146 oleh ibu atau pengasuhnya. Perasaan cemas ini muncul karena anak
masih merasa tidak aman dengan lingkungan yang baru dikenalnya. a.
Anak merasa cemas jika pendidik jauh dari dirinya. b.
Menangis karena cemas saat jemputannya belum datang c.
Cemas karena adanya teman yang ditakutinya. Hal ini disebabkan mungkin
anak pernah
mendapat perlakuan
yang tidak
menyenangkan dari temannya tersebut, sehingga muncul kecemasan seandainya perlakuan tersebut akan berulang kembali.
d. Cemas melakukan suatu aktivitas karena adanya rasa tidak percaya
diri ataupun merasa terpaksa melakukannya.
5. Intervensi
Anak akan merasa aman atau tidak cemas jika kecemasan diperhatikan dan tidak disalahkan, ada beberapa hal yang apat dilakukan pendidik untuk
menghadapi anak yang sangat cemas : a.
Mencari sumber yang membuat anak cemas b.
Mencoba untuk mengalihkan perhatian anak dari hal-hal yang membuatnya cemas.
c. Tidak mendesak anak untuk menjelaskan, bila anak tersebut sedang
merasakan rasa cemasnya. Pendidik mencoba menenangkannya dengan memeluk dan membawanya ke ruang lain, agar tidak menjadi
bahan ejekan atau tontonan teman-temannya.
147 d.
Mengajak anak untuk berbicara tentang sumber kecemasan yang dialaminya dengan kata-kata yang menenangkan dan membuat ia
merasa aman. e.
Melakukan program-program kegiatan yang menyenangkan seperti membacakan cerita, mendengarkan musik, menggambar ketika anak
merasa cemas. f.
Membiasakan anak mengekspresikan apa yang dirasakannya dalam bentuk kata-kata.
g. Memberikan umpan balik atau pujian bila ia anak berhasil
mengungkapkan rasa cemasnya, misalnya dengan mengatakan, “Ibu senang mendengarkan apa yang kamu ucapkan, selanjutnya ibu akan
bicara tentang apa yang kamu rasakan“. Setelah itu pendidik dapat menjelaskan tentang penyebab kecemasan anak yang sebenarnya
tidak perlu dikhawatirkan. Tentunya dalam hal ini menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan memberikan ilustrasi sambil anak
diajak berdialog. h.
Membuat program kegiatan yang memuat pesan bahwa sumber kecemasan anak itu tidak perlu ditakuti.
148
BAB VI TEMPER TANTRUM
1. Pengertian Temper Tantrum
Suatu kewajaran apabila apabila anak usia 4 tahun mudah meledak atau “
ngambek
”, sebab ia sudah mampu mengekspresikan kemarahan,kekecewaan atau kecemasannya. Tetapi perilaku seperti itu tidak boleh dibiarkan berlanjut hingga
usia dewasanya, sebab perilaku tersebut dapat menetap dan menjadi senjata bagi anak untuk dituruti atau dipenuhi keinginan-keinginannya.
Suatu saat seorang ibu ke pasar bersama anaknya yang duduk di TK. Melihat begitu banyak mainan atau makanan, sang anak minta dibelikan. Namun
permintaan itu tidak dipenuhi ibunya. Tanpa diduga anak itu menangis sekeras kerasnya sambil berguling-guling dilantai pasar bahkan menjerit-jerit. Ibunya
berusaha membujuknya namun anak tersebut semakin menjadi-jadi. Semua mata tertuju pada sang ibu dan anaknya. Atau kejadian yang terjadi disekolah yaitu
seringkali terjadi ketika anak tidak mendapatkan mainan yang diinginkannya atau direbut anak lain, anak tersebut akan menjerit dan menangis tiada henti dengan
memecahkan barang ataupun berguling-guling di lantai. Para pendidik berusaha membujuk dan menenangkannya, namun perilaku mengamuk tidak juga mereda.
Peristiwa anak yang menangis, menjerit-jerit dan bergulingan di lantai
itulah yang disebut temper tantrum. Temper Tantrum adalah suatu letupan
149 amarah anak yang sering terjadi pada saat anak menunjukkan sikap negativistik
atau penolakan. Perilaku ini seringkali disertai dengan tingkah seperti menangis dengan keras, berguling-guling di lantai, menjerit, melempar barang, memukul-
mukul, menendang, dan sebagainya. Bahkan pada anak yang lebih kecil, bahkan ada yang diiringi pula dengan muntah atau kencing di celana.
2. Penyebab Temper Tantrum Temper Tantrum ini bisa terjadi disebabkan karena anak belum mampu