ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
83 pengalaman  yang  menyedihkan,  serta  melakukan  evaluasi  kognitif  yang  positif  terhadap
pengalaman hidupnya. Faktor  lain  yang  juga  dapat  mempengaruhi  kebahagiaan  adalah  optimisme,  efikasi  diri,  dan
kendali  diri.  Optimisme  mampu  meningkatkan  kebahagiaan  seseorang  dan  meningkatkan penyesuaian  diri  dari  lingkungan  yang  penuh  tekanan    stressful.  Efikasi  diri  self  efficacy  dapat
mengendalikan  emosi  positif  dan emosi negatif  dalam interaksi  seseorang  sehingga  meningkatkan kepuasan  hidupnya.    Kendali  diri  internal  Internallocus  of  control  membantu  seseorang  untuk
mengendalikan  tingkah  lakunya,    lebih  aktif  dalam  mencari  informasi  dan  pengetahuan  mengenai situasi yang dihadapi, sehingga dapat kebahagiaannya Singh  Mansi, 2009.
Penelitian ini menggunakan kebahagiaan well-being menurut Diener 2000, karena konsep tersebut dianggap lebih sesuai dalam dunia kerja. Pembahasan tentang kepuasan kerja, keterlibatan
kerja,  komitmen  organisasi  afektif,  keterpikatan  kerja,  motivasi  intrinsik,  secara  eksplisit menjelaskan  besarnya  peran  emosi  dalam  konteks  pekerjaan,  dan  emosi  merupakan  bagian  dari
kebahagiaan.
B. Karakter Anti korupsi
Istilah  karakter  berasal  dari  bahasa  Yunani  yaitu  “Charaketer”,  artinya  memotong  atau mengukir.  Karakter  merupakan  kumpulan  sifat  dalam  diri  individu.  Karakter  menjelaskan  makna
siapa  diri  manusia  sesungguhnya.    Karakter  seseorang  menunjukkan  nilai-nilai  yang  diyakininya, serta kebiasaan bertingkah laku menghadapi  lingkungan tertentu. William James Chen  Cooper,
2014  menyatakan  bahwa  karakter  adalah  sikap  mental  dan  moral  tertentu  yang  menunjukkan perasaan mendalam bahwa individu bersemangat dan merasa “hidup”. Aliran Aristotelian, Judeo-
Christian, dan Konfusianis juga meyakini bahwa karakter merupakan suatu konstrak yang meliputi tiga  dimensi  moral,  yaitu    disiplin  moral,    kelekatan  moral,  dan  otonomi  moral.  Orang  yang
berkarakter memiliki disiplin moral, artinya mampu mengendalikan diri, bahkan mampu menekan dorongan pribadinya agar bertindak sesuai dengan nilai moral yang diyakininya.  Kelekatan moral
yaitu  individu  memiliki  komitmen  terhadap  sesuatu  yang  penting  melebihi  dirinya  sendiri. Otonomi  moral  menunjukkan  bahwa  individu  tidak  hanya  memiliki  pertimbangan,  namun  juga
kebebasan untuk bertindak sesuai nilai moral Chen  Cooper, 2014. Perkembangan  karakter  seseorang  terkait  dengan  lingkungan  sosialnya  yang  sekaligus  juga
mempengaruhi cara orang tersebut bersikap dan bertingkah laku. Hal ini mengakibatkan seseorang yang  berkarakter  tidak  hanya  membangun  suatu  hubungan  baik  tetapi  juga  menjaganya,
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
84 berkontribusi pada komunitas tempat hidupnya, dan memiliki tanggung jawab sebagai warga yang
memiliki semangat demokratis Reeves, Venator,  Howard, 2014. Individu  yang  memiliki  karakter  anti  korupsi  terikat  pada  kedisiplinan  moral  anti  korupsi,
serta  memiliki  sifat-sifat  yang  menghambatnya  untuk  melakukan  korupsi.  Perilaku  korupsi seringkali tidak hanya disebabkan oleh faktor kognitif, seperti kurangnya pengetahuan, namun juga
karena  kurangnya  kebijaksanaan  atau  kebajikan  pada  jati  dirinya  Tang,  Chen,    Sutarso,  2008. Para ahli juga meyakini bahwa latar belakang korupsi tidak lagi hanya dikaitkan dengan penjelasan
budaya,  seperti  tradisi  memberi  hadiah  pada  orang-orang  yang  memiliki  kewewenangan  atau berbagai  konsekuensi  lain  untuk  menjaga  hubungan  baik  Larmour    Wolanin,  2001.  Meskipun
demikian, pengertian korupsi bisa menjadi sedikit berbeda pada negara-negara tertentu. Nilai-nilai budaya,  tradisi  hukum,  dan  kebiasaan-kebiasaan  dalam  suatu  negara  dapat  juga  menjadi  faktor
pembeda  untuk  mendefinisikan  perilaku  korupsi.  Sebagai  contoh  kebiasaan  memberikan  hadiah sebagai  bagian  dari  suatu  transaksi,    di  beberapa  negara  dapat  dimaknai  sebagai  bentuk  korupsi,
berupa  penyuapan,  namun  di  negara  lainnya  bukan  merupakan  korupsi.  Larmour    Wolanin, 2001.
Berdasarkan Undang-Undang UU Nomor 31 tahun 1999 JO. UU No 20 tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi, pada dasarnya korupsi dapat dikelompokkan menjadi tujuh komponen yaitu
: kerugian uang negara, suap menyuap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan, perbuatan curang, benturan  kepentingan  dalam  pengadaan,  dan  gratifikasi.  Komisi  Pemberantasan  Korupsi,  2006.
Perilaku  koruptif  tidak  saja  seperti  yang  terdapat  dalam  aturan  perundang-undangan,  namun  juga pada  perilaku  yang  bertentangan  dengan  kode  etik  yang  meliputi  korupsi  administrasi  dan  waktu,
korupsi dalam pengadaan barang dan jasa publik, serta korupsi penggunaan inventaris dinas untuk keperluan pribadi Hamengkubuwono X, 2012.
Anti  korupsi  adalah  karakter  yang  berakar  dari  perilaku  etis  dan  menjadi  kebalikan  dari perilaku korupsi. Jadi karakter anti korupsi adalah sekumpulan sifat-sifat yang menjadi predisposisi
bagi seseorang untuk tidak melakukan tindakan korupsi, atau sifat-sifat yang mampu menggerakkan dirinya  untuk  menjadi  anti  korupsi.  Indikator  karakter  anti  korupsi  mengacu  pada  standar  dari
Komisi Pemberantasan Korupsi KPK yang telah merumuskan sembilan karakteristik kepribadian yang merupakan indikator anti korupsi pada setiap individu. Sekumpulan sifat yang menurut KPK
terkait  dengan  kecenderungan  anti  korupsi  dengan  pengertian  yang  diambil  dari  Kamus  Besar Bahasa Indonesia 1990 adalah:
1.  Tanggung  jawab  yaitu  keadaan  wajib  menanggung  segala  sesuatunya  kalau  terjadi  apa- apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan