Elastisitas Transmisi Harga SEMINAR NASIONAL Seri Ke 5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari

ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 199 C 7.049915 0.083192 84.74259 0.0000 LOGPR 0.321789 0.007766 41.43365 0.0000 R-squared 0.973904 Mean dependent var 10.49687 Adjusted R-squared 0.973337 S.D. dependent var 0.003390 S.E. of regression 0.000554 Akaike info criterion -12.11965 Sum squared resid 1.41E-05 Schwarz criterion -12.04168 Log likelihood 292.8716 F-statistic 1716.748 Durbin-Watson stat 1.463507 ProbF-statistic 0.000000 Sumber: Hasil pengolahan dengan program Eviews Nilai persamaan regresi untuk elastisitas transmisi harga sebagai berikut: Ln Pf = Ln 0 + 1 Ln Pr + e Ln Pf = 7.0499 + 0.3217 + e Dari persamaan tersebut, maka elastisitas transmisi harga antara produsen keripik pisang dengan pedagang adalah sebesar koefisien regresi yaitu  = 0,3217 1 inelastis. Jadi nilai Et sebesar 0,3217 Et 1 menunjukkan kepekaan perubahan harga di di tingkat produsen terhadap harga tingkat pedagang sebesar 0,3217. Hal ini menunjukan bahwa apabila terjadi perubahan harga di tingkat pedagang 1 persen maka harga di tingkat produsen akan berubah sebesar 0,3217 persen. KESIMPULAN dan IMPLIKASI Berdasarkan hasil analisis data di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam tataniaga keripik pisang tidak terjadi keterpaduan pasar antara produsen dengan pedagang baik keterpaduan jangka pendek maupun jangka panjang. Adapun hasil elastisitas transmisi harga Et menunjukan harga keripik pisang yang terbentuk adalah inelastisitas. Hal ini ditunjukkan besaran Et 1 yang berarti respon harga di produsen keripik pisang rendah terhadap perubahan harga di pedagang keripik pisang. Mengacu pada kesimpulan di atas, maka dalam pengembangan usaha keripik pisang di sentra produksi, diperlukan upaya agar terbentuk sistem pemasaran yang efisien sehingga tidak ada lembaga pemasaran yang dirugikan. Untuk menghindari kejadian tersebut, perlunya transparansi informasi pada setiap lembaga pemasaran tentang kondisi pasar. DAFTAR PUSTAKA Adnany, Zaky. 2008.Sistem Tataniaga Komoditi Salak Pondoh Di Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 200 Badan Pusat Statistik BPS. 2010-2013. Statistik Indonesia. Jakarta.Badan Pusat Statistik. Badan Pusat Statistik BPS. 2011-2014. Statistik Indonesia. Jakarta.Badan Pusat Statistik. Daniel, Moehar. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : PT Bumi Aksara. Fatimah, Nurulita Siti. 2011. Analisis Pemasaran Kentang Di Kabupaten Wonosobo. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta Limbong, W.H. dan P. Sitorus. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. JurusanIlmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut PertanianBogor.Bogor. Listiyorini, Dani. 2008. Analisis Keterpaduan Pasar Komoditas Cabai Merah Di Kabupaten Brebes. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta Manggopa, Jordan Chrisandi. 2013. Efisiensi Pemasaran Nanas Di Desa Lobong Kecamatan Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow. Jurnal. Program Studi Agribisnis Fakultas Ilmu Pertanian Universitas Gorontalo. Gorontalo. Mubyarto, 1992. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3S. Purwanto. 2011. Efisiensi Pemasaran Kayu Jenis Sengon Paraseriantes falcataria StudiKasus Hutan Rakyat Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor. Skripsi. Program Studi Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta. Prihatin, Zakiah. 2006. Analisis Strategi Pemasaran Keripik Pisang Pada Perusahan Suseno Di Bandar Lampung. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Priyatno, Dwi. 2012. Belajar Cepat Olah Data Statistika dengan SPSS. Yogyakarta : C.V ANDI OFFSET. Rachma, Medina. 2008. Efisiensi Tataniaga Cabai Merah Studi Kasus Cibereum, Kecamatan Sukamantri, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis FakultasPertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sitanggang, Boru Hasiani. 2005. Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usaha Tani Strawberry di Kabupaten Karanganyar. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Soekartawi, 1993. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Soekartawi, 2003. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 201 Timmer. Peter, 1984. The Corn Economy of Indonesia. Singapore: Mc Graw Hill. Widarjono, Agus. 2014. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakarta : UPP STIM YKPN Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 202 OPTIMALISASI HASIL PENGELASAN DOUBLE SIDE WELDED PADA KONSTRUKSI KAPAL DENGAN VARIASI GAS PELINDUNG Yustiasih Purwaningrum 1 , Triyono 2 ,Fandi Alfarizi 3 , M.Wirawan Putra Utama 3 1 Prodi Teknik Mesin FTI Universitas Islam Indonesia Jln. Kaliurang Km 14,5 Yogyakarta 2 Prodi Teknik Mesin, Universitas Negeri 11 Maret Surakarta 3 Alumni Prodi Teknik Mesin FTI Universitas Islam Indonesia yustiasih.purwaningrumuii.ac.id ABSTRAK KNKT Komisi Nasional Keselamatan Transportasi pada tahun 2009 mempublikasikan bahwa penyebab kecelakaan kapal yang terjadi di Indonesia dalam rentang waktu 2003-2008 sebanyak 23 karena faktor teknis konstruksi kapal. Oleh karena itu BKI Biro Klasifikasi Indonesia membuat aturan yang berisi proses pengelasan kapal harus dilakukan dengan desain kampuh ganda atau double side welded. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimasi pengelasan double side welded dengan variasi gas pelindung. Pengelasan dilakukan pada baja karbon rendah Gr A tebal 12 mm. Gas pelindung yang digunakan adalah Argon, CO 2 , dan Campuran Argon + CO 2. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian mekanik meliputi kekuatan tarik, ketangguhan, kekerasan dan bending. Hasil pengujian menunjukkan, nilai kekuatan tarik hasil pengelasan untuk semua variasi gas pelindung mempunyai nilai yang hampir sama dan lebih tinggi dari kekuatan tarik logam induknya. Nilai energi terserap hasil pengujian ketangguhan menunjukkan hasil pengelasan baik karena nilainya memenuhi syarat konstruksi yaitu 100 J pada temperatur 0 ⁰C.Nilai bending terbesar terdapat pada hasil las dengan gar pelindung CO 2 yaitu 572.97 Mpa. Nilai kekerasan tertinggi terdapat pada daerah las. Kata kunci : double side weld, gas pelindung, sifat mekanik ABSTRACT KNKT komisi Nasional Keselamatan Transportasi in 2009 publish that the cause of the shipwreck that occurred in Indonesia within the period 2003-2008 as much as 23 due to technical factors construction vessel. Therefore BKI Bureau of Classification Indonesia made a rule that contains the vessel welding process has to do with the design of double side welded. This study aims to optimize the welding double side welded with a variation of the shielding gas. Welding is done on low carbon steel Gr A 12 mm thick. Shielding gas used was Argon, CO2, and the mixture Argon + CO2. Tests were carried out is mechanical testing includes tensile strength, toughness, hardness and bending. The test results showed that the value of the tensile strength of the welding results for all variations of the protective gas has a value which is almost equal and higher than the tensile strength of the parent metal. Absorbed energy values toughness test results showed good welding results because the value to qualify the construction of 100 J at a temperature 0 ⁰C.Nilai greatest bending found in welds with a protective gar CO2 is 572.97 Mpa. The highest hardness values contained in the welding area. Keywords : double side weld, shielding gas, mechanical properties ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 203 PENDAHULUAN Kementerian Kelautan dan Perikanan KPP sejak 2012 telah mencanangkan kebijakan industrialisasi kelautan dan perikanan. Program ini bertujuan meningkatkan produksi, produktivitas dan nilai tambah produk yang berdaya saing tinggi. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah melaksanakan program revitalisasi, konsolidasi dan restruktrurisasi industri. Peningkatan aktifitas transportasi secara nasional baik dalam bidang transportasi laut tersebut di sisi lain tidak hanya berdampak baik namun juga berdampak buruk. Berikut adalah beberapa hal yang menyebabkan kecelakaan kapal : a. Cuaca buruk Bad Weather b. Kebakaran termasuk akibat muatan berbahaya c. Stabilitas kapal termasuk akibat muatan yang bergeser d. Tidak ada daya apung cadangan akibat muatan yang berlebihan e. Kandas Grounding, terdampar stranding f. Tubrukan Collision g. Design Struktur yang tidak sempurna h. Kelalaian manusia Human Negligence i. Blow Out Offshore Oil Platform Ada tiga bagian konstruksi pada kapal, antara lain : haluan, lambung dan buritan. Semuanya terdiri dari pelat-pelat dan rangka dari batang-batang. Pelat yang digunakan dalam konstruksi kapal adalah pelat baja berpenampang L, I, atau T. Dalam penyambungan pelat-pelat tersebut hampir semuanya menggunakan proses 3 pengelasan. Ada empat mekanisme yang menyebabkan kegagalan struktur kapal, yaitu luluh akibat tarikan ataupun tekanan yang berlebihan, buckling akibat ketidakstabilan geser atau tekan, retak kelelahan, dan pecah getas. Adapun gambar 1 adalah contoh kecelakaan kapal karena kegagalan struktur kapal, terlihat lambung kapal yang patah di perairan dingin karena kelebihan beban muatan Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 204 Gambar 1. Patahnya kapal prestigehttp:3.bp.blogspot.com , diakses maret 2015 Hal ini mendorong agar pengerjaan galangan kapal untuk merencanakan desain sambungan las yang tepat dan aman guna meminimalisir kecelakaan. Biro Klasifikasi Indonesia BKI memberikan peraturan bahwa dalam proses pengelasan pada galangan kapal menggunakan desain kampuh ganda atau doubleside weld. Gas pelindung digunakan untuk melindungi kolam las dan filler pengisi selama proses pengelasan. Karbon dioksida banyak digunakan karena harganya relatif murah tetapi mempunyai kelemahan yaitu mudah teroksidasi Varga, dkk, 1990. Sedangkan gas argon digunakan karena menyebabkan busur las stabil , tetapi harganya lebih mahal Vaidya 1996. Gas pelindung dan filler berpengaruh pada karakteristik, struktur mikro dan sifat mekanik hasil las GMAW Sas, 2007. Kajian Pustaka Gas Pelindung Gas pelindung pada pengelasan GMAW digunakan untuk melindungi cairan metal dari udara luar sehingga mencegah terjadinya oksidasi oleh oksigen dalam udara. Pada suhu tinggi oksigen bereaksi dengan bahan metal menjadi oksida metal. Oksigen juga bereaksi dengan Karbon didalam cairan metal menjadi CO Karbon Monoksida dan CO 2 Karbon Dioksida. Fenomena ini dapat mengakibatkan cacat las seperti inklusi terak slag, porositas dan penggetasan. Macam- macam gas lindung yang digunakan pada pengelasan GMAW diantaranya adalah Argon, Helium dan CO 2 . Tabel 1. Perbandingan antara gas pelindung Logam Gas Keterangan Baja Karbon Rendah Ar + CO 2 CO 2 murah, Argon melindungi busur Ar + CO 2 +O 2 Sifat Mekanik lebih baik Stainless Steel Ar + He Busur lebih stabil METODE PENELITIAN Bahan dan Alat Material yang digunakan adalah Baja Grade A dengan tebal 12 mm. Komposisi kimia material tersebut dapat terlihat pada tabel 2. Tabel 1. Komposisi kimia material pelat baja Grade A Unsur C Mn Si P S Kadar Unsur 0,24 max 0,70-1,35 0,15-1,50 0,035 max 0,040 max ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 205 Pengelasan dilakukan dengan menggunakan kampuh X, metode Double Side Weld dengan jarak gap 5 mm dan sudut gap 40 ⁰. Gas pelindung yang digunakan adalah Argon, CO 2 dan campuran Argon dan CO 2 dengan komposisi 50 : 50 . Proses pengelasan dilakukan dengan menggunakan las GMAW Gas Metal Arc Welding dengan menggunakan gas pelindung argon. Proses pengelasan dilakukan di laboratorium Proses Manufaktur Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Proses Pengujian Pengujian yang dilakukan adalah pengujian tarik, pengujian bending, pengujian ketangguhan impak dan pengujian kekerasan. Pengujian ketangguhan dilakukan dengan memvariasi temperatur pengujian. Temperatur pengujian yang digunakan adalah -60 ⁰C, -40⁰C, -20⁰C, 0⁰C, 20 ⁰C adn temperatur ruang. Variasi temperatur ini dipakai untuk mendapatkan temperatur transisi. Temperatur transisi adalah temperatur dimana terjadi perubahan sifat dari getas ke ulet pada suatu material. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Tarik Hasil pengujian tarik dengan variasi gas pelindung dapat terlihat pada gambar 2. Hasil pengujian menunjukkan hasil pengelasan mempunyai nilai kekuatan tarik lebih tinggi dari logam induknya. Nilai kekuatan tarik tertinggi terdapat pada hasil las dengan gas pelindung CO 2 yaitu dengan nilai 346.54 Mpa. Nilai tersebut 13.44 dibandingkan dengan logam induknya. Gambar 2. Hasil Pengujian Tarik Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 206 Pengujian Ketangguhan Impak Nilai energi terserap hasil pengujian ketangguhan impak untuk semua variasi gas pelindung menunjukkan hasil pengelasan mempunyai nilai baik dan memenuhi standar sambungan untuk konstruksi yaitu 100 J pada temperatur 0 ⁰C Johnson, 1985. Gambar 3. Hasil Pengujian Ketangguhan Impak Temperatur transisi pada hasil pengelasan pada gambar 3 terlihat pada temperatur antara -20 ⁰C sampai 0⁰C. Pada rentang temperatur tersebut terjadi perubahan sifat material dari getas menjadi ulet. Pengujian Kekerasan Pengujian kekerasan dilakukan dengan metode Vickers Hardness. Hasil pengujian terlihat pada gambar 4. Nilai kekerasan tertinggi terdapat pada daerah las. Hal ini disebabkan karena pada daerah las terkena pengaruh panas dan adanya logam pengisi filller. Gambar 4. Nilai Kekerasan ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 207 Pengujian Bending Pengujian bending dilakukan dengan metode 3 titik. Setiap variasi pengelasan dilakukan 3 kali pengujian. Nilai bending pada gambar 5 merupakan nilai rata-rata dari masing-masing 3 pengujian tersebut. Nilai bending hasil las dengan semua variasi gas pelindung lebih kecil dibandingkan logam induk. Untuk gas pelindung CO 2 dan campuran CO 2 dan Argon nilainya hampir sama yaitu sekitar 570 Mpa. Sedangkan untuk gas pelindung Argon nilainya paling rendah yaitu 500, 23 Mpa. Gambar 5. Nilai Bending a b c Gambar 6. Spesimen Hasil Pengujian Bending a Gas Pelindung Argon b Gas Pelindung CO 2 c Gas Pelindung Ar + CO 2 Dari gambar 6 di atas bahwa spesimen bending pada beberapa hasil pengelasan dari beberapa variasi gas pelindung menunjukkan hasil yang berbeda. Spesimen bending hasil las dengan gas pelindung Argon dapat dikatakan gagal.Karena untuk dapat lulus dari uji bending maka hasil Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 208 pengujian harus memenuhi kriteriaASME American Society of Mechanical Engineers sebagai berikut : 1. Pada daerah las dan HAZ ukurannya tidak melebihi 18 inchi ±3,2 mm yang diukur dari segala arah pemukaan. 2. Cacat pada sudut diabaikan kecuali akibat SI Slag Inclusion dan IF Incomplate Fusion dan Internal Discontinuties. Pada data diatas spesimen pengelasan menggunakan gas pelindung Argon 100 memiliki kekuatan bending paling rendah yang disebabkan oleh beberapa faktor antara lain sebagai berikut : a. Slag inclusion atau kampuh kotor di sebabkan oleh sisa kotoran atau terak bekas pengelasan yang masih menempel pada bagian tengah sudut kampuh b. Lack of fusion atau terjadinya discontinuity, bagian logam pengisi tidak menyatu dengan logam induk. c. Penetrasi yang kurang sempurna karena sudut kampuh terlalu sempit sehingga tidak bisa mencairkan logam pada alur kampuh. d. Kurang lancarnya aliran gas pelindung yang keluar dari nosel las dan tercemarnya gas pelindung. e. Porositas atau adanya lubang-lubang halus dikarenakan gas yang terperangkap. f. Hembusan angin atau udara yang dapat mengganggu aliran gas pelindung selama proses pengelasan. Aliran udara ini jika melebihi dari 4 sampai 5 mil per jam, dapat mempengaruhi proses pengelasan. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan :  Nilai kekuatan tarik hasil las dengan variasi gas pelindung mempunyai nilai yang lebih tinggi dibandingkan logam induk.  Hasil pengujian impak menunjukkan hasil semua hasil pengelasan dapat memenuhi syarat sambungan konstruksi  Grafik nilai kekerasan hasil pengelasan dengan variasi gas pelindung mempunyai kecenderungan yang sama, yaitu nilai tertinggi terdapat pada daerah las.  Hasil pengujian bending menunjukkan hasil las dengan gas pelindung Argon gagal, karena tidak dapat memenuhi persyaratan ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 209 UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terima kasih DIKTI Hibah Bersaing dengan no. kontrak No.029DirDPPM70Hibah Bersaing-Lanjutan DIKTIIII2015 sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian dengan baik DAFTAR PUSTAKA T. Varga, T. Konkoly, and H. Straube, Investigation on microstructure, toughness and defect tolerance of gas metal arc welding, 1990, IIW Document X1205-90 V.V. Vaidya, Shielding gas mixture for semiautomatic welds, Welding Journal, 1996, 81, 43-48 P. Sas, Vibration testing: state of the art and challenges, in: M.D. Gilchrist Ed., Modern Practice in Stress and Vibration Analysis, A.A. Balkema, Rotterdam, 1997, pp.65-74. MQ. Johnsons, GM. Evans, and GR. Edwards, The influences of addition and interpass temperatur on the microstructures and mechanical properties of high strength SMA weld metals,ISIJ International .1985,vol 35 No. 10, pp 1222-1231, 1985. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 210 PERSEPSI PETANI TERHADAP KONDISI AGRARIA DI INDONESIA DALAM MEWUJUDKAN KEDAULATAN PANGAN Studi Kasus: Kelompok Tani Padi Di Kabupaten Sleman Alfa Nur Sabila 1 Ria Amora 1 Yuril Atsirul aulia 1 Siti Nurmadia Abdussamad 1 Radiona Pangestika Fauzia 1 Mutmainnah Setiara 1 Kariyam 2 1 Mahasiswa Program Studi Statistika, FMIPA UII Yogyakarta 2 Dosen Program Studi Statistika, FMIPA UII Yogyakarta riaamora19gmail.com kariyamuii.ac.id ABSTRAK Kedaulatan Pangan merupakan konsep pemenuhan pangan melalui produksi lokal, pemenuhan hak atas pangan yang berkualitas gizi baik dan sesuai secara budaya, diproduksi dengan sistem pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan serta merupakan pemenuhan hak manusia untuk menentukan sistem pertanian dan pangannya sendiri yang lebih menekankan pada pertanian berbasiskan keluarga yang berdasarkan pada prinsip solidaritas. Dalam perumusan kebijakan kedaulatan pangan, pemerintah sudah seharusnya mempertimbangkan persepsipendapat petani untuk mengetahui langkah yang sesuai dengan kondisi agraria dan sistem pertanian setempat dimana petani sebagai pelaku utama dalam kedaulatan pangan. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi petani terhadap kondisi agraria di Indonesia dalam mewujudkan kedaulatan pangan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis faktor dimana yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah kelompok tani padi di Kabupaten Sleman. Dengan pendekatan analisis faktor diperoleh kesimpulan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi persepsi petani terhadap kondisi agraria di Indonesia dalam mewujudkan kedaulatan pangan yaitu faktor pengetahuan kedaulatan pangan, pembaruan agraria, dan hak akses petani terhadap pangan dan kebijakan pertanian. Kata kunci : kedaulatan pangan, persepsi, petani, analisis faktor ABSTRACT Food Sovereignty is the concept of the fulfillment of food through local production, the right to food in a good-quality nutritious and culturally appropriate, produced with sustainable agricultural systems and environmentally friendly as well as the fulfillment of the human right to determine the agricultural systems and their food that more emphasis on agriculture-based family based on the principle of solidarity. In the formulation of policies on food sovereignty, the government should consider the perceptions opinions of farmers to find out the steps that accordance with the conditions of agrarian and local agriculture system where farmers as the main actors in the food sovereignty. The purpose of this study was to determine the factors that influence the perception of farmers on agrarian conditions in Indonesia in realizing food sovereignty. The method used in this research is descriptive analysis and factor analysis where the population of this study is the rice farmer groups in Sleman. With the approach of factor analysis we concluded that there are three factors that influence the perception of farmers on agrarian conditions in Indonesia in realizing food sovereignty which is a factor of knowledge of food sovereignty, agrarian reform, and the right of farmers access to food and agricultural policy. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 211 Keywords: food sovereignty, perception, farmers, factor analysis PENDAHULUAN Persoalan pangan bagi bangsa Indonesia dan juga bangsa-bangsa lainnya di dunia ini adalah merupakan persoalan yang sangat mendasar dan sangat menentukan nasib dari suatu bangsa. Ketergantungan pangan dapat berarti terbelenggunya kemerdekaan bangsa dan rakyat terhadap suatu kelompok, baik negara lain maupun kekuatan –kekuatan ekonomi lainnya. La Via Campesina organisasi perjuangan petani internasional sebagai organisasi payung Serikat Petani Indonesia SPI di tingkat Internasional telah memperkenalkan konsep kedaulatan pangan Food Sovereignty bagi umat manusia di dunia ini pada World Food Summit WFS yang dilaksanakan pada bulan November 1996 di Roma, Italia. Kedaulatan Pangan adalah konsep pemenuhan pangan melalui produksi lokal. Kedaulatan pangan merupakan konsep pemenuhan hak atas pangan yang berkualitas gizi baik dan sesuai secara budaya, diproduksi dengan sistem pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Artinya, kedaulatan pangan sangat menjunjung tinggi prinsip diversifikasi pangan sesuai dengan budaya lokal yang ada. Kedaulatan pangan juga merupakan pemenuhan hak manusia untuk menentukan sistem pertanian dan pangannya sendiri yang lebih menekankan pada pertanian berbasiskan keluarga yang berdasarkan pada prinsip solidaritas. Dalam mencapai kedaulatan pangan, seperti yang dikutip dari Jurnal Kajian Lemhanas RI 2013 upaya peningkatan produktivitas pertanian di Indonesia masih terkendala oleh beberapa permasalahan. Beberapa permasalahan tersebut diantaranya adalah permasalahan paradigma, permasalahan produksi, dan permasalahan keuangan. Permasalahan dari aspek paradigma mencakup sistem agribisnis yang kurang berorientasi pada petani, kurangnya peran fasilitator pemerintah terutama di tingkat daerah, dan pendekatan yang digunakan masih bersifat sektoral.Permasalahan dari aspek produksi mencakup: skala usaha petani masih kecil, alih fungsi lahan pertanian ke non-pertanian masih tinggi, rusaknya infrastruktur pertanian di berbagai daerah, melemahnya sistem penyuluhan pertanian, suplai air semakin berkurang, laju pertumbuhan penduduk relatif tinggi, ketergantungan masyarakat terhadap beras masih tinggi, produksi beras cenderung berfluktuasi, adopsi inovasi teknologi relatif rendah, pemilikan lahan sangat kecil, kelembagaan petani masih lemah, pascapanen tergantung alam, keadaan cuaca dan keadaan geografi setempat. Sedangkan untuk permasalahan dari aspek keuangan Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 212 yaitu terbatasnya akses petani terhadap sumber permodalan serta belum adanya perlindungan keuangan terhadap petani. Melihat dari tantangan-tantangan tersebut, untuk mewujudkan kedaulatan pangan, pembangunan pertanian memang harus diperhatikan. Program-program pembangunan pertanian dapat didukung dengan program pemberdayaan petani.Pemberdayaan petani merupakan suatu proses pembangunan pertanian dengan menempatkan petani sebagai agen atau subyek pembangunan. Petani bukan penerima manfaat atau obyek, namun mereka subyek yang berperan sebagai motor penggerak pembangunan pertanian. Maka sudah seharusnya petani dilibatkan dalam setiap perumusan kebijakan pertanian, terutama kebijakan kedaulatan pangan. Dalam perumusan kebijakan kedaulatan pangan, pemerintah sudah seharusnya mempertimbangkan persepsipendapat petani, karena petani merupakan pelaku utama dalam kedaulatan pangan. Hal ini sangat penting untuk mengetahui langkah-langkah seperti apa yang sesuai dengan kondisi agraria dan sistem pertanian setempat.Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang tersebut, akan dilakukan penelitian mengenai persepsi petani terhadap kondisi agraria di Indonesia dalam mewujudkan kedaulatan pangan. METODE PENELITIAN Teknik Sampling Populasi adalah jumlah keseluruhan obyek satu-satuanindividu-individu yang karakteristiknya hendak diduga Djarwanto dan Subagyo, 1996: 107. Populasi dalam penelitian ini adalah kelompok tani padi di Kabupaten Sleman, yaitu sejumlah 441 kelompok tani padi. Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi Djarwanto dan Subagyo, 1996: 107.Pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan metode probability sampling dengan teknik pengambilan sampling bertahap multistage sampling, yakni dengan menggunakan metode stratified sampling pada tahap pertama kemudian metode simple random sampling di tahap kedua dan seterusnya sampai mencapai sampel yang diinginkan . Tahap pertama, peneliti mengklasifikasikan berdasarkan kecamatan di Kabupaten Sleman kemudian menggunakan random sampling. Tahap kedua, peneliti mengklasifikasikan berdasarkan desa kemudian menggunakan random sampling. Tahap Ketiga, peneliti mengklasifikasikan berdasarkan dusun kemudian menggunakan random sampling. Jumlah sampel yang dipakai menggunakan rumus slovin: ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 213 Dari rumus slovin di atas, dengan menggunakan = 10 didapat sampel sebesar 67 kelompok tani padi. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya Sugiyono, 2004. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengetahuan tentang kedaulatan pangan Adapun objek-objek yang diteliti dari variabel pengetahuan tentang kedaulatan pangan adalah: - Istilah kedaulatan pangan - Tujuan kedaulatan pangan - Sumber pengetahuan mengenai kedaulatn pangan - Peran pemerintah dalam mewujudkan kedaulatan pangan - Kesejahteraan petani dengan adanya kedaulatan pangan 2. Pembaruan agrarian Adapun objek-objek yang diteliti dari variabel pembaruan agraria adalah: - Lahan pertanian yang dialih fungaikan menjadi lahan non-pertanian - Peran pemerintah dalam mengkonversi lahan-lahan pertanian menjadi non-pertanian 3. Penggunaan sumber daya alam secara berkelanjutan Adapun objek yang diteliti dari variabel penggunaan sumber daya alam secara berkelanjutan adalah mengenai penggunaan pupuk organik pada tanaman pertanian. 4. Akses petani terhadap pangan Adapun objek-objek yang diteliti dari variabel akses petani terhadap pangan adalah: - Kebutuhan pangan para petani - Konsumsi pangan para petani sudah bergizi dan berkualitas tinggi 5. Pemberiaan akses ke petani kecil untuk perumusan kebijakan pertanian Adapun objek yang diteliti dari variabel pemberian akses ke petani kecil untuk perumusan kebijakan pertanian adalah mengenai keterlibatan petani dalam merumuskan kebijakan mengenai pertanian. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 214 Metode Analisis Untuk mengetahui tingkat kesahihan atau kevalidan dari suatu instrumen,maka dilakukan pengujian validitas instrumen terlebih dahulu. MenurutGhozali 2001:42 uji validitas adalah suatu alat yang digunakan untukmengukur valid tidaknya suatu kuesioner. Kuesioner dikatakan valid jikapertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukuroleh kuesioner. Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakanalat pengukuran konstruk atau variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atauhandal jika jawaban seseorang, terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabildari waktu ke waktu Ghozali, 2001. Metode statistik adalah prosedur-prosedur yang digunakan dalam pengumpulan, penyajian, analisis dan penafsiran data. Metode tersebut dibagi menjadi dua, yaitu statistika deskriptif dan statistika inferensial Walpole, dkk, 2007.Statistika deskriptif adalah bagian dari ilmu statistika yang meringkas, menyajikan dan mendeskripsikan data dalam bentuk yang mudah dibaca sehingga memberikan informasi tersebut lebih lengkap.Statistika deskriptif hanya berhubungan dengan hal menguraikan atau memberikan keterangan-keterangan mengenai suatu data atau keadaan atau fenomena. Artinya hanya melihat gambaran secara umum dari data yang didapatkan. Pada umumnya, terdapat dua metode yang biasa digunakan untuk menjelaskan karakteristik suatu data, yaitu tabel dan grafik. Penyajian data dalam bentuk tabel bertujuan untuk mengelompokkan nilai- nilai pengamatan ke dalam beberapa kelompok yang masing-masing mempunyai karakteristik yang sama. Bentuk tabel yang sering digunakan adalah tabel distribusi frekuensi, tabel distribusi frekuensi relatif dan tabel kontingensi untuk data kualitatif dengan banyak kategori dalam baris maupun kolom.Penyajian data dalam bentuk grafik atau diagram bertujuan untuk memvisualisasikan data secara keseluruhan dengan menonjolkan karakteristik-karakteristik tertentu dari data tersebut. Jenis grafik atau diagram yang sering digunakan diantaranya adalah diagram lingkaran, diagram batang, dan diagram piramida. Analisis faktor adalah sebuah teknik yang digunakan untuk mencari faktor-faktor yang mampu menjelaskan hubungan atau korelasi antara berbagai indikator independen yang diobservasi. Analisis faktor digunakan untuk mengidentifikasi sejumlah faktor yang relatif kecil yang dapat digunakan untuk menjelaskan sejumlah besar variabel yang saling berhubungan. Sehingga variabel- variabel dalam satu faktor mempunyai korelasi yang tinggi, sedangkan korelasi dengan variabel- ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 215 variabel pada faktor lain relatif rendah. Tiap-tiap kelompok dari variabel mewakili suatu konstruksi dasar yang disebut faktor. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Validitas dan Realibilitas Berdasarkan hasil pengujian validitas dan realibilitas yang telah peneliti lakukan maka didapatkan kesimpulan bahwa seluruh variabel yang diteliti dalam penelitian ini sudahvalid atau tepat untuk penelitian dan variabel yang diteliti sudah reliabel atau dengan kata lain variabel tersebut memberikan hasil yang relatif tidak berbeda jika terhadap subyek yang sama dilakukan pengukuran kembali. Analisis Deskriptif Responden dalam penelitian ini didominasi oleh responden dengan jenis kelamin laki-laki dan hanya ada satu responden perempuan, karena memang untuk kelompok tani padi itu sendiri kebanyakan anggotanya adalah berjenis kelamin laki-laki. Gambar 2 Grafik responden menurut jabatan dalam kelompok tani Seperti terlihat dalam grafik 2, responden dalam penelitian ini didominasi oleh ketua kelompok tani, karena memang saat melakukan penelitian, acuan informasi yang digunakan adalah data dari Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman yang mana tercantum nama kelompok tani, nama ketua, dan jumlah anggota. Sehingga selama proses pengumpulan data ini yang diandalkan adalah nama ketua kelompok taninya. Meskipun demikian, saat melakukan pengumpulan data, peneliti tidak selalu bertemu dengan ketua kelompok tani, itu sebabnya responden dalam penelitian ini menjadi beragam. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 216 Gambar 3 Grafik pengetahuan responden mengenai kedaulatan pangan Dari hasil penelitian didapatkan bahwa masih banyak petani yang belum mengetahui mengenai masalah kedaulatan pangan. Dari 40 petani yang mengetahui mengenai kedaulatan pangan, 53 diantaranya tahu mengenai tujuan kedaulatan pangan itu sendiri dan sisanya belum mengetahui apa tujuan dari kedaulatan pangan. Sehingga diharapkan pemerintah bisa mensosialisasikan kedaulatan pangan ini kepada para petani, karena mengingat petani merupakan pelaku utama dalam kedaulatan pangan dan salah satu tujuan dari kedaulatan pangan adalah untuk mensejahterakan kehidupan para petani jika benar-benar dilakukan dengan baik. Tabel 1 Proporsi respon responden terhadap item pernyataan No. Pernyataan Tanggapan STS TS S SS 1 Pengalihan lahan pertanian petani menjadi lahan non pertanian 55 12 21 12 2 Peran pemerintah dalam pengkonversian lahan pertanian menjadi lahan non pertanian 52 19 19 10 3 Penggunaan pupuk organik pada pertanian 14 50 29 7 4 Kemampuan petani dalam mencukupi kebutuhan pangannya, 5 10 57 29 5 Pangan yang dikonsumsi petani bergizi dan berkualitas baik 10 62 29 6 Terlibatnya petani kecil dalam merumuskan kebijakan mengenai pertanian. 36 14 40 10 ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 217 Berdasarkan tabel 1, mengenai pengalihan lahan pertanian menjadi non-pertanian, banyak petani yang menyatakan sangat tidak setuju jika lahannya banyak diminta untuk dialih fungsikan menjadi lahan non pertanian, meskipun memang ada beberapa daerah di kabupaten Sleman yang lahan pertaniannya sudah dialih fungsikan menjadi lahan non-pertanian. Kemudian berdasarkan respon dari responden, peraturan dari pemerintah untuk pengalihan lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian, misalnya dibuat rumah, gedung, ataupun bangunan lainnya itu prosesnya memang sulit tetapi sebagian petani mengakui bahwa banyak pihak-pihak yang mengabaikan izin dalam mendirikin bangunan, khusunya dengan menggunakan lahan pertanian yang masih subur. Sehingga sangat diharapkan pemerintah bisa lebih tegas lagi dalam menghadapi masalah tersebut. Dari hasil penelitian, ternyata tidak semua kelompok tani yang peneliti datangi itu aktif, ada sebagian kecil kelompok tani yang sudah tidak aktif lagi karena lahan pertaniannya pun sudah hampir tidak ada, misalnya saja di daerah Kecamatan Depok. Dimana bisa kita lihat sendiri bahwa di daerah tersebut sudah penuh dengan bangunan-bangunan, mulai dari toko-toko, hotel, kost- kostan, dan masih banyak bangunan lainnya. Dalam hal penggunaan pupuk organik pada tanaman pertanian, para petani lebih dominan memilih tidak setuju jika pupuk organik lebih banyak digunakan daripada pupuk non-organik. Sebagian petani mengaku bahwa paling tidak pupuk yang mereka gunakan yaitu 50:50, jadi sebagian pakai pupuk organik dan sebagian lagi menggunakan pupuk non-organik. Karena dari pemerintah sendiri telah menyediakan subsidi pupuk bagi para petani, sedangkan bagi sebagian petani yang memiliki ternak, kotorannya bisa dipakai juga menjadi pupuk organik, seperti kotoran sapi, kotoran kambing, dan air kencing sapi. Sebagian besar para petani mengaku bahwa kebutuhan pangan mereka sudah tercukupi. Hasil panen beberapa petani bahkan bisa disimpan untuk persediaan satu tahun dan sebagian lagi bisa mereka jual. Kemudian pangan yang dikonsumsipun dirasa sudah bergizi dan berkualitas karena tadi bahwa mereka masih menggunakan pupuk oragnik meskipun sedikit, sehingga bisa mempengaruhi kualitas dari pangan itu sendiri. Dalam merumuskan kebijakan mengenai pertanian, para petani merasa sudah dilibatkan dalam pembuatan perumusan kebijakan mengenai pertanian, karena hampir sebulan sekali para petani melakukan pertemuan dengan pihak-pihak dari dinas pertanian. Tetapi berdasarkan hasil penelitian banyak para petani yang sangat tidak setuju bahwa dirinya dilibatkan dalam perumusan kebijakan mengenai pertanian. Bahkan sebagian dari mereka mengatakan bahwa seharusnya pemerintah mendengarkan keluhan-keluhan dan keinginan petani, sehingga petani tidak hanya Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 218 menjadi objek peraturan yang selalu menuruti peraturan-peraturan dari pemerintah, melainkan petani juga harus ikut andil dalam merumuskan kebijakan pertanian. Analisis Faktor Langkah awal yang dilakukan dalam analisis faktor yaitu menguji apakah semua data yang telah terambil pada kasus ini telah cukup untuk difaktorkan ataukah belum. Pengujian tersebut dilakukan dengan menggunakan uji KMO Kaiser Meyer Olkin. Dari hasil pengujian diperoleh kesimpulan bahwa jumlah data dalam penelitian ini cukup untuk difaktorkan. Karena jumlah data telah cukup untuk difaktorkan, maka selanjutnya dilakukan uji Bartlett’s. Uji Bartlett’s ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antar variabel dalam kasus multivariat. Jika X 1, X 2 , …, X 11 Independen saling bebas maka matriks korelasi antar variabel sama dengan matriks identitas. Dari hasil pengujian diperoleh disimpulkan bahwa X 1, X 2 , …, X 11 tidak independen saling berhubungan, maka matriks korelasi antar variabel tidak sama dengan matriks identitas. Karena variabel saling berkorelasi maka analisis multivariat layak digunakan, terutama analisis faktor. Langkah selanjutnya yaitu menentukan jumlah faktor untuk diambil. Tabel 3 Total Variance Explained Dari hasil keluaran SPSS 17 pada tabel 3, lihat kolom Total dan lihat nilainya yang 1. Jika dilihat dari gambar tersebut, terdapat 3 komponen yang memiliki nilai total lebih dari 1, maka ketiga komponen tersebutlah yang dikelompokan atau pengelompokan menjadi 3 faktor. Kemudian dari tabel tersebut juga didapatkan informasi mengenai nilai Cumulative yaitu variabilitas dari 11 variabel dapat diterangkan oleh ketiga faktor sama dengan 72,876. Jika yang diambil hanya satu faktor saja maka variabilitas dari 11 variabel dapat diterangkan oleh satu faktor sama dengan 39,245 dan jika yang diambil dua faktor saja maka variabilitas dari 11 variabel dapat diterangkan oleh satu faktor sama dengan 56,338. Jumlah faktor yang peneliti ambil yaitu yang mempunyai ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 219 nilai Cumulative yang tinggi, sehingga tiga faktorlah yang diambil. Karena peneliti sudah mempunyai tiga faktor untuk diambil, maka langkah selanjutnya yaitu menentukan variabel mana saja yang masuk kedalam faktor satu, faktor dua dan faktor tiga melalui output SPSS pada tabel Component Matrix. Tabel 4Component Matrix Tabel di atas menyediakan informasi indikator mana yang masuk pada faktor pertama, faktor kedua atau faktor ketiga. Pada analisis total variance explained telah diketahui bahwa ada tiga faktor yang terbentuk dari 11 indikator yang ada sehingga pada komponen matrik terdapat 3 komponen. Angka yang ada pada tabel komponen matrik merupakan besarnya faktor loading yang menunjukkan korelasi antara suatu indikator dengan faktor yang terbentuk, angka tersebut merupakan nilai mutlak. Contoh pada variabel X1, korelasi indikator X1 dengan faktor pertama adalah 0.986 dan korelasi dengan faktor kedua sebesar 0.012, dan korelasi dengan faktor ketiga sebesar 0.033, maka dapat diputuskan bahwa indikator variabel X1 masuk pada faktor pertama, karena nilai komponen korelasi pada faktor pertama lebih tinggi dari faktor ke dua dan faktor ke tiga.Berikut adalah hasil pengelompokkannya: Tabel 5 Pengelompokkan variabel kedalam tiga faktor Komponen 1 Komponen 2 Komponen 3 X 1 : Pengetahuan Tentang Kedaulatan Pangan X 2 : Pengetahuan tentang tujuan kedaulatan pangan X 3 : Sumber informasi kedaulatan pangan X4 : Pengetahuan tentang peran X 6 : Pengalihan lahan pertanian petani menjadi lahan non pertanian X 7 : Pendapat petani mengenai pengonversian lahan pertanian menjadi lahan non pertanian X 9 : Kemampuan petani dalam mencukupi kebutuhan pangannya X 10 : Pangan yang dikonsumsi petani bergizi dan berkualitas baik Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 220 pemerintah dalam mewujudkan kedaulatan pangan X 5 : Pendapat petani bahwa dengan kedaulatan pangan, kesejahteraan petani akan meningkat X 8 : Penggunaan pupuk organik pada pertanian X 11 : Terlibatnya petani kecil dalam merumuskan kebijakan mengenai pertanian KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan petani mengenai kedaulatan pangan masih sangat awam. Masih banyak yang belum mengetahui konsep dari kedaulatan pangan itu sendiri, bahkan yang sudah mendengar istilah kedaulatan pangan pun sebagian besar belum tahu pasti apa tujuan dari kedaulatan pangan. Berdasarkan penelitian dari daerah di Kabupaten Sleman, memang setiap daerah memiliki persepsi yang berbeda-beda mengenai kondisi agraria di Indonesia ini. Berdasarkan hasil analisis faktor diperoleh kesimpulan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi persepsi petani terhadap kondisi agraria di Indonesia dalam mewujudkam kedaulatan pangan. Faktor pertama yakni faktor pengetahuan kedaulatan pangan, faktor kedua yakni faktor pembaruan agraria, dan fakor ketiga yakni faktor hak akses petani terhadap pangan dan kebijakan pertanian. UCAPAN TERIMAKASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah- nya sehingga paper yang berjudul “Persepsi Petani Terhadap Kondisi Agraria Di Indonesia Dalam Mewujudkan Kedaulatan Pangan ” dapat diselesaikan. shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW serta kepada para keluarga, para sahabat dan para pengikutnya sampai akhir jaman. Penulis menyadari bahwa penulisan paper ini banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak, baik yang berupa saran, kritik, bimbingan maupun bantuan lainnya. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 6. Ibu Kariyam, S.Si., M.Si. yang selalu bersedia menerima mahasiswanya untuk berkonsultasi, kemudian memberikan arahan dan saran agar mahasiswanya lebih terarah dalam menyusun paper ini. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 221 7. Para responden, yakni para petani padi di Kabupaten Sleman yang bersedia meluangkan waktunya untuk bisa berdiskusi bersama peneliti mengenai topik Kedaulatan Pangan. 8. Teman-teman satu kelompok yang selalu bersama dan saling memberikan dukungan dan semangat selama penelitian dilakukan. Semoga Allah SWT akan selalu memberi rahmat dan anugerah-Nya kepada mereka semua tanpa henti. DAFTAR PUSTAKA Fauzi, Noer dan Ghimire, Khrisna. 2001. Prinsip-Prinsip Reforma Agraria. Yogyakarta : Lapera Pustaka Utama. Hariyono, Tri. 2012. Dari ketahanan pangan menuju kedaulatan pangan. http:www.academia.edu4810716Dari_Ketahanan_pangan_menuju_Kedaulatan_Pangan diakses pada 22 oktober 2015. Limbong, Bernhard. 2012. Reforma Agraria. Jakarta : Margaretha Pustaka. Mungkasa, Oswar. 2012. Reforma Agraria: Sejarah, Konsep dan Implementasi. http:www.academia.edu9524718Reforma_Agraria_Sejarah_Konsep_dan_Implementasi diakses pada 22 oktober 2015. Sulistyowati, A. 2003. Membangun Kedaulatan Pangan Berkelanjutan: Pengalaman Kuba. Wacana ELSPPAT. http:www.elsppat.or.iddownloadPDFwacanaw27.pdf . diakses pada 22 oktober 2015. Sutikno, Widi. 2015. Profil Tanaman Pangan dan Holtikultura Tahun 2014. Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman. Swastika, D.K.S., J. Wargiono, Soejitno, dan A. Hasanudin. 2007b. Analisis kebijakan peningkatan produksi padi melalui efisiensi pemanfaatan lahan sawah di Indonesia. Analisis Kebijakan Pertanian 51: 36-52. Yuwono, Triwibowo Ed., 2011, “Pembangunan Pertanian : Membangun Kedaulatan Pangan”, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Zaedun. 2012. Kewaspadaan nasional terhadap kelemahan petani guna mewujudkan kemandirian pangan masyarakat. Ambon : Universitas Pattimura Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 222 ANALISIS KEJADIAN BANJIR DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA ASSOCIATION RULE METODE APRIORI Studi Kasus : Kejadian Banjir Di Indonesia Pada Februari - Juni 2015 Alvian Imron Rosadi 1 , Lusi Wurandhini 2 , Agita Wisda Aryanti 3 Program Studi Statistika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia vian.microgmail.com ABSTRAKS Metode association rules merupakan bagian dari proses data mining yang bertujuan untuk menemukan kecenderungan suatu data. Salah satu cabang dalam data mining adalah metode algoritma association rule metode apriori dimana metode ini mencari sekumpulan items yang sering muncul bersamaan. Metode apriori dapat diaplikasikan pada data kebencanaan, dalam hal ini dapat menemukan pola kejadian banjir di Indonesia pada bulan Februari sampai Juni 2015. Dalam penelitian ini akan digunakan data mining dengan association rules menggunakan metode apriori karena ingin mengetahui informasi apa saja yang sering muncul bersamaan pada kejadian bencana banjir. Dari penelitian ini didapatkan bahwa kerugian rumah tergenang disebabkan karena hujan deras, dan 0.24 dari seluruh kejadian bencana banjir dari data memuat dua item tersebut. Keywords: Data Mining, Association Rule, Apriori, Banjir, flood disaster. ABSTRACT Association rules is a method of data mining that discover a patterninteresting relations between variables of large data. One of data mining method is apriori algorithm that discover frequent itemset uses association rules. Apriori can be applied on disaster data, such as discovering flood disaster pattern in Indonesia on Februari until June 2015. In this research writers will use apriori algorithm to find any informations while flood disaster takes place, including causes, damages, and victims. This research reveals that most damages of flooded area caused by heavy rain and 0,24 of all flood disasters data contain that two items. Keywords: Data Mining, Association Rule, Apriori, Banjir, flood disaster. PENDAHULUAN Bencana merupakan suatu peristiwa atau kejadian yang dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, tidak pernah kita tau pasti bahwa bencana itu akan datang pada saat itu juga. Bencana itu sendiri dapat terjadi karena faktor alam maupun dari perbuatan manuasia itu sendiri atau bencana nonalam. Menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007, Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam danatau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana alam merupakan kejadian atau peristiwa yang tidak dapat dielak dan ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 223 dihindari. Namun dampak dari suatu bencana dapat diminimalisir dengan mengenali penyebab dari bencana itu sendiri. Salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia dan bahkan hampir setiap tahun terjadi di Indonesia adalah banjir. Banjir merupakan suatu keadaan dimana suatu daerah atau wilayah berada pada posisi yang tergenang oleh air dalam volume yang begitu banyak dan begitu besar dan tidak dapat ditampung lagi oleh sungai, bendungan serta tidak dapat diserap lagi oleh tanah dan pohon yang berfungsi sebagai daerah resapan. Namun pada kenyataannya bahwa banjir yang terjadi kadang disebabkan oleh faktor manusia itu sendiri yang tidak dapat menjaga lingkungan dengan baik. Pada penelitian ini akan dicari pola atau hubungan asosiatif dari data banjir di Indonesia dengan menggunakan data mining. Teknik yang digunakan yaitu teknik data mining metode associationrule algoritma apriori. Data mining adalah serangkaian proses untuk menggali informasi yang tersembunyi dari suatu kumpulan data berupa pengetahuan bermanfaat yang sebelumnya tidak dapat diketahui secara manual. Kata mining sendiri kurang lebih berarti suatu proses untuk mendapatkan barang berharga valuable minerals dari sejumlah besar material dasar earth. Atau dapat dikatakan bahwa proses untuk menemukan hubungan dalam data yang tidak diketahui dan menyajikannya dengan cara yang dapat dipahami yang menjadikan dasar untuk pengambilan keputusan. Association rule aturan asosiatif berusaha menemukan aturan-aturan tertentu yang mengasosiasikan data yang satu dengan data yang lain. Untuk mencari association rule dari suatu kumpulan data, pertama-tama kita harus mencari lebih dulu yang disebut frequent itemset sekumpulan item yang sering muncul bersamaan. Salah satu algoritma yang dapat digunakan untuk menemukan association rule adalah algoritma apriori. Ciri dari algoritma apriori adalah jika suatu itemset termasuk dalam large itemset, maka semua himpunan bagian subset dari itemset tersebut juga termasuk large itemset. Berdasarkan penjelasan di atas, permasalahan yang akan dibahas dalam hal ini yaitu ingin mengetahui apakah metode association rule dengan algoritma apriori dapat diterapkan dalam data kebencanaan dan bagaimana pola hubungan aturan assosiatif antara suatu kombinasi item dan membentuk pola kombinasi itemsets dengan menggunakan algoritma apriori. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 224 METODE PENELITIAN Pada penelitian ini menggunakan data kejadian bencana banjir di Indonesia pada bulan Februari - Juni 2015. Data didapat dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB. Dalam kasus ini terdapat 50 data kejadian banjir yang akan dianalisis. Dari 50 data tersebut akan dicari tahu pola dari sebab kejadian banjir yang merugikan dan bahkan hingga menimbulkan korban dengan menggunakan metode association rules. Berikut data bencana banjir di Indonesia: Tabel 1.Tabel Kejadian Longsor di Indonesia Desember 2014 – Januari 2015 Dari tabel sebagian yang diambil dari 50 data di atas, kolom atau variabel lokasi, korban, kerugian, dan keterangan sebab akan dijadikan atribut dalam setiap kejadian bancana banjir. Berikut tabel yang menjelaskan setiap kejadian bencana banjir beserta atribut- atributnya: ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 225 Tabel 2. Tabel Kejadian Longsor dengan Atribut Banjir Atribut Banjir atribut b1 Aceh b26 jembatan rusak b1 hujan deras b26 hujan deras b2 Bengkulu b27 jateng b2 jalan terputus b27 rumah tergenang b2 hujan deras b27 hujan deras b3 Sulsel b28 jateng b3 Terdampak b28 rumah tergenang b3 rumah terendam b28 hujan deras b3 sungai meluap b29 jatim b4 Sulsel b29 rumah terendam b4 Mengungsi b29 banjir kiriman b4 rumah terendam b30 banten b4 hujan deras b30 rumah tergenang b5 Kaltim b30 hujan deras b5 meninggal b31 jatim b5 sungai meluap b31 rumah tergenang b6 Jateng b31 hujan deras b6 jembatan rusak b32 jateng b6 sungai meluap b32 lahan pertanian tergenang b7 Sultengg b32 tanggul jebol b7 rumah terendam b33 jateng b7 hujan deras b33 lahan pertanian tergenang b8 Kaltim b33 tanggul jebol b8 rumah terendam b34 jatim b8 sungai meluap b34 luka ringan b9 Jabar b34 rumah rusak b9 meninggal b34 hujan deras b9 jembatan rusak b35 jatim b9 sungai meluap b35 rumah terendam Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 226 b10 Sultengg b35 hujan deras b10 rumah terendam b36 jatim b10 hujan deras b36 luka ringan b11 Banten b36 jembatan rusak b11 Terdampak b36 sungai meluap b11 rumah rusak b37 jakarta b11 sungai meluap b37 terdampak b12 Jabar b37 rumah terendam b12 meninggal b37 sungai meluap b12 hujan deras b38 suba b13 Jateng b38 terdampak b13 jembatan rusak b38 rumah tergenang b13 hujan deras b38 hujan deras b14 Banten b39 jatim b14 rumah tergenang b39 rumah tergenang b14 hujan deras b39 hujan deras b15 Jatim b40 jatim b15 sungai meluap b40 rumah tergenang b16 Jabar b40 hujan deras b16 Terdampak b41 jatim b16 rumah terendam b41 rumah tergenang b16 sungai meluap b41 hujan deras b17 Kalteng b42 jatim b17 terdampak b42 rumah tergenang b18 Bengkulu b42 hujan deras b18 Terisolir b43 jatim b18 jembatan rusak b43 terdampak b18 hujan deras b43 lahan pertanian tergenang b19 Jabar b43 tanggul jebol b19 luka ringan b44 lampung b19 rumah terendam b44 rumah terendam ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 227 b19 hujan deras b44 hujan deras b20 Sulsel b45 sulteng b20 Mengungsi b45 jalan rusak b20 rumah terendam b45 sungai meluap b20 sungai meluap b46 NTB b21 Jatim b46 terdampak b21 Terdampak b46 lahan pertanian tergenang b21 rumah terendam b46 banjir kiriman b21 sungai meluap b47 kaltim b22 Jateng b47 terdampak b22 Mengungsi b47 rumah terendam b22 jembatan rusak b47 hujan deras b22 sungai meluap b48 jateng b23 Jateng b48 mengungsi b23 rumah tergenang b48 rumah terendam b23 hujan deras b48 sungai meluap b24 Jateng b49 jatim b24 rumah tergenang b49 meninggal b24 hujan deras b49 rumah terendam b25 Jatim b49 hujan deras b25 rumah terendam b50 bangka belitung b25 banjir kiriman b50 terdampak b26 Jateng b50 rumah terendam b26 Terdampak b50 hujan deras Dari tabel di atas akan di selesaikan dengan software R untuk mencari tahu pola kombinasi itemset yang memenuhi syarat support. Syarat minimum support yang ditentukan di awal adalah 0.1, minimum confident sebesar 0.1, dan main line sebesar 2. Setelah hasil diketahui akan dianalisis kembali dengan mengubah nilai minimum support dan minimum confident sesuai output data support terbesar dan main line yang menyertai data tersebut untuk mengatahui apakah masih ada nilai terbesar yang lain. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 228 HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam analisis ini menggunakan software R,user menentukan sendiri nilai minimum support, minimum confident, dan main line. Nilai yang akan tampil adalah nilai yang besarnya sama dengan atau lebih besar dari minimum support yang telah ditentukan. Pengujian yang pertama dilakukan yaitu dengan menentukan minimum support= 0.1 ; minimum confident =0.1 ; dan dan main line =2. Berikut script yang digunakan: libraryarules data -read.delimclipboard summarydata splitdata - splitdataatribut,databanjir splitdata rules - assplitdata,transactions asrules,matrix apr - aprioriaturan, parameter=listsupp=0.1, conf=0.1, minlen=2 inspectapr dari script di atas didapat hasil output sebagai berikut:

1. Summary Data

Summary data merupakan ringkasan yang menyangkut beberapa informasi mengenai data bencana banjir yang akan di analisis. Berikut hasil outputnya: Gambar 1.Output Summary Data Bencana Banjir Dari output data di atas menunjukan bahwa dari kejadian banjir dengan no 11, 16, 18,19,20, dan 21 memiliki atribut sebanyak 4 buah dan kejadian banjir yang lainnya memiliki atribut kurang dari 4 dengan total atribut sebanyak 144 buah. Informasi lain yang dapat diketahui yaitu atribut hujan deras muncul sebanyak 28 kali, rumah terendam muncul sebanyak 18 kali, sungai meluap muncul sebanyak 15 kali, jatim muncul sebanyak 14 kali, rumah ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 229 tergenang muncul sebanyak 12 kali, jateng muncul sebanyak 11 kali, dan atribut yang lainnya muncul kurang dari 11 kali dari total kejadian banjir yang diamati yaitu sebanyak 50 kejadian.

2. Split Data

Split data merupakan pengelompokan atribut-atribut dalam satu kejadian. Software R Studio akan mengelompokan atribut-atribut kedalam satu kejadian yang sama. Berikut hasil output pada split data kejadian banjir no 1: Gambar 2.Output Split Data Bencana Banjir Dari hasil output tersebut diketahui bahwa atribut-atribut yang masuk kejadian banjir no 1 adalah aceh dan hujan deras. Atribut-atribut yang masuk kejadian banjir no 10 adalah sultengg, rumah terendam, dan hujan deras. Sedangkan atribut-atribut yang masuk kejadian banjir no 11 adalah banten, terdampak, rumah rusak, dan sungai meluap.

3. Aturan Matriks

Aturan Matriks digunakan untuk menampilkan atribut yang menyertai kejadian dan yang tidak menyertai kejadian dengan inisiasi nilai nol 0 dan satu 1. Gambar 3.Output Matriks Data Bencana Banjir Gambar 3 di atas menunjukan atribut-atribut yang menyertai kejadian. Atribut diurutkan sesuai abjad dari a sampai z. Atribut pertama yaitu aceh dan atribut terakhir yaitu jatim. Nilai nol 0 menunjukan bahwa tidak terdapat atribut dalam kejadian dan nilai satu 1 menunjukan bahwa