diberikan pada kedua kelompok tersebut. Proses pembelajaran yang dilakukan di kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
TAI. Sedangkan proses pembelajaran yang dilakukan pada kelas kontrol dengan menggunakan model konvensional.
1. Proses Pembelajaran dengan Model Kooperatif Tipe Team Assisted
Individualization TAI
Berdasarkan uraian sebelumnya diketahui bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai rata-rata
posttest kelas eksperimen sebesar 70,68 sedangkan kelas kontrol sebesar 57,08. Perbedaan nilai rata-rata tersebut tidak terjadi secara kebetulan,
melainkan terjadi karena adanya perbedaan perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perbedaan hasil posttest kelas eksperimen
dan kelas kontrol tersebut menunjukan bahwa pemahaman konsep matematika siswa yang melaksanakan pembelajaran dengan model TAI lebih tinggi
daripada pemahaman konsep matematika siswa yang melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional.
Model pembelajaran tipe TAI merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran TAI mengkombinasikan
pembelajaran individual dan kelompok. Siswa dapat membangun dasar yang kuat sebelum melangkah ke tahap selanjutnya. Sebelum memasuki
pembelajaran kelompok siswa terlebih dahulu melakukan pembelajaran secara individual. Pembelajaran individual yang dilakukan memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengawali pembelajaran berdasarkan kemampuan yang dimiliki dan membangun konsep sesuai dengan kemampuannya.
Pada prosesnya pembelajaran kooperatif TAI dilakukan dengan membawa hasil pekerjaan masing-masing anggota kelompok. Hasil pekerjaan
kelompok merupakan tanggung jawab masing-masing anggota. Setiap anggota kelompok diberi kebebasan untuk mendiskusikan hasil pekerjaan para anggota
untuk mendapatkan kesepakatan hasil keseluruhan jawaban. Keberhasilan kelompok merupakan keberhasilan para anggotanya dalam menyelesaikan kuis
di akhir pembelajaran. Oleh karena itu, pada pembelajaran kelompok setiap anggota harus saling bekerja sama dan saling mengajarkan agar anggota
kelompoknya dapat menyelesaikan kuis dengan baik. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pun tidak lagi berpusat
kepada guru. Siswa lebih aktif untuk mengkonstruk pengetahuannya secara mandiri terlebih dahulu. Kemudian pengetahuan yang telah dibangun siswa
dibawa ke kelompok untuk dilakukan pengecekan. Dengan demikian, siswa dapat mengatasi kesulitan atau kesalahan pada pembelajaran individual
sehingga konsep yang dipelajari lebih melekat pada memori siswa. Selain itu, siswa mengetahui letak kesalahan dan kebenaran melalui proses pengecekan
yang dilakukan sehingga pemahaman siswa menjadi lebih baik. Pada awal pembelajaran di kelas eksperimen diawali pemberian
apersepsi dengan mengingatkan siswa mengenai materi yang berkaitan dengan satuan luas. Kemudian pembelajaran dilanjutkan dengan pemberian motivasi,
penyampaian tujuan pembelajaran, dan penyampaian proses model pembelajaran yang akan dilakukan.
Kegiatan inti pembelajaran dimulai dengan melakukan tanya jawab antara guru dengan siswa berkaitan dengan satuan luas. Pada kegiatan ini siswa
diberi kesempatan untuk memaparkan pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini bertujuan untuk menganalisa kemampuan awal yang dimiliki siswa. Kemudian
guru menyebutkan nama-nama siswa yang telah dibentuk ke dalam kelompok yang heterogen. Pemberian informasi nama-nama anggota kelompok dilakukan
di awal pembelajaran agar pada pembelajaran kelompok siswa dapat langsung berkumpul dengan teman satu kelompoknya.
Pembelajaran dilanjutkan dengan membagikan Lembar Kerja Siswa LKS kepada setiap siswa untuk dikerjakan secara individual. Pada pertemuan
awal pembelajaran siswa terlihat bingung untuk menyelesaikan LKS yang diberikan. Hal itu dikarenakan belum terbiasanya siswa menggunakan LKS
yang menuntut dirinya untuk mandiri dalam belajar. Proses pembelajaran yang biasanya dilakukan guru menyajikan materi terlebih dahulu kemudian
mengerjakan latihan. Namun, yang terjadi siswa dihadapkan pada situasi