Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
yang mengalami kesulitan dapat diberikan bantuan secara individual oleh guru ataupun teman yang pandai di kelompoknya, sehingga siswa dapat memahami
konsep dan menguasai materi yang diajarkan. Hal itu sejalan dengan pendapat Slavin, bahwa tujuan yang paling penting dalam pembelajaran kooperatif
adalah memberikan siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman bagi siswa yang dapat bermanfaat bagi dirinya maupun orang disekitarnya.
4
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah ayat 2: . . .
ۚنوۡدعۡل و مۡثإۡل لع ْا نواعت الو ۖ ۡقَّل و ِّبۡل لع ْا نواعتو
. . .
Artinya: “ . . . Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan ketakwaan jangan
tolong-menolong dalam dosa dan pelanggaran . . .” Q.S. Al-Ma’idah:2
Pada ayat tersebut Allah SWT memberikan prinsip dasar dalam melakukan kerjasama dengan siapapun, selama tujuannya adalah kebajikan dan
ketakwaan. Belajar merupakan salah satu perbuatan kebajikan. Dalam kegiatan pembelajaran siswa dapat mengambil manfaat dari siswa lainnya melalui
kerjasama. Suatu tujuan akan lebih mudah untuk dicapai bila dilakukan dengan bersama-sama. Begitu pula dengan pemahaman, siswa akan lebih mudah
mencapai pemahaman melalui proses kerjasama yang dilakukan. Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan
yaitu Team Assisted Individualization TAI. Model pembelajaran kooperatif TAI ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan
pengajaran individual. Pada prosesnya siswa dapat membangun dasar yang kuat sebelum melanjutkan ke tahap selanjutnya. Penghargaan atau rewards
yang diberikan kepada kelompok terbaik menumbuhkan motivasi siswa untuk memberikan kontribusi terbaik bagi kemajuan kelompoknya. Seperti yang
dinyatakan Alsa bahwa sistem pemberian rewards pada tim akan memotivasi kerjasama siswa dalam kelompok untuk bekerja secara cepat dan tepat
.
5
4
Robert E. Slavin, Cooperative Learning, Bandung: Nusa Media, 2005, h. 33.
5
Asmadi Alsa, “Pengaruh Metode Belajar Team Assisted Individualization terhadap Prestasi Belajar Statistika Pada Mahasiswa Psikologi”, Jurnal Psikologi, Vol. 38, 2011, h. 84.
ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar
individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok
bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.
6
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dapat digunakan sebagai model pembelajaran matematika. Dalam prosesnya siswa diberikan
kesempatan untuk belajar secara individu kemudian saling mengkoreksi dan memberi penguatan terhadap pembelajaran yang dilakukan. Siswa pun akan
mengetahui kesalahan dan memperbaikinya dengan memanfaatkan bimbingan dari guru atau orang-orang pandai di kelompoknya. Dengan demikian
pemahaman konsep siswa akan meningkat. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Purnamayanti, Selain itu ada beberapa alasan perlunya menggunakan model
pembelajaran TAI untuk dikembangkan sebagai variasi model pembelajaran, agar pemahaman konsep dapat tercapai.
7
Berdasarkan permasalahan sebelumnya, penulis tertarik untuk melakukan penelitian “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team
Assisted Individualization TAI Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas V SDI Ummul Quro Bekasi
”. B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah
sebelumnya, penulis
mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang tidak disukai siswa karena dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan membosankan
sehingga membuat minat siswa dalam belajar matematika rendah.
6
Widyantini, Model Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Kooperatif, Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Penataran Guru Matematika, 2006, h.8-9.
7
Ni L. Pt. Deni Purnamayanti , “Model Pembelajaran TAI Berbantuan Media Kartu
Bilangan Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD GUGUS 8 MENGWI”, e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 2, 2014.
2. Model pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi menekankan
pada pembelajaran konvesional dengan metode ekspositori sehingga membuat siswa menjadi pasif.
3. Rumus jadi yang telah diberikan guru hanya mampu dihafalkan dan mudah
untuk dilupakan siswa. 4.
Siswa kurang dilibatkan secara aktif untuk memahami konsep dari materi yang diajarkan.
5. Pemahaman konsep matematika siswa masih rendah.
6. Hasil belajar matematika siswa rendah.