untuk setiap pendidik anak-anak usia dini, karena menunjukkan bagaimana anak-anak mengembangkan dasar perkembangan emosional dan sosial serta kesehatan mental. Teori Erikson yang disebut Eight Ages of Man 8 usia manusia mencakup seluruh masa hidup makhluk manusia. Dalam gagasan Erikson inilah terdapat suatu tugas yang harus dicapai pada tiap tahap perkembangan. Resolusi yang berhasil dari tiap tahap mempengaruhi tahap selanjutnya. Ketika orang melalui tiap tahap, mereka membentuk kekuatan atau kelemahan kepribadian atau personalitas berdasarkan perkembangan mereka selama tahap itu. Dengan menjelaskan hal ini, Erikson Formatted: Swedish Sweden Formatted: Swedish Sweden 49 memberi kita istilah krisis identitas . Ia menganggap krisis identitas tidak terhindarkan pada usia remaja yang mengalami konflik ketika mereka tumbuh dan berubah menjadi dewasa. Tabel 2. Perkembangan Psikososial dari Erikson Umur Tahapan Kekuatan yang dikembangkan 0 - 1 tahun Percaya × Curiga Trust vs. Mistrust Harapan dan usaha Hope 2 - 3 tahun Autonomi × Malu, Bimbang Autonomy vs. Shame, Doubt Kemauan yang kuat ketekunan Willpower 4 – 5 tahun Inisiatif × Rasa Bersalah Initiative vs. Guilt Tujuan atau maksud perbuatanketerarahan Purpose 6 – 12 tahun Industri × Inferiority Industry vs. Inferiority Keahlian atau kepandaian Competence Remaja Identitas × Kebingungan Peran Identity vs. Role Confusion KesetiaanKebenaran Fidelity Dewasa Muda Intimasi × Isolasi Intimacy vs. Isolation Kasih sayang dan kelekatan Love Dewasa Generativitas × Stagnasi Generativity vs. Stagnation Kepedulian atau sifat mengasuh Care Lansia Integritas Ego × Putus Asa Ego Integration vs. Despair Kebijaksanaan Wisdom Erikson yakin bahwa dalam tahun-tahun awal dari kehidupan, pola-pola berkembang yang mengatur, atau setidaknya mempengaruhi aksi dan interaksi seseorang selama sisa hidupnya. Namun, Erikson juga menuliskan, ada beberapa frustrasi dalam tahap ini atau tahap-tahap berikutnya yang tidak bisa dipikul oleh anak, jika frustrasi membawa pada perubahan pengalaman dari kesamaan yang lebih luas dan kontinyuitas perkembangan yang lebih kuat, terhadap integrasi 50 akhir dari siklus kehidupan individu dengan beberapa kepemilikan yang penting yang lebih luas Mooney, 2003. Dengan kata lain, hal ini berarti bahwa merupakan sesuatu yang memungkinkan untuk kembali ke belakang dan merundingkan kembali isu-isu dari tahap perkembangan sebelumnya. Ia yakin bahwa tugas-tugas dalam tiap tahap terus hadir sendiri pada saat-saat krisis cinta dan pekerjaan selama kehidupan. Meskipun benar bahwa kepercayaan dan kebebasan dasar terbentuk sebelumnya dan mempengaruhi aksi dan sifat-sifat selanjutnya, namun benar pula bahwa orang dapat memilih untuk bekerja yang mengarah pada resolusi yang lebih baik dari salah satu tugas perkembangan pada suatu waktu selama hidup mereka. Erikson merasa bahwa usia dini adalah masa kritis dalam perkembangan kepercayaan, otonomikemandirian, dan inisiatif anak, tetapi ia tidak mempercayai semuanya akan hilang jika anak mengalami kesulitan dalam tiga tahap awal. Tahap kedua perkembangaan psikososial dari Erikson terjadi selama tahun kedua dan ketiga dari kehidupan anak, adalah autonomy versus shame and doubt kemandirian versus malu dan keraguan. Tugas perkembangan dari tahap ini adalah untuk memperoleh rasa otonomi atau kemandirian tanpa mengalami rasa malu dan keraguan yang ekstrim. Seorang anak yang berhasil menyesuaikan diri selama tahap perkembangan ini akan memperoleh rasa harga diri yang kuat. Ia akan mampu berpisah secara yakin, untuk periode waktu terbatas, dari orang tuanya dan pengasuhnya, tanpa diikuti adanya kecemasan yang berarti. Anak akan menuntut untuk mengerjakan sesuatu untuk sendiri bilamana mungkin. Menurut Erikson, itu semua merupakan bagian yang wajar dari perkembangan anak-anak 51 yang baru belajar berjalan. Ia mengatakan bahwa anak-anak, selama tahap kedua ini, berurusan dengan tantangan membatasi diri dan membiarkannya bebas. Erikson mengartikan beberapa hal dengan hal ini. Ia tahu bahwa membatasi dan membiarkan bebas menentukan aktivitas bisa menjadi kekuatan positif dan negatif dalam perilaku manusia. Perilaku membatasi dapat menjadi merusak karena dapat menimbulkan perilaku-perilaku menguasai, keras kepala dan tidak bisa bekerja sama. Namun disisi lain membatasi bisa pula menjadi membangun: mencintai orang-orang khusus, mendorong dalam menghadapi kesulitan, atau tekun untuk membuat suatu tugas dilaksanakan. Begitu pula dengan perilaku membiarkan anak bisa menimbulkan sifat mudah marah, kehilangan kendali ketika marah, memukul atau menggigit. Membiarkan bebas dapat membangun: bekerja sama dalam hubungan, berbagi atau patuh pada rencana orang lain. Erikson mengatakan bahwa tahap ini merupakan masa yang penting dalam perkembangan karena hasilnya menentukan, untuk tingkat yang luas, rasio cinta dan benci, kerjasama atau kurang bekerja sama, dan kebebasan ekspresi atau kecenderungan untuk menekan perasaan yang menjadi bagian dari siapa kita ini selama sisa hidup kita. Ketika seorang anak dapat sepenuhnya mengembangkan rasa kendali diri yang kuat tanpa kehilangan harga diri, ia akan merasa bangga dan yakin. Ketika anak mengalami kehilangan kendali dan malu yang berlebihan ia akan cenderung meragukan dirinya. Jelas bahwa pengasuh anak kecil yang baru belajar berjalan memiliki tindakan yang seimbang ketika mereka membimbing anak-anak selama tahap yang keributan ini. Erikson percaya bahwa dengan dukungan dan pengertian dari 52 orang dewasa yang signifikan, anak-anak dapat mengendalikan tahap ini, memunculkan keyakinan dan siap mengambil inisiatif dalam tahap perkembangan mereka selanjutnya. Erikson yakin bahwa orang dewasa dapat membantu perkembangan kebebasan pada anak-anak dalam tahap ini dengan: 1 Memberi anak-anak pilihan sederhana 2 Tidak memberikan pilihan yang salah 3 Menetapkan batas-batas yang jelas, konsisten dan masuk akal 4 Menerima irama anak-anak antara kebebasan dan ketergantungan, dan meyakinkan mereka bahwa keduanya baik-baik saja. Tahap ketiga dari teori Erikson yaitu mengarahkan masa dini adalah inisiatif versus kesalahan. Kebanyakan anak-anak usia empat dan lima tahun berada dalam tahap ini, sehingga merupakan kunci pertama yang perlu diketahui bagi pendidik prasekolah dan pendidik taman kanak-kanak. Tugas perkembangan dari tahap ini adalah untuk memperoleh rasa tujuan. Erikson menjelaskan anak dari tahap ini sebagai masa yang energik dan siap untuk belajar. Anak yang berkembang secara khas akan melupakan kegagalan lebih cepat pada usia 4 atau 5 tahun. Mereka lebih mau mendengar dan belajar dari pendidik, orang tua dan anak-anak lain. Pada tahap ini anak-anak tumbuh dengan cara yang membuat mereka jauh lebih terfokus secara aktif dan bersifat menentang. Anak-anak yang merundingkan tahap keduanya secara sukses telah mencapai otonomi mereka, sehingga mereka bertindak kurang atas nama kuasa individu dan lebih untuk membuat sesuatu dikerjakan. Seorang anak yang berhasil mencapai tugas perkembangan dari tahap ini akan muncul keyakinannya dan 53 kecakapannya. Ia akan percaya bahwa ia dapat merencanakan dan menyelesaikan tugas secara mandiri. Ia akan mampu mengatasi dan belajar dari kesalahan tanpa merasa bersalah atas hal-hal yang tidak sesuai rencana. Jika pendidik mendorong anak-anak prasekolah untuk menggunakan energi mereka secara aktif dan terlibat, keyakinan mereka akan tumbuh dan berkembang dan kecakapan mereka akan meningkat. Untuk mendukung perkembangan inisiatif dalam tahap ketiga, Erikson mengatakan bahwa pendidik dapat: 1 Mendorong anak-anak menjadi sebebas mungkin, 2 Memfokuskan pada keuntungan ketika anak-anak mempraktekkan keterampilan baru, bukan pada kesalahan yang mereka lakukan. 3 Menetapkan harapan yang sesuai dengan kemampuan individu anak- anak 4 Memfokuskan kurikulum pada hal-hal nyata atau kegiatan sehari-hari Seperti halnya Montessori, Erikson percaya bahwa anak-anak dalam tahap inisiatif versus kesalahan membutuhkan alat-alat yang nyata dan tugas nyata untuk mengembangkan kecakapan mereka.

e. Teori Lev Vygotsky