Wordcloud Tribbun News 26 januari 2014

Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 510 Dapat dilihat dari wordcloud akun tribunnews ini bahwa dapat dikatakan terdapat variasi respon berita pada akun tribunnews pada tanggal 25 Januari 2015, yakni yang mendominasi banyak respon dari pengguna twitter adalah berita masalah politik tentang permasalahan KPK, Polri dan Jokowi yang mana menyangkut dengan pidato Jokowi yang dianggap tidak menyelesaikan konflik antara KPK dan Polri. Kemudian disusul masih dengan berita tentang politik yakni berita Bambang Widjojanto. Dan disusul dengan berita luar yakni mengenai pemenang final Miss Universe KESIMPULAN Hasil analisis yang ditemukan pada penelitian identifikasi variasi Respon dari Pengguna Twitter Followers terhadap Berita Kicauan Akun Jurnalistik adalah sebagai berikut : a. Pada tanggal 25 Januari 2015, pada akun detikcom pengguna twitter lebih tertarik pada berita Menteri Susi sedangkan pada akun Metro_tv pengguna twitter lebih tertarik pada berita pembatalan kucuran dana 1 miliar di tiap desa dan pada akun tribbunnews pengguna twitter lebih tertarik pada berita pidato Jokowi di Bogor yang dianggap tidak memberikan solusi terhadap permasalahan KPK dan Polri. Dengan adanya perbedaan dari topik tiap akun maka dapat dikatakan bahwa terdapat variasi respon dari pengguna twitter terhadap berita yang dikabarkan oleh ketiga akun jurnalistik tersebut. b. Dapat dilihat dari perbandingan ketiga wordcloud tersebut, sehingga dapat dikatakan terdapat berbagai macam variasi respon berita dari pengguna twitter meskipun berita-berita di update pada hari sama. Variasi respon dari pengguna twitter ini ada karena ketertarikan minat dari pengguna twitter untuk membaca berita yang dianggapnya lebih penting. . c Meskipun terdapat variasi respon dari pengguna twitter terhadap berita yang disampaikan oleh akun jurnalistik tetapi dapat dilihat pada masing-masing akun memiliki 1 kesamaan yakni respon pada berita permasalahan KPK dan Polri meskipun presentasi banyaknya respon di tiap akunnya berbeda. Untuk berita KPK dan Polri didominasi oleh akun tribunnews kemudian diikuti oleh akun metrotv. Berita politik ini menjadi daya tarik tertentu bagi pembaca karena melihat keadaan kondisi politik yang ada di Indonesia. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 511 UCAPAN TERIMAKASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah- nya sehingga paper yang berjudul “Identifikasi Variasi Respon Dari Pengguna Twitter Followers Terhadap Berita Kicauan Akun Jurnalistik ” dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa penulisan paper ini banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak, baik berupa saran, bimbingan maupun bantuan lainnya. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 9. Bapak Prof Akhmad Fauzy yang selalu bersedia menerima mahasiswanya untuk berkonsultasi, kemudian memberikan arahan dan saran agar mahasiswanya lebih terarah dalam menyusun paper ini. 10. Teman-teman yang selalu memberikan dukungan dan semangat selama penelitian dilakukan. Semoga Allah SWT akan selalu memberi rahmat dan anugerah-Nya kepada mereka semua tanpa henti. DAFTAR PUSTAKA Giudici, Paolo. 2013. Applied Data Mining: Statistical Methods for Business and Industry. England: Wiley. Liu, Bing. 2007. Web Data Mining: Exploring Hyperlik, content, and Usage Data. New York: Springer. Aditya Rizky, http:kries07.blogspot.com, diakses pada 23 januari 2015 http:trik-online.comtrik-membuat-awan-kata-word-clouds-dengan-wordle, diakses pada 23 januari 2015 http:id.wikipedia.orgwikiDetikcom diakses pada 23 januari 2015 http:id.wikipedia.orgwikiKompasTV diakses pada 25 Januari 2015 http:id.wikipedia.orgwikitribunnews diakses pada 25 Januari 2015 http:m.kompasiana.compostread4393851jurnalistweet.html diakses pada 26 Januari 2015 http:lecturer.eepis-its.edu diakses pada 26 Januari 2015 Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 512 IMPROVING TEACHERS’ PERFORMANCE BY IMPLEMENTING DISCIPLINARY ACTIONS IN THE PROCESS OF TEACHING AND LEARNING A School Action Research Sudilah, Sumiyono SMAN 1 Sedayu Email: sudilahut.ac.id ABSTRAK Artikel ini ditulis berdasarkan hasil penelitian tindakan sekolah SAR, dilakukan dengan guru SMAN 1 Sedayu, di 2013.The bertujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kinerja guru, dengan fokus pada pelaksanaan disiplin dalam mereka proses belajar mengajar. Tiga indikator diambil sebagai disiplin guru adalah waktu 1 guru memasuki kelas, 2 guru meninggalkan kelas selama kegiatan belajar, dan 3 guru meninggalkan kelas sebelum kelas selesai. Pengamatan sebelum acara aksi: 1 guru memasuki kelas dengan toleransi 2 menit, tingkat keterlambatan mencapai 27, dan tingkat toleransi 5 menit dari 13,2 delay. 2 guru yang meninggalkan kelas selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan toleransi 5 terkandung 4,54, dan dengan toleransi 15 menit ada 2.54. 3 guru meninggalkan kelas awal sebelum jam sekolah berjalan lebih dari 2 menit 11, dan lebih dari 5 menit 6,7. Kondisi di atas diperlukan tindakan dalam pembangunan berkelanjutan. Penelitian ini dimulai dari penyusunan perencanaan, sosialisasi dan implementasi dalam bentuk tindakan disiplin guru mata pelajaran selama proses pembelajaran. Hasil tercermin tindakan antara peneliti dan kolaborator untuk evaluasi dan perencanaan tindakan pada siklus berikutnya. Kegiatan ini harus diulang sampai hasil refleksi dan evaluasi mencapai hipotesis penelitian sekolah terpenuhi. Hipotesis tindakan set penelitian: peningkatan kehadiran guru di kelas dengan toleransi 5 menit jatuh ke bawah 4, guru meninggalkan kelas selama proses pembelajaran dengan toleransi 5 menit berkurang menjadi di bawah 3 dan guru meninggalkan kelas sebelum waktu jam pelajaran berjalan dengan waktu toleransi 2 menit turun ke bawah 3. Setelah refleksi pada siklus II diperoleh: kehadiran guru di kelas dengan toleransi 5 menit ke 2,49, guru meninggalkan kelas selama proses pembelajaran dengan toleransi 5 menit berkurang menjadi 2,55 dan guru meninggalkan kelas sebelum pelajaran selesai dengan toleransi 2 menit ke 2,29. Dengan demikian hipotesis penelitian peningkatan kinerja melalui guru disiplin pembinaan dalam proses pembelajaran di SMA Negeri1 Sedayu dapat dipenuhi. Kata kunci: kinerja guru, disiplin, proses belajar mengajar ABSTRACT This article is written based on the results of a school action research SAR, done with the teachers of SMAN 1 Sedayu, in 2013.The aims of the study is to improve the teachers’ performance, with the focus on implementing discipline in their teaching and learning process. Three indicators taken as teachers’ discipline are the time 1 teachers entering the classroom, 2 teachers leaving the classroom during learning activities, and 3 teachers leave the class before the class is over. Observations before the action show: 1 the teacher entered the classroom with a tolerance of 2 minutes, the level of delays in reaching 27, and a 5-minute tolerance level of 13.2 delay. 2 teachers who leave the classroom during learning activities take place with a tolerance of 5 contained 4.54, and with a tolerance of 15 minutes there is 2.54. 3 teachers to leave class early before school hours runs over 2 minutes 11, and over 5 minutes 6.7. The above conditions required action in a sustainable development. The research starts from the preparation of ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 513 the planning, dissemination and implementation in the form of disciplinary action subject teachers during the learning process. Results reflected action between researchers and collaborators for evaluation and action planning in the next cycle. This activity is to be repeated until the result of reflection and evaluation reaches school research hypothesis is fulfilled. Hypothesis of action research sets: an increase in the presence of teachers in the classroom with a tolerance of 5 minutes fell to below 4, the teacher left the classroom during the learning process with a tolerance of 5 minutes is reduced to below 3 and the teacher left the classroom before time hour lesson runs with tolerance time of 2 minutes down to below 3. After reflection on the second cycle is obtained: the presence of the teacher in the classroom with a tolerance of 5 minutes down to 2.49, the teacher left the classroom during the learning process with a tolerance of 5 minutes was reduced to 2.55 and the teacher left the classroom before the lesson finished with a tolerance of 2 minutes down to 2.29. Thus the research hypothesis improved performance through coaching discipline teacher in the learning process in SMA Negeri1 Sedayu can be met. Key words: teacher performance, discipline, teaching and learning process PENDAHULUAN Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dalam lampiran tentang Pelaksanaan Rencana Kerja Bidang Kurikulum dan Kegiatan Pembelajaran diantaranya menyebutkan bahwa setiap guru bertanggungjawab terhadap mutu kegiatan pembelajaran untuk setiap mata pelajaran yang diampunya dengan cara : a merujuk perkembangan pembelajaran mutakhir, b menggunakan metoda pembelajaran yang bervariasi, inovatif dan tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran; c menggunakan fasilitas, peralatan, dan alat bantu yang tersedia secara efektif dan efisien; d memperhatikan sifat alamiah kurikulum, kemampuan peserta didik, dan pengalaman belajar sebelumnya yang bervariasi serta kebutuhan khusus bagi peserta didik dari yang mampu belajar dengan cepat sampai yang lambat; e memperkaya kegiatan pembelajaran melalui lintas kurikulum, hasil-hasil penelitian dan penerapannya; dan f mengarahkan kepada pendekatan kompetensi agar dapat menghasilkan lulusan yang mudah beradaptasi, memiliki motivasi, kreatif, mandiri, mempunyai etos kerja yang tinggi, memahami belajar seumur hidup, dan berpikir logis dalam menyelesaikan masalah. Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pengelolaan sekolah. Sedang pengelolaan pembelajaran di kelas memiliki peran strategis dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Berkaitan dengan hal tersebut, hasil penelitian Ann Bradley Zamroni, 2003 : 151 terhadap 1.000 siswa di New York Citymenunjukkan bahwa : Sebagian besar siswa malas belajar karena sekolah tidak disiplin dalam melaksanakan proses belajar mengajar; 80 siswa menyatakan sanggup belajar keras kalau semua proses belajar di sekolah berjalan secara tepat waktu, sesuai jadwal yang telah ditentukan. Dengan Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 514 kata lain penelitian tersebut menunjukkan bahwa kedisiplinan dalam proses belajar mengajar merupakan faktor penting yang dapat memicu dan memacu kesanggupan siswa untuk mengikuti pelajaran. Permasalahan yang sering dihadapioleh sekolah pada umumnya yang berkaitan dengan kinerja guru, termasuk di SMAN 1 Sedayuadalah kedisiplinan guru dalam proses belajar mengajar. Indikator ketidakdisiplinan guru dapat dilihat pada waktu a guru memasuki kelas, b guru meninggalkan kelas pada saat proses belajar mengajar, dan c guru meninggalkan kelas sebelum jam pelajaran berakhir. Atas dasar permasalahan itulah , sebagai seorang kepala sekolah, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan, sebagai wujud peningkatan mutu berbasis sekolah, dengan fokus peningkatan kinerja guru melalui pembinaan kedisiplinan dalam proses belajar mengajar. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, permasalahan yang disampaikan dalam penelitian ini adalah : “ Apakah kinerja guru SMA Negeri 1 Sedayu dapat ditingkatkan melalui implementasi pembinaan kedisiplinan dalam proses be lajar mengajar” “ Bagaimana meningkatkan kinerja guru SMAN 1 Sedayu melalui implementasi pembinaan kedisiplinan dalam proses belajar mengajar?” LANDASAN TEORI Sebagai rujukan pelaksanaan penelitian ini, berikut ini akan dipaparkan hal-hal yang berkenaan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah, budaya atau kultur sekolah, kinerja guru, dan kedisiplinan. 1. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Ada beberapa sumber yang dapat disampaikan di sini tentang manajemen berbasisis sekolah. Mollen, Ogawa dan Kranz, Ibtisan Abu Duhou, 2003 : 16 menyatakan bahwa manajemen berbasis sekolah secara konsepsual dapat digambarkan sebagai suatu perubahan formal struktural penyelenggaraan, sebagai suatu bentuk desentralisasi yang mengidentifikasi sekolah itu sendiri sebagai unit utama peningkatan serta bertumpu pada redistribusi kewenangan pembuatan keputusan sebagai sarana penting yang dengannya peningkatan dapat didorong dan ditopang. Menurut Edmond Kemendiknas, Akuntabilitas Kinerja Kepala Sekolah Dalam Pembelajaran Inovatif, 2012 :608 manajemen mutu berbasis sekolah merupakan pendekatan baru dalam pengelolaan pendidikan ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 515 yang lebih menekankan pada kemandirian dan kreativitas sekolahsatuan pendidikan. Konsep ini diperkenalkan oleh teori Effective School yang memfokuskan diri pada perbaikan proses pendidikan. Ciri dari konsep manajemen mutu berbasis sekolah antara lain : 1 lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan tertib; 2 sekolah memiliki visi, misi, dan target mutu yang ingin dicapai; 3 sekolah memiliki manajerial yang kuat; 4 adanya harapan yang tinggi dari personal sekolah kepala sekolah, guru, dan staf lainnya termasuk siswa untuk berprestasi; 5adanya pengembangan staf sekolah yang terus-menerus sesuai tuntutan kebutuhan dan IPTEK; 6 adanya pelaksanaan evaluasi yang terus-menerus terhadap berbagai aspek akademik, dan administratif, dan pemanfaatan hasilnya untuk penyempurnaanperbaikan mutu; serta 7 adanya komunikasi dan dukungan intensif dari orang tua muridmasyarakat. Itulah yang dimaksud dengan manajemen mutu berbasis sekolah, yang intinya adalah semua yang ingin diraih oleh sekolah harus direncanakan, dilaksanakan, dievaluasi oleh pihak sekolah yang meliputi guru, siswa, staf, kepala sekolah, orangtua murid, dan dewan sekolah. 2. Kultur Sekolah Mutu sekolah berkaitan erat dengan tiga aspek pokok, yaitu : 1 Proses belajar mengajar, 2 manajemen dan kepemimpinan sekolah, serta 3 kultur sekolah. Salah satu ciri manajemen mutu berbasis sekolah adalah terciptanya lingkungan yang aman, nyaman, dan tertib. Dengan kata lain bahwa untuk meningkatkan mutu sekolah harus diciptakan kultur sekolah yang mantab. Selanjutnya, masih berkenaan dengan kultur sekolah, Clifford Geertz Zamroni, 2003 : 1499,seorang antropolog mendifinisikan kultur sekolah sebagai pola pemahaman terhadap fenomena sosial, yang terekspresikan secara eksplisit maupun implisit. Kultur sekolah dapat kita pandang sebagai pola nilai-nilai, norma-norma, sikap, ritual, mitos, dan kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk dalam perjalanan yang panjang pada suatu sekolah. Masih berkaitan dengan kultur sekolah, penelitian empiris di Amerika Serikat membuktikan bahwa kultur sekolah berpengaruh terhadap prestasi siswa. Kultur yang sehat memiliki korelasi yang tinggi terhadap a prestasi dan motivasi siswa untuk berprestasi, b sikap dan motivasi kerja guru, serta c produktivitas dan kepuasan kerja guru. Analisis kultur sekolah hendaknya dipandang sebagai bagian dari satu kesatuan sekolah yang utuh. Artinya, sesuatu yang ada pada kultur sekolah hanya dapat dilihat dan dijelaskan berkaitan dengan aspek-aspek yang lain yang berhubungan dengan sekolah, misalnya a rangsangan berprestasi, b penghargaan yang tinggi pada prestasi, c Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 516 komunitas sekolah yang tertib, d pemahaman tujuan sekolah, e ideologi organisasi yang kuat, f partisipasi orang tua siswa, g kepemimpinan kepala sekolah, dan h komunikasi yang harmonis. Dari tiga aspek kultur sekolah di atas salah satunya adalah sikap dan motivasi kerja guru. Sikap dan motivasi kerja guru berpengaruh positif dalam membentuk kultur sekolah agar mutu sekolah menjadi lebih baik. Proses terbentuknya kultur sekolah melalui perjalanan yang panjang dan dapat ditempuh dengan cara pembiasaan-pembiasaan pada : nilai-nilai, norma, taat aturan, perilaku, dan lain-lain. Dengan demikian melalui penanaman kebiasaan hadir dikelas, pengelolaan kelas, dan keluar dari kelas secara tertib secara terus-menerus yang merupakan manifestasi dari disiplin dapat dipandang sebagai unsur pembentuk kultur sekolah. 3. Kinerja Guru Kinerja adalah performance atau unjuk kerja, dapat diartikan prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil unjuk kerja. August W Smith menyatakan : performance is output derives from processes, human or otherwise. Kinerja guru adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran, yaitu kegiatan guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil belajar. Kinerja guru memiliki tiga kegiatan utama yang secara singkat dapat dinyatakan kegiatan perencanaa, pelaksanaan, dan penilaian. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, standar kompetensi guru terdapat empat kompetensi, yaitu a Kompetensi Pedagogik, b Kompetensi Kepribadian, c Kompetensi Sosial, dan d Kompetensi Profesional. TR. Mitchel, salah satu ukuran standar kinerja adalah quality of works. Hal ini diperjelas Ivancevich bahwa ukuran kualitas kinerja guru dapat dilihat dari produktivitas pendidikan yang telah dicapai menyangkut out put siswa yang dihasilkan. Paul Mali 1978 mendevinisikan produktivitas adalah bagaimana menghasilkan atau meningkatkan hasil setinggi mungkin dengan memanfaatkan sumber daya secara efisien. Menurut ISPI 1995 hasil atau output dari produktivitas pendidikan dapat dilihat pada bagan berikut. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 517 GAMBAR : 1 KRITERIA KEBERHASILAN PRODUKTIVITAS PENDIDIKAN Dilihat dari efektivitas proses pembelajaran, semangat dan disiplin kerja guru sangat berpengaruh terhadap produktivitas pendidikan. Sedang bila dilihat dari segi efisiensi penyelnggaraan maka pengunaan waktu hendaklah seefisien mungkin, dalam arti jangan sampai ada waktu pembelajaran yang terbuang. 4. Disiplin Dalam ajaran Islam, banyak ayat Al Qur’an dan Al Hadist yang memerintahkan disiplin dalam arti ketaatan kepada peraturan yang telah ditetapkan. Satu diantaranya adalah dalam surah An Nisa’ ayat 59 yang artinya :”Hai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kepada rasulNya dan kepada Ulil Amri dari kalangan kamu ”. Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah dan peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah sikap mentaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih Journal Philosphia, diambil tanggal 30 Januari 2008. Disiplin dalam dunia pendidikan menempati pos strategis dan penting untuk mencapai prestasi. Guru sebagai pribadi yang pantas diteladani oleh para siswa hendaknya memiliki disiplin tinggi, agar dihadapan murid tetap menjadi pribadi yang disegani, sehingga rasa simpati dan empati siswa tumbuh dan berkembang dengan baik. Rasa simpati dan empati siswa kepada guru yang tinggi berdampak pada suasana pembelajaran nyaman dan menggairahkan, yang muaranya prestasi siswa menjadi baik. Efektivitas Prestasi : a. Masukan yang merata sebagai realisasi prinsip demokrasi pendidikan b. Keluaran yang banyak, bermutu, dan relevan dengan kebutuhan pembangunan c. Nilai ekonomik yang baik bagi keluaran khususnya tamatan. Proses : a. Menggairahkan dan memberi motivasi siswa belajar b. Semangat dan disiplin kerja yang tinggi kepada para guru c. Memiliki tingkat kepercayaan berbagai fihak Efisien Menggunakan fasilitas, tenaga, dana dan waktu, seminimal mungkin, tetapi dengan hasil yang baik . Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 518 Pendidikan disiplin merupakan proses bimbingan bertujuan menanamkan pola perilaku tertentu, kebiasaan-kebiasaan tertentu, atau membentuk manusia dengan ciri-ciri tertentu, terutama untuk meningkatkan kualitas mental dan moral Sukaji dalam Informasi Psikologi Online diambil tanggal : 30 Januari 2008. Di sekolah disiplin dapat diartikan sebagai metode bimbingan kepala sekolah agar guru, karyawan, dan siswa mematuhi aturan yang ada di sekolah. Menurut Zain u Mu’tadin Informasi Psikologi Online, 2002 : 2-4 ada beberapa hal pokok yang dapat dipakai sebagai acuan dasar untuk merespon setiap perilaku dalam pendidikan disiplin sebagai berikut : a berkelanjutan, b autoritatif, c beri batas-batas yang jelas, d konsisten dan fleksibel, e menjelaskan secara lengkap, f berlatih, g hukuman, dan h komunikasi. Perilaku disiplin akan terbentuk manakala dijalankan secara terus-menerus dan terdapat otoritas dalam pelaksanaannya. Disiplin harus memiliki batar-batas jelas antara yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Penerapan disiplin harus konsiten tetapi juga memiliki sifat fleksibel. Pelaksanaan disiplin harus dilakukan penjelasan secara lengkap tata aturan dan sanksinya. Kerangka Berpikir Selanjutnya kerangka berpikir penelitian ini dapat digambarkan sebagaimana terlihat pada Gambar : 2 di bawah. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 519 GAMBAR : 2 KERANGKA BERPIKIR PENELITIAN Hipotesis Tindakan Berdasar data awal, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan disiplin guru dalam mengajar. Jika diberikan pembinaan, kedisiplinan guru dalam mengajar akan meningkat.Waktu masuk kelas, yang semula dengan toleransi waktu lima 5 menit tingkat keterlambatan 13,24 . turun menjadi dibawah 4,00 . Guru meninggalkan kelas pada waktu proses belajar mengajar dengan toleransi waktu lima 5 menit sebelum tindakan 5,40 , setelah tindakan diharapkan turun menjadi dibawah 3,00 . Guru keluar kelas sebelum jam pelajaran selesai dengan toleransi waktu dua 2 menit sebelum tindakan 11,00 setelah tindakan diharapkan turun menjadi di bawah 3,00 . Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengajukan hipotesis tindakan sebagai berikut : “Kinerja guru SMAN 1 Sedayu akan meningkat melalui pembinaan kedisiplinan dalam proses belajar mengajar ”. SIKAP DISIPLIN GURU PENINGKATAN MUTU SEKOLAH EFEKTIVITAS KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR Kompetensi Guru Faktor-faktor Lainnya Waktu Memasuki Kelas UPAYA PENINGKATAN DISIPLIN Waktu Meninggalkan Kelas Waktu Di dalam Kelas Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 520 METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan Sekolah School Action Research. yang dilaksanakan sebanyak 2 siklus, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Langkah-langkahyang dilaksanakan merujuk pada uraian Kemmis MC. Taggart Swarsih Madya, 1994 : 25 yang meliputi tahapan-tahapan: perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Berdasarkan temuan dari hasil refleksi, ditentukan fokus yang diperbaiki pada tindakan selanjutnya. Subjek penelitian ini adalah semua guru bidang studi SMAN 1 Sedayu, baik yang berstatus PNS maupun Non-PNS pada tahun pelajaran : 2012 – 2013. Sedang penelitinya merupakan kolaborasi antara kepala sekolah dengan wakil kepala sekolah urusan kurikulum, sarana dan prasaran, kesiswaan , guru bimbingan konseling dan guru piket. Pengumpulan data dilakukan dengan cara: Obsevasi, Wawancara dan Analisis Dokumen. Data yang diperoleh berupa angka-angka dianalisis menggunakan metode analisis statistik sederhana. Analisis ini dengan cara membandingkan data kondisi sebelumnya terhadap kondisi sesudahnya secara tertimbang, yaitu dinyatakan dalam bobot persentase perubahan. Selanjunya dari hasil nalisis kuantitatif sederhana tersebut ditarik kesimpulan. Data-data kualitatif dianalisis menggunakan model analisis interaktif sebagai mana dikembangkan oleh Milles dan Huberman 1999 : 20 . Analisis model ini terjadi atas empat komponen yang saling berinteraksi satu dengan yang lain, yaitu pengumpulan data, reduksi data, uji data, penarikan kesimpulan, dan atau verivikasi. Selanjutnya proses analisis data kualitatif dapat diperjelas melalui Gambar : 3 di bawah ini. GAMBAR : 3 MODEL ANALISIS INTERAKTIF Milles dan Humberman : 1992 Pengumpulan data Penyajian Da Abstra k Reduksi Data Penarikan Kesimpulan- Kesimpulan Verifikasi ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 521 Data yang diperoleh dalam penelitian harus memperoleh pengesahan melalui uji kredibilitas. Uji kredibilitas dilakukan dengan cara-cara : melaksanakan observasi secara cermat, mengadakan trianggulasi melalui berbagai sumber dan metoda, melakukan member check dengan meminta informasi. Apabila diperlukan diadakan pemeriksaan kembali atas data yan diperoleh. Melalui diskusi-diskusi antara peneliti dengan para kolaborator diharapkan memiliki persepsi yang sama terhadap keabsahan data yang didapat. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian

1. Keadaan Sebelum Tindakan

Sebelum melakukan tindakan, peneliti melaksanakan pengamatan berbagai aspek tentang kedisiplinan guru. Aspek-aspek yang diamati antara lain : kehadiran di kelas, kehadiran di sekolah, keberadaan di dalam kelas, kegiatan meninggalkan kelas, waktu meninggalkan kelas, waktu meninggalkan sekolah, dan aspek-aspek lainnya. Dari berbagai aspek disiplin tersebut, selanjutnya penulis menekankan pada aspek kehadiran guru di kelas, keberadaan guru di dalam kelas, dan waktu meninggalkan kelas. Dari hasil pengamatan pada bulan Agustus 2012 di peroleh informasi bahwa : Rata-rata guru memasuki kelas dengan tepat waktu ada 53 , terlambat dua 2 menit 20 terlambat lima 5 menit 14 , terlambat tujuh 7 menit ada 9,7 dan terlambat 10 menit atau lebih sebanyak 3,5 . Dengan data tersebut bila toleransi waktu dua 2 menit tingkat keterlambatan masih terdapat 27 , dan bila toleransi lima 5 menit tingkat keterlambatan 13,2 . Keterlambatan memasuki kelas ini dari pengamatan secara langsung kebanyakan mereka sudah hadir disekolah, namun masih belum segera memasuki kelas dengan alasan siswa belum membersihkan kelasnya dan masih banyak siswa yang di luar. Apabila dilihat dari keberadaan guru dalam proses belajar mengajar data menunjukkan : guru di ruang kelas selama kegiatan belajar mengajar secara penuh sebanyak 92 , meninggalkan kelas selama lima 5 menit terdapat 3,7 , meninggalkan kelas selama lima belas 15 menit ada 2 , meninggalkan kelas selama tiga puluh 30 menit terdapat 0,9 , dan meninggalkan kelas lebih dari empat puluh lima 45 menit terdapat 1,64 . Guru yang meninggalkan kelas pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan toleransi waktu lima 5 masih terdapat 4,54 , dan yang meninggalkan kelas lebih dari lima belas 15 menit terdapat 2,54 . Guru meninggalkan kelas di bawah tiga puluh 30 menit pada umumnya karena ada sesuatu yang harus Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 522 diambil dan karena keinginan buang hajat, sedang yang meninggalkan kelas lebih dari empat puluh lima 45 menit karena yang bersangkutan tugas penataran, atau karena terdapat kegiatan yang lain. Dilihat dari guru meninggalkan kelas pada waktu berakhirnya pembelajaran diperoleh data berikut : meninggalkan kelas tepat waktu terdapat 86 , meninggalkan kelas kuarang dari dua 2 menit dari waktu yang ditentukan terdapat 3 , kurang lima 5 menit dari waktu yang ditentukan terdapat 4,3 , tujuh 7 menit dari waktu yang ditentukan terdapat 3,9 dan sepuluh 10 menit atau lebih dari waktu yang ditentukan terdapat 2,8 . Guru yang meninggalkan kelas lebih awal di atas dua 2 menit terdapat 11 , dan di atas lima 5 menit terdapat 6,7 . Alasan bagi yang meninggalkan kelas kurang dari sepuluh 10 menit atau lebih pada umumnya menyatakan waktunya tanggung dan habis ulangan harian.

2. Siklus I

a. Hipotesis Tindakan

Upaya peningkatan disiplin guru melalui peningkatan kehadiran guru di kelas dengan toleransi waktu lima 5 menit turun menjadi dibawah 10 , guru meninggalkan kelas pada saat proses belajar mengajar dengan toleransi waktu lima 5 menit berkurang menjadi di bawah 4 dan guru meninggalkan kelas sebelum waktu jam pelajaran habis dengan toleransi waktu dua 2 menit turun menjadi di bawah 6

b. Rencana Tindakan

1 Membentuk Tim Ketertiban Sekolah yang terdiri dari wakil kepala sekolah bersama guru bimbingan konseling. 2 Melakukan sosialisasi program kerja tim ketertiban sekolah dan upaya penegakan disiplin sekolah bagi segenap warga sekolah. 3 Menyiapkan dan menggandakan instrumen-instrumen penelitian tindakan yang diperlukan. 4 Menetapkan jadwal dan pembagian tugas personalia kolaborator untuk melakukan pengamatan dan tindakan.