Model Pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization
duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru.
29
Berdasarkan definisi diatas model pembelajaran kooperatif dilakukan dengan menempatkan siswa dalam kelompok yang heterogen secara terstruktur
untuk menguasai materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif siswa dapat saling memanfaatkan dan memberi manfaat yang positif. Bagi siswa yang
memiliki kemampuan akademik rendah dapat terbantu dengan siswa yang memiliki kemampuan diatasnya. Kemudian bagi siswa yang memiliki
kemampuan akademik tinggi dapat lebih menguasai materi apabila sudah mampu menjelaskan kepada siswa lain.
Menurut Davidson dan Worshman Cooperative learning adalah model pembelajaran yang sistematis dengan mengelompokkan siswa untuk
tujuan menciptakan
pendekatan pembelajaran
yang efektif
yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademis.
30
Riyanto mengatakan pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang
dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik akademik skill, sekaligus keterampilan sosial social skill termasuk interpersonal skill.
31
Pembelajaran kooperatif tidak hanya memberikan efek pada kemampuan akademik, tetapi pembelajaran kooperatif juga memberikan efek
pada sikap sosial siswa. Melalui pembelajaran kooperatif siswa dapat mengembangkan sikap sosialnya. Sikap saling menghargai, peduli terhadap
orang lain, saling sepenanggungan dan menerima kelebihan serta kekurangan orang lain tergambar dalam proses pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
32
Unsur gotong royong dan kerjasama merupakan komponen utama yang membedakan model kooperatif
29
Robert E. Slavin, Cooperative Learning, Bandung: Nusa Media, 2005, h. 8.
30
Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, h. 130.
31
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2012, h. 267.
32
Widyantini, Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kooperatif, Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Penataran Guru Matematika, 2006, h. 3.
dengan model lainnya. Sumber belajar dalam kooperatif tidak hanya guru atau lingkungan, tetapi siswa juga dapat menjadi sumber belajar bagi siswa lainnya
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pembelajaran koopertif merupakan miniatur kecil dalam kehidupan
masyarakat. Perbedaan latar belakang anggota kelompok diibaratkan sebagai masyarakat di lingkungan sekitar yang hidup saling berdampingan. Dalam
menggunakan model pembelajaran ini siswa diarahkan agar mampu hidup berdampingan dan bekerjasama dengan orang lain yang berbeda latar belakang
untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif dapat dijadikan sebagai alternatif untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran agar siswa lebih
aktif dan mampu mengembangkan sikap sosial para siswa. Melibatkan siswa secara langsung dalam kegiatan belajar memberikan efek pada pembelajaran
yang lebih bermakna bagi siswa. Siswa akan lebih mudah memahami dan menguasai materi dengan dilibatkan secara langsung.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif merupakan
model pembelajaran
dengan mengelompokkan siswa secara heterogen dan terstruktur yang dapat
mengembangkan kecakapan sosial dan mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Terstruktur dalam pembelajaran kooperatif memiliki arti bahwa
setiap siswa dalam kelompok memiliki kontribusi yang sama. Tidak hanya satu orang siswa yang bekerja untuk menyelesaikan pekerjaan kelompok, akan
tetapi setiap anggota bekerja demi keberhasilan kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif atau cooperative learning dapat
dipastikan sebagai model kerja kelompok. Beberapa unsur perlu diterapkan agar pembelajaran kelompok bisa dikatakan sebagai pembelajaran kooperatif.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran cooperative learning harus diterapkan. Lima unsur tersebut yaitu:
33
1 Saling Ketergantungan Positif
Dalam pembelajaran kooperatif perlu adanya pembagian pemerataan tugas kepada masing-masing anggota kelompok. Tugas kelompok tidak
33
Anita Lie, Cooperative Learning, Jakarta: Grasindo, 2014, h. 31.
mungkin bisa diselesaikan apabila terdapat anggota yang tidak dapat menyelesaikan tugasnya. Oleh karena itu masing
–masing anggota memiliki ketergatungan pada anggota kelompoknya.
2 Tanggung Jawab Perseorangan
Keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka dari itu setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan
tugasnya. Setiap anggota kelompok harus berusaha memberikan yang terbaik untuk kelompoknya.
3 Tatap Muka
Tatap muka disini berarti memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi, memberikan informasi, mengenal satu sama lain, saling
membelajarkan, dan berdiskusi. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai
setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing.
4 Komunikasi Antaranggota
Salah satu tujuan pembelajaran koopeartif agar siswa mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok
bergantung pada kesediaan anggota kelompok untuk saling mendengarkan dan saling mengutarakan pendapat.
5 Evaluasi Proses Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk melakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk menilai proses kerja kelompok
dan hasil kerja kelompok. Evaluasi digunakan untuk melakukan perbaikan agar selanjutnya bisa melakukan kerjasama dengan lebih baik.
Pembelajaran kooperatif memiliki berbagai macam jenis, diantaranya adalah :
34
a STAD Student Teams Achievment Division
STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang sederhana. Ide dasar STAD adalah memotivasi siswa dalam kelompok agar dapat saling
34
Zulfiani, dkk., op. cit., h. 137-138.