Kinerja Operasional UMKM Penggunaan Informasi Akuntansi

Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 98 bisnis.Adapun indikator dari penggunaan informasi akuntansi dalam penelitian ini menurut Aufar 2014 adalah menggunakan informasi akuntansi operasional, informasi akuntansi manajemen, dan informasi akuntansi keuangan.Pengukuran menggunakan skala likert 1-5 terdiri dari angka 1 Sangat Tidak Setuju STS, 2 Tidak Setuju TS, 3 Cukup Setuju CS, 4 Setuju S, 5 Sangat Setuju SS. Pengujian Instrumen Metode pengujian instrument yaitu Uji validitas dilakukan dengan menggunakan korelasi product moment pearson.Uji Reliabilitas menggunakan Cronbach Alpha.Tingkat signifikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 60. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0.6 Yarnest : 67, 2004. Pengujian Regresi Berganda Model persamaan regresi berganda adalah sebagai berikut:      ..... 1 1 X b a Y Keterangan:  Y Kinerja Operasional UMKM  1 X Penggunaan Informasi Akuntansi  a harga Y jika X = 0 konstanta  b angka arahkoefisien regresi linear berganda Uji t Uji Signifikan Parameter Individual Tingkat signifikan yang digunakan adalah 5 Ghozali, 2005.Apabila nilai statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai t tabelmaka Ha diterima yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut: a. Ho diterima dan Ha ditolak ; apabila nilai signifikansi t dari nilai alpha 0,05. b. Ho ditolak dan Ha diterima ; apabila nilai signifikansi t dari nilai alpha 0,05. Koefisien Determinasi 2 R Koefisien determinasi 2 R mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satuGhozali, 2005. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 99 Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik yang harus dipenuhi sebelum dilakukan regresi berganda terhadap model persamaan di atas, yaitu: 1. Uji Normalitas Dalam penelitian ini cara yang digunakan untuk menguji normalitas adalah uji Kolmogorov SmirnovGhozali, 2005. 2. Uji Multikolinearitas Dalam penelitian ini cara yang digunakan untuk mendeteksi adanya multikolinearitas adalah dengan melihat variance inflation factors VIF. Apabila nilai VIF 10, maka tidak terdapat multikolinearitas Ghozali, 2005. 3. Uji Heteroskedastisitas Ada tidaknya heteroskedastisitas dapat diketahui dengan melihat tingkat signifikansinya terhadap alpha  . Jika nilai signifikansinya lebih besar dari alpha  maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil dan Pembahasan Tabel 6.1 Hasil Uji Validitas Penggunaan Informasi Akuntansi X1 Variabel Korelasi Pearson PIA1 0,631 PIA2 0,714 PIA3 0,724 PIA4 0,603 PIA5 0,656 PIA6 0,527 PIA7 0,345 PIA8 0,545 PIA9 0,362 PIA10 0,525 PIA11 0,705 PIA12 0,474 PIA13 0,597 PIA14 0,512 Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa semua nilai korelasi pearson lebih dari 0,3 yang berarti semua pernyataan dinyatakan valid. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 100 Tabel 6.2 Hasil Uji Validitas Kinerja Operasional Y Variabel Korelasi Pearson KO1 0,477 KO2 0,447 KO3 0,626 KO4 0,637 KO5 0,644 KO6 0,708 KO7 0,666 KO8 0,754 KO9 0,546 KO10 0,312 Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa semua nilai korelasi pearson lebih dari 0,3 yang berarti semua pernyataan dinyatakan valid. Tabel 6.3 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Cronbach Alpha Keterangan Penggunaan Informasi Akuntansi 0,837 Reliabel Kinerja Operasional 0,784 Reliabel Dari hasil uji tersebut menunjukkan bahwa nilai cronbach’s alphavariabel penggunaan informasi akuntansi dan kinerja operasionallebih dari 0,60. Hal ini berarti variabel-variabel tersebut dinyatakan reliabel. Tabel 6.4 Hasil Uji Regresi Berganda Uji t Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka persamaan regresi berganda adalah:      ......... 1 1 X b a Y Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 15.768 2.411 6.539 .000 PIA .548 .049 .846 11.199 .000 a. Dependent Variable: KO ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 101 1 548 , 768 , 15 X Y   Hasil Uji t H1: Penggunaan Informasi Akuntansi berpengaruh terhadap kinerja operasional UMKM Hasil penelitian menunjukkan nilai signifikansi 0,000 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti penggunaan informasi akuntansi berpengaruh terhadap kinerja operasioal UMKM.Pemilik UMKM yang menggunakan informasi akuntansi dapat mengidentifikasi dan memprediksi permasalahan yang mungkin timbul dikemudian hari, kemudian mengambil tindakan koreksi tepat waktu, mengetahui kondisi usahanya apakah terjadi kemajuan atau kemunduran, dapat mengambil keputusan bisnis dengan tepat, dapat memahami makna laba atau rugi yang diperoleh, kemudian dapat melakukan evaluasi kinerja sehingga dapat meningkatkan kinerja UMKM. Tabel 6.5Koefisien Determinasi Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .846 a .715 .709 2.187 a. Predictors: Constant, PIA Berdasarkan tabel 6.5 menunjukkan bahwa nilai Adjusted R Square sebesar 0,709 atau 70,9. Hal ini berarti variabel penggunaan informasi akuntansi mempengaruhi variabel kinerja operasional sebesar 70,9 dan sisanya 29,1 dipengaruhi oleh faktor yang lain. KESIMPULAN Dari hasil analisis data dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Hasil pengujian menunjukkan bahwa penggunaan informasi akuntansi berpengaruh terhadap kinerja operasioal UMKM. Pemilik UMKM yang menggunakan informasi akuntansi dapat mengidentifikasi dan memprediksi permasalahan yang mungkin timbul dikemudian hari, kemudian mengambil tindakan koreksi tepat waktu, mengetahui kondisi usahanya apakah terjadi kemajuan atau kemunduran, dapat mengambil keputusan bisnis dengan tepat, dapat memahami makna laba atau rugi yang diperoleh, kemudian dapat melakukan evaluasi kinerja sehingga dapat meningkatkan kinerja UMKM. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 102 DAFTAR PUSTAKA Aufar, 2014.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Informasi Akuntansi Pada UMKM Survei Pada Perusahaan Rekanan PT. PLN Persero di Kota Bandung.Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama. Diah, 2013.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Informasi Akuntansi Pada Usaha Kecil dan Menengah.Jurnal Universitas Diponegoro. Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariance dengan program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang. Harahap, Yenni R. 2014.Kemampuan Menyusun Laporan Keuangan Yang Dimiliki Pelaku UKM Dan Pengaruhnya Tehadap Kinerja UKM.Jurnal Riset Akuntansi Dan Bisnis. Vol.14, No.1, Maret.Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Ikhsan, Arfan dan Muhammad Ishak, 2005. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta:Salemba Empat. Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. 1999. Metode Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta : BPFE. Ismail, N. A., King, M. 2007.Factors Influencing the Alignment of Accounting Information Systems in Small and Medium Sized Malaysian Manufacturing Firms.Journal of Information Systems andSmall Business , I 1-2, 1-20. Miles, P Morgan, Covin G Jefferey, Heeley B Michael. 2000. The Relationship Between Environmental Dynamism and Small Firm Structure, Strategy and Performance.Journal of Marketing Theory and Practice. Pp. 63-74. Mulyadi, 1997 Akuntansi Manajemen, Salemba Empat, Edisi ke-5, Cetakan ke-1, Jakarta. Pinasti, Margani. 2007. Pengaruh Penyelenggaraan dan Penggunaan Informasi Akuntansi Terhadap Persepsi Pengusaha Kecil atas Informasi Akuntansi: Suatu Riset Eksperimen. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 10 3. Hal. 321-331. Poniman. 2010. Pengaruh Informasi Akuntansi Terhadap Kinerja Manajer Dengan DuaVariabel Moderating: Studi Empiris BKK. Jurnal Admisi dan Bisnis. Vol. 11 No.3 Suhairi, Sofri Yahya Hasnah Haron. 2004. Pengaruh Pengetahuan Akuntansi, Kepribadian Wirausaha Terhadap Penggunaan Informasi Akuntansi Dalam Pengambilan Keputusan Investasi. Makalah Simposium Nasional Akuntansi VII.Denpasar. Sutanto dan Rosita. 2012. Pengaruh Informasi Akuntansi Terhadap Kinerja Manajer. Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi Vol. 9, No. 1, Oktober 2012: 1 – 10 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah. Yarnest. 2004. Panduan Aplikasi Statistik dengan SPSS. Dioma : Malang. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 103 ANALISIS PERBANDINGAN RATA-RATA DEVISA MELALUI DATA EKSPOR-IMPOR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2014 DENGAN MENGGUNAKAN UJI T INDEPENDEN TEST Askoning1, Arum Handini Primandari2 1 Mahasiswa Jurusan Statistika Fakultas MIPA UII 2 Dosen Pembimbing Kerja Praktek Fakultas MIPA UII askoning09gmail.com ABSTRAK Indonesia merupakan negara di Asia Tenggara yang tergabung dalam komunitas ASEAN. Pada Tahun 2015 akhir mendatang negara-negara yang tergabung dalam anggota ASEAN akan melakukan kegiatan ekonomi atau yang disebut dengan MEA Masyarakat Ekonomi ASEAN termasuk negara Indonesia, tak terkecuali dengan D.I Yogyakarta. Dalam menghadapi kegiatan MEA, tidak terlepas dari kegiatan ekspor maupun impor. Salah satu indikator kesiapan dalam menghadapi MEA adalah ketika kegiatan ekspor lebih tinggi dibanding impor. Karena dengan produktivitas yang tinggi mencerminkan daya saing tinggi dan daya saing tinggi berpotensi menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi pula. dengan begitu maka mampu mengindikasikan bahwa daerah tersebut sudah baik dalam hal perekonomiannya atau sudah dikatakan siap menghadapi MEA. Oleh karena hal tersebut penelitian ini menggunakan analisis perbandingan rata-rata devisa ekspor dan impor dengan menggunakan metode uji t-independent test. Setelah dilakukan analisis diperoleh kesimpulan bahwa rata-rata devisa ekspor lebih tinggi dibanding rata- rata devisa impor. Kata Kunci: ekspor-impor, devisa, MEA ABSTRACT Indonesia is a country in Southeast Asia which are members of the ASEAN community. At the end of the upcoming 2015 countries that are members of the ASEAN members will carry out economic activities or called by the AEC ASEAN Economic Community countries including Indonesia, not least withYogyakarta. In the face of AEC activities, not apart from exports and imports. One indicator of preparedness in the face of AEC is when exports higher than imports. Due to the high productivity reflects high competitiveness and high competitiveness potential to generate high economic growth as well. so it is able to indicate that the area had been good in terms of economy or are already said to be ready to face AEC. Therefore in this research using a comparative analysis of the average foreign exchange export and import using independent t-test. After the analysis we concluded that the average foreign exchange export is higher than the average import of foreign exchange Keywords: export-import, foreign exchange, MEA PENDAHULUAN Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA merupakan kegiatan ekonomi di negara-negara ASEAN. MEA muncul untuk meningkatkan perekonomian di negara-negara Asia Tenggara. Anggota dari MEA adalah Brunnei, Filiphina, Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Kamboja, Myanmar, Vietnam, dan Laos. MEA ini dibentuk agar masyarakat yang berada pada negara-negara yang termasuk dalam anggota ASEAN mampu menghadapi ASEAN Community komunitas 104 ASEAN 2020. Untuk menjembantani kemampuan bangsa yang berbeda-beda maka lahirlah MEA yang diselenggarakan tahun 2015. MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam artian adanya sistem perdagangan bebas antara Negara-negara ASEAN. Masyarakat Ekonomi Asean dengan sasarannya yang mengintegrasikan ekonomi regional Asia Tenggara menggambarkan karakteristik utama dalam bentuk pasar tunggal dan basis produksi, kawasan ekonomi yang sangat kompetitif, kawasan pengembangan ekonomi yang merata atau seimbang, dan kawasan yang terintegrasi sepenuhnya menjadi ekonomi global. Dalam pelaksanaan MEA tentu saja tidak terlepas pada kegiatan ekspor dan impor suatu negara. Hal-hal yang mampu menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi dalam konteks perekonomian yang terbuka yaitu perdagangan internasional, dalam hal ini adalah ekspor dan impor, serta aliran modal masuk dari sumber valuta asing devisa. Basri 2010: 8 menjelaskan bahwa keterbukaan akan memungkinkan suatu negara untuk melakukan perdagangan luar negeri dalam bentuk ekspor dan impor barang dan jasa. Dengan demikian ekspor dan impor memegang peranan yang penting dalam pendapatan nasional dari suatu perekonomian terbuka. Salah satu indikator utama keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara adalah mengenai pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, kebijakan makro ekonomi suatu negara pasti akan diarahkan untuk mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi. Sukirno 2006: 10. Peningkatan ekspor mengisyaratkan membaiknya ekonomi BPS : 2010, karena ekspor merupakan kegiatan memproduksi maka produktivitas yang tinggi mencerminkan daya saing tinggi dan daya saing tinggi berpotensi menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Sementara itu untuk mampu menghadapi MEA maka perekonomian harus baik. Dengan demikian suatu daerah mampu menghadapi MEA jika perekonomian daerah tersebut baik. Kondisi baik yang dimaksud disini yakni saat kegiatan ekspor lebih tinggi dibanding impor. Mengacu pada hal tersebut maka penyusun bermaksud mengkaji kemampuan Daerah Istimewa Yogyakarta dalam menghadapi MEA. Penyusun meneliti dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea Dan Cukai Tipe Madya Pabean B Yogyakarta mengenai kegiatan ekspor-impor dan devisa ekspor maupun devisa impor. Dengan demikian melalui data tersebut diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat D.I Yogyakarta. Yogyakarta, 16 Desember 2015 105 METODOLOGI PENILITIAN Tabel 1 diagram alur PEMBAHASAN a. Statistik Deskriptif Ekspor Berikut akan dijelaskan mengenai pendapatan ekspor: Tabel 1. Pendapatan Ekspor Pendapatan Bruto Netto Teringgi 396,970.59 224,054.6 Terendah 97,498.23 72,339.8 Jumlah pendapatan netto-brutto tertinggi disektor ekspor terjadi dibulan maret dengan prediksi penyebabnya adalah pada bulan Maret merupakan bulan peralihan musim yakni pada tanggal 1-20 Maret merupakan musim dingin, sedangkan tanggal 21-30 Maret merupakan musim semi bagi negara Amerika dan Eropa atau wilayah belahan bumi Utara. Hal ini berbeda dengan wilayah bumi selatan, dimana pada tanggal 1-20 Maret merupakan musim panas dan pada tanggal 21-31 Maret merupakan musim gugur. Pada sektor ekspor Yogyakarta banyak mengekspor mengenai pakaian jadi tekstil yang bisa dikirim saat musim dingin di belahan bumi serta pada musim panas dibelahan bumi selatan, sarung tangan kulit yang disinyalir dikirim untuk mengahadapi musim dingin di wilayah belahan Utara, dan pengiriman seperti kerajnan kayu wood industry, papan kemas pack board, mebel kayu wood furniture, untuk membuat rak-rak pada tanaman saat musim semi dibagian belahan bumi 106 utara. Sedangkan dibelahan bumi selatan terjadi musim panas di awal Maret dan disinyalir terjadi ekspor pakaian jadi tekstile. Penghujung bulan maret terdapat hari nyepi yang merupakan hari raya umat Hindu yang banyak mendiami negara India. Sebelum diadakannya Nyepi tentu warga disana membeli berbagai macama makanan untuk memenuhi kebutuhan selama nyepi, seperti buah-buahan yang dikirim dari Yogyakarta seperti halnya salak, rambutan, dll. Jika dilihat dari datanya brutto ekspor tertinggi yakni pada bulan Februari sebesar 396970.59 yang disusul dengan bulan Oktober yakni sebesar 307.986.03. karena perbedaan yang tidak terlalu jauh ternyata pada netto ekspor tertinggi adalah pada bulan Oktober yakni sebesar 224054.6 yang kemudian disusul dengan bulan November dan kemudian bulan Maret sebesar 218092.72 Kg, disinyalir saat ditimbang barang-barang tersebut lebih berat karena brutto merupakan berat kotor yang menimbang bersamaan dengan tempatnya, namun saat dihitung berat bersihnya ekspor pada bulan Februari ternyata lebih kecil dari bulan Oktober dan November. Berdasarkan data BPS negara tujuan kegiatan ekspor meliputi negara Amerika Serikat, Jerman, Jepang, Australia, Inggris, Singapura, Korea Selatan, India, Thiongkok, Belgia, Belanda. Barang-barang tersebut berasal dari D.I Yogyakarta yang dikirim melalui beberapa pelabuhan di Indonesia. Komoditas yang diekspor meliputi pakaian jadi bukan rajutan, perabot, penerangan rumah, barang-barang dari kulit, pernagkat optik, barang-barang rajutan, bahan kimia organik, plastik dan barang dari plastik, kayu, barang dari kayu, jangat dan kulit mentah, jerami bahan anyaman. b. Statistika Deskriptif Impor Tabel 2. Pendapatan Impor Pendapatan Bruto Netto Teringgi 8,851.6 8,298.66 Terendah 571 526 Dari grafik impor lihat dilampiran grafik impor jumlah hasil brutto pada sektor impor selama tahun 2014 dapat dilihat bahwa ada perbedaan yang signifikan pada pendapatan brutto disektor impor. Jumlah pendapatan Brutto tertinggi disektor impor terjadi dibulan November dan yang terendah terjadi pada bulan Mei. Dari tabel pendapatan impor diatas jumlah hasil netto pada sektor impor selama tahun 2014 dapat dilihat bahwa ada perbedaan yang signifikan pada pendapatan netto disektor impor. Jumlah Yogyakarta, 16 Desember 2015 107 pendapatan netto tertinggi disektor impor terjadi dibulan November dan juga terendah pada bulan Mei lihat lampiran, tabel data impor. Pada data diatas terlihat jika kegiatan impor tertinggi pada bulan november. Menurut data BPS impor yang banyak merupakan impor jenis spare parts mesin pertaian agricultural machinery spare parts, karena saat bulan tersebut di Indonesia sedang terjadi musim hujan dan banyak para petani yang menanam padi, untuk itulah diperlukan beberapa mesin, kemudian adanya impor dari barang-barang baku dari industri seperti tekstile, dll. Dalam perhitungan ini didapatkan suatu kesimpulan bahwa pada Bulan Mei merupakan bulan yang bisa dibilang bulan yang sepi karena pada bulan tersebut kota Yogyakarta pada tahun 2014 memiliki aktivitas yang sedikit dalam ekspor dan impor. Hal tersebut disinyalir disebabkan oleh permintaan ekspor yang sedikit dibulan Mei, begitu juga dengan aktivitas impor, bisa juga saat bulan Mei sedang tidak musim buah yang biasanya diimpor,dsb. c. Statistika Deskriptif Devisa Ekspor – Impor Bila dilihat pada data ekspor-impor terlihat jika pada sektor ekspor lebih tinggi dibanding dengan impor, ini terlihat dengan jumlah tertinggi yang didapatkan ekspor mencapai 396970.59 kg, dan impor tertinggi 8298.66 kg. Untuk itulah dilakukan analisis pada devisa ekspor dan impor karena menginat data yang ada pada devisa memiliki selisih data yang tidak jauh antara devisa ekspor dan impornya adapun analisisnya sebagai berikut: Tabel 3. Devisa Ekspor-Impor Pendapatan Bruto Netto Teringgi 10,077,39.70 382,462,64 Terendah 616,571,1 37,848 Dari tabel jumlah hasil devisa ekspor lihat dilampiran,pada tabel devisa eksor-impor selama tahun 2014 dapat dilihat bahwa ada perbedaan yang signifikan pada pendapatan setiap bulannya . devisa ekspor merupakan devisa yang diterima dari hasil penjualan. pada bulan oktober Yogyakarta memiliki penghasilan devisa tertinggi. Pada kegiatan ekspor di bulan Oktober termasuk tinggi kegiatan ekspornya, bulan Oktober tertinggi kedua setelah bulan November yang merupakan bulan yang memiliki nilai ekspor tertinggi lihat graik line devisa ekspor-impor dilampiran. Namun jika dilihat dalam data devisa justru pada bulan Oktober merupakan bulan yang memiliki devisa tertinggi, ini diperkirakan bahwa pada bulan Maret yang memiliki kegiatan ekspor memiliki nilai ekspor tertinggi, secara kuantiitas kg terbilang besar. Namun belum tentu barang-barang yang dieskpor bernilai tinggi, berbeda dengan pada bulan Oktober yang merupakan penghasilan 108 terbanyak. Disinyalir dibulan Oktober 2014 pada ekspor terjadi pengeksporan barang yang secara kuantitatif kg cukup tinggi serta memiliki nilai yang tinggi dibanding pada bulan Maret di data ekspor sehingga mampu menyumbang devisa tertinggi di D.I Yogyakarta. Dari tabel jumlah hasil devisa ekspor selama tahun 2014 dapat dilihat bahwa ada perbedaan yang signifikan. Devisa impor merupakan devisa yang dibayar dari hasil penjualan. pada bulan oktober Yogyakarta memiliki harga pembayaran devisa tertinggi yakni sebesar USD 382462.64 di tahun 2014. Sama halnya dengan pendapatan impor yang terjadi pada bulan Oktober merupakan rata-rata. Hal ini juga disinyalir memiliki penyebab yang sama, bahwa pada bulan November yang memiliki kegiatan impor memiliki nilai impor tertinggi, secara kuantitas kg terbilang besar. Namun belum tentu barang-barang yang diimpor bernilai tinggi, berbeda dengan pada bulan Oktober yang merupakan penghasilan terbanyak. Disinyalir dibulan Oktober 2014 pada impor terjadi impor barang yang secara kuantitatif kg cukup tinggi serta memiliki nilai yang tinggi dibanding pada bulan November di data impor sehingga mampu mengeluarkan devisa devisa bayar tertinggi di D.I Yogyakarta. d. Uji Normalitas Sebelum melakukan Uji Independent sampel t-test yakni ada tahapan berupa pemenuhan asumsi normalitas. Berikut adalah analisisnya: Tabel 4 Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic Df Sig. dev_masuk .232 12 .075 .881 12 .090 dev_keluar .202 12 .188 .866 12 .059 a. Lilliefors Significance Correction 1. Devisa masuk ekspor Berdasarkan output pada tabel 1, karena data yang diteliti 50 data, maka menggunakan metode Shapiro-Wilk, diperoleh nilai 0.090. Diperoleh keputusan bahwa Gagal tolak H , karena nilai signifikansi α 0.05. Dari analisis tersebut maka didapatkan kesimpulan bahwa dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95 maka diperoleh keputusan untuk gagal menolak H0 yang berarti bahwa data devisa ekspor yang diteliti berasal dari populasi yang berdistribusi normal. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 109 2. Devisa keluar impor Berdasarkan output pada tabel 1, karena data yang diteliti 50 data, maka menggunakan metode Shapiro-Wilk, diperoleh nilai 0.059. diperoleh keputusan Gagal tolak H , karena nilai signifikansi α 0.05. Dari analisis tersebut didapatkan kesimpulan bahwa dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95 maka diperoleh keputusan untuk gagal menolak H0 yang berarti bahwa data devisa impor yang diteliti berasal dari populasi yang berdistribusi normal. e. Uji Homogenitas Gambar 5 Hasil Uji Independent Sampel Test Dalam pengujian t-test independent ada dua tahapan analisis yang harus dilakukan yakni yang pertama peneliti harus menguji terlebih dahulu asumsi apakah variansi populasi kedua sample tersebut adalah sama equal variance assumed ataukah berbeda equal variance assumed dengan melihat nilai levene test atau uji homogenitas data, adapun kesimpulannya adalah Berdasarkan output pada gambar 4.9, diperoleh nilai signifikansi = 0.001. diperoleh keputusan Tolak H0, karena nilai signifikansi α. Oleh karena itu maka didapatkan kesimpulan bahwa dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95 maka diperoleh keputusan tolak H0 yang berarti bahwa data devisa masuk maupun keluar berasal dari populasi yang berbeda unequal variance. f. Uji Independent Sample t-test Uji rata-rata menggunakan independent sample t-test untuk data devisa ekspor dan impor daerah Provinsi Yogyakarta tahun 2014.Hasil rata-rata devisa masuk ekspor dan devisakeluar impor Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 110 Gambar 6 Hasil Uji Independent Sampel Test Pada hasil output diatas terlihat bahwa rata-rata devisa dalam bulan untuk devisa masuk adalah USD 7,3115E5 sedangkan untuk rata-rata devisa keluar USD 4.1178.4833E4. Secara visual jelas bahwa rata-rata devisa berbeda dengan devisa masuk dan keluar, untuk mengetahui apakah perbedaan ini memang nyata secara statistik maka peneliti harus mampu melihat output bagian kedua independent sampel test Karena pada pengujian homogenitas diperoleh kesimpulan bahwa data keduanya berasal dari populasi dengan populasi yang berbeda, maka statistik uji yang digunakan uji t dua sampel independen menggunakan t hitung dan nilai signifikansi pada baris equal variances not assumed lihat gambar 6. Berdasarkan output pada gambar 6 t-test for equality means, diperoleh nilai signifikansi dua sisi = 0.000. diperoleh keputusan Tolak H , karena nilai signifikansi α2. Oleh karena itu didapatkan kesimpulan bahwa dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95 maka diperoleh keputusan tolak H yang berarti bahwa rata-rata nilai devisa ekspor berbeda dibanding devisa impor. Tabel 5 Group Statistics Devisa N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Rata_Devisa devisa_masuk 12 7.3115E5 4.15675E5 1.19995E5 devisa_keluar 12 4.4833E4 32974.10091 9518.80302 Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 111 Pada hasil output diatas terlihat bahwa rata-rata devisa dalam bulan untuk devisa masuk adalah USD 7,3115E5 sedangkan untuk rata-rata devisa keluar USD 4.1178.4833E4. maka dapat diberi kesimpulan bahwa devisa ekspor masuk lebih besar dbanding devisa impor keluar. g. Studi Kelayakan MEA Badan Pusat Statistika Mengatakan dalam bukunya bahwa “peningkatan ekspor membaiknya ekonomi”. Ekspor merupakan kegiatan memproduksi dimana produktivitas yang tinggi mencerminkan daya saing tinggi dan daya saing tinggi berpotensi menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Memiliki produktivitas yang tinggi mengisyaratkan bahwa barang-barang ekspor yang ada sangat laku sangat digandrungi di pasar Internasional. Berdasarkan pengujian terhadap data devisa ekspor-impor menggunakan uji t-independent sample test, dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan ekspor di D.I Yogyakarta lebih tinggi dibanding impor.Hal ini dapat mengindikasikan bahwa pemasukan pendapatan negara dari sektor ekspor adalah lebih besar, hal ini dapat dilihat pada nilai devisa impor yakni sebesar 1,037,998.30 dan untuk jumlah devisa ekspor yakni sebesar 20,283,374.98 ini mengisyaratkan bahwa kegiatan ekspor lebih tinggi dibanding impor. Sementara itu untuk mampu menghadapi MEA maka perekonomian harus baik terlebih dahulu. Dalam hal ini perekonomian suatu daerah dikatakan baik adalah jika kegiatan ekspor lebih tinggi dibandingkan impor karena produktivitas yang tinggi mencerminkan daya saing tinggi dan daya saing tinggi berpotensi menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi pula. dengan begitu maka mampu mengindikasikan bahwa daerah tersebut sudah baik dalam hal perekonomiannya atau sudah dikatakan siap menghadapi MEA, karena kegiatan MEA adalah semua kegiatan secara internasional, terlebih lagi dalam perdagangan. Jadi, jika ditelaah lebih dalam jika suatu daerah memiliki kegiatan ekspor yang lebih tinggi dibanding impor maka, daerah tersebut siap menghadapi MEA. Daerah Yogyakarta merupakan daerah yang memiliki kondisi yang seperti itu dimana kegiatan ekspor ternyata lebih tinggi dibanding Impor, dan memberi isyarat jika D.I Yogyakarta merupakan daerah yang siap menghadapi MEA. KESIMPULAN Dari hasil analisis dan pembahasan dalam studi kasus pada laporan ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesiapan suatu daerah dalam menghadapi MEA yakni: kegiatan ekspor, impor, devisa, dll. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 112 2. Data devisa baik ekspor maupun impor memenuhi asumsi normalitas. Berdasarkan uji homogenitas keduanya memiliki variansi yang berbeda. 3. Berdasarkan hasil akhir analisis perbandingan rata-rata, kesimpulan yang didapat adalah rata- rata kegiatan ekspor lebih tinggi dibanding kegiatan impor. Oleh sebab itu Daerah Istimewa Yogyakarta siap menghadapi MEA. Selisih kuantitas dari nilai ekspor dan impor cukup tinggi yakni sebesar 4,677,778.54 kg. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih kepada Allah SubhanahuWaTa’aladan Rasulullah SAW yang selalu memberikan rahmat, berkah, kesehatan, dan petunjuk bagi hamba-Nya. Kepada kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan doa dan dukungannya. Ibu Arum HandiniPrimandari, M.Sc yang telah sabar membimbing penulis selama penyusunan paper ini.Teman-teman Jurusan Statistika UII angkatan 2012yang sudah banyak memberikan semangat dan bantuan dalam memulai dan mengakhiri paper ini.Semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu per satu, terimakasih. DAFTAR PUSTAKA Basri, Faisal dan Haris M. 2010. Dasar-dasar Ekonomi Internasional. Jakarta: Kencana. Bea Cukai. http:www.beacukai.go.id , diakses pada 2 Mei 2015. BPS. 2012. D.I Yogyakarta dalam Angka Tahun 2011. Yogyakarta: BPS. BPS. 2013. D.I Yogyakarta dalam Angka Tahun 2012. Yogyakarta: BPS. BPS. 2014. D.I Yogyakarta dalam Angka Tahun 2013. Yogyakarta: BPS. Fried, Robert. 1976. Introduction to Statistics Revised edition. New York : Gardner Press, Inc. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19 Edisi 5. Semarang : Universitas Diponegoro. Hakim. Abdul. 2004. Statistika Deskriptif Untuk Ekonomi dan Bisnis. CV Adipura : Sleman. Hasan, Iqbal. 1999. Pokok-pokok Materi Statistik 2 Statistik Inverensi. Jakarta : Bumi Aksara J. Bain, Lee and Max Engelhardt. 1991. Introduction To Probability And Mathematical Statistics second edition. United States of Amerika : Duxbury Press. Sri Wahyudi S, Kesiapan Indonesia Menghadapimasyarakat Ekonomi Asean 2015. https:www.academia.edu10331907KESIAPAN_INDONESIA_MENGHADAPI_MASYA RAKAT_EKONOMI_ASEAN_2015. Diakses Pada Tanggal 2 Mei 2015 Sukirno, Sadono. 2006. Ekonomi Pembangunan Edisi Kedua. Jakarta: Kencana. Suparmono dan Sugiarto. 1993. Statistika. Yogyakarta : Andi Offset. Walpole R., Myers R., 1986. Ilmu Peluang dan Statistika untuk Insinyur dan Ilmuwan. Bandung : Penerbit ITB. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 113 MODEL PENGEMBANGAN WIRAUSAHA KREATIF BERBASIS SYARIAH DI KOTA TASIKMALAYA MELALUI PENDEKATAN METODE ANP Irman Firmansyah 1 , Agus Ahmad Nasrulloh 2 , Lina Marlina 3 1 Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi 2, 3 Fakultas Agama Islam Universitas Siliwangi irmanfirmansyahunsil.ac.id ABSTRAK Kreativitas dalam berwirausaha menunjukkan keseriusan dalam menjalankan bisnisnya sehingga akan ada kolaborasi yang saling menguntungkan secara ekonomi dan spiritual antara bisnis yang dijalankan dengan kreatif dengan unsur-unsur keagamaan yang melekat pada setiap aktivitasnya khususnya wirausaha yang ada di Kota Tasikmalaya. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan permasalahan yang dapat menghambat perkembangan kewirausahaan kreatif yang berbasis syariah di Kota Tasikmalaya serta menemukan solusi-solusi terbaik dalam rangka mengembangkan wirausaha kreatif berbasis syariah menuju masyarakat madani. Metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif-kuantitatif dengan pendekatan metode analytic network process ANP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan yang dapat menghambat perkembangan kewirausahaan kreatif berbasis syariah di Kota Tasikmalaya terdiri atas 2 cluster, yaitu cluster masalah internal terdiri dari: 1 lemahnya kreativitas desain dan inovasi produk, 2 Manajemen keuangan yang tidak baik, 3 kurangnya kesadaran mengenai hukum syariat Islam, serta cluster masalah eksternal terdiri dari: 1 minimnya peran lembaga pendidikan dalam menciptakan wirausahawan kreatif berbasis syariah, 2 kurangnya dukungan pemerintah dalam menciptakan wirausahawan kreatif berbasis syariah, 3 belum ada lembaga asosiasi wirausahawan kreatif berbasis syariah. Adapun solusi terbaik yang menjadi alternatif penyelesaian masalah terdiri atas 2 cluster, yaitu cluster solusi internal terdiri dari: 1 mengikuti pendidikan agama ekonomi syariah sebagai dasar menumbuhkan jiwa yang Islami, 2 Diversifikasi produk yang ada, 3 pelatihan teknik produksi dan desain, serta cluster solusi eksternal terdiri dari: 1 pendampingan usaha kreatif dari pemerintah, 2 dukungan perbankan syariah dalam permodalan, 3 meningkatkan peran lembaga pendidikan dalam menciptakan wirausahawan yang Islami. Adapun nilai koefisien kendall’s W berkisar antara 0,986 sampai 0,998 yang menunjukkan kesepakatan yang tinggi diantara jawaban para responden. Kata kunci: wirausaha kreatif, analytic network process, Kota Tasikmalaya ABSTRACT Creativity in entrepreneurship show seriousness in running the business so there would be a mutually beneficial collaboration in economic and spiritual between creative businesses with religious elements inherent in any entrepreneurial activity, especially in Tasikmalaya City. This study aims to find problems that could hinder the development of sharia-based creative entrepreneurship in Tasikmalaya City and find the best solutions in order to developing a sharia-based creative entrepreneurs towards civil society. The method used is qualitative-quantitative with analytic of network process ANP approach. The results showed that problems that could hinder the developing of sharia-based creative entrepreneurship in Tasikmalaya City consists of two clusters, cluster internal problems consist of: 1 weakly of design creativity and product innovation, 2 financial management is not good, 3 lack of awareness Islamic law, and external cluster consists of: 1 lack of role of educational institutions in creating a sharia-based creative entrepreneurs, 2 lack of government support in creating a sharia-based creative entrepreneurs, 3 there is no association institution of sharia-based creative entrepreneurs. The best solution is an Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 114 alternative problem solving consists of two clusters, cluster internal solution consists of: 1 follow the religious education Islamic economics as the basis for foster Islamic, 2 diversification of products, 3 training of production techniques and design. And external solutions cluster consists of: 1 assisting the creative efforts from government, 2 support from Islamic banking in the capital, 3 increase the role of educational institutions in the create of Islamic entrepreneurs. The Kendalls coefficient W ranging from 0.986 to 0.998 which showed high agreement between the answers of the respondents. Keywords: creative entrepreneurs, analytic network process, Tasikmalaya City PENDAHULUAN Menciptakan lingkungan bisnis yang kreatif disertai dengan keamanan dan kenyamanan baik secara lahiriah maupun batiniyah adalah keinginan semua orang. Terlebih untuk orang yang mempunyai rasa keimanan yang kuat akan merasakan beban yang berat disaat kegiatan bisnis yang dilakukannya bertolak belakang dengan keyakinannya. Hal ini terjadi karena lingkungan bisnis yang ada di sekitar kita masih terkontaminasi oleh transaksi-transaksi yang tidak sesuai dengan syariat islam. Padahal jika lingkungan bisnis sudah sesuai dengan aturan islam maka akan terjadi kemaslahatan di dunia dan akhirat. Umer Chapra dalam Ghazali, 1992: 2 menjelaskan bahwa pembangunan ekonomi Islam dibangun berdasarkan nilai-nilai etika dan moral serta mengacu pada tujuan syariat maqashid al- syari’ah, yaitu memelihara iman faith, hidup life, nalar intellect, keturunan posterity, dan kekayaan wealth. Konsep ini menjelaskan bahwa sistem ekonomi hendaknya dibangun berawal dari suatu keyakinan iman dan berakhir dengan kekayaan property. Pada gilirannya tidak akan muncul kesenjangan ekonomi atau perilaku ekonomi yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariat. Basis utama sistem ekonomi syariah sesungguhnya terletak pada aspek kerangka dasarnya yang berlandaskan syariah, tetapi juga pada aspek tujuannya yaitu mewujudkan suatu tatanan ekonomi masyarakat yang sejahtera berdasarkan keadilan, pemerataan, dan keseimbangan. Atas dasar itu, maka pemberdayaaan ekonomi syariah di Indonesia hendaknya dilakukan dengan strategi yang ditujukan bagi perbaikan kehidupan dan ekonomi masyarakat. Tuntutan masyarakat dewasa ini terutama di lapisan masyarakat bawah adalah bagaimana memenuhi kebutuhan hidup mereka yang paling mendasar. Islam telah mengatur kehidupan manusia dengan ketentuan-ketentuan yang semestinya. Keberadaan aturan itu semata-mata untuk menunjukkan jalan bagi manusia dalam memperoleh kemuliaan. Kemuliaan bisa didapatkan dengan jalan melakukan kegiatan yang diridai Allah Swt. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 115 Sikap manusia yang menghargai kemuliaan akan s elalu berusaha “menghadirkan” Allah di dalam setiap tarikan napasnya Sudarsono, 2003: 104. Oleh karena itu, jelas bahwa bisnis yang dijalankan oleh wirausahawan seharusnya sesuai dengan ketentuan Islam karena islam telah mengatur segala bentuk mualamah di dunia termasuk dalam aspek perniagaan. Febianto 2010 menyebutkan bahwa Fiqh Muamalah adalah hukum Islam yang mengatur hubungan antara manusia dan manusia dan semua tindakan mereka dan interkoneksi kegiatan apa pun diizinkan kecuali ada ketentuan yang melarangnya. Senada dengan pendapat tersebut, Muhammad 2009 menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa nilai fundamental dalam bisnis yang sering terabaikan adalah nilai spiritual. Lantaran pelaku bisnis terjebak pada adigium, bahwa wilayah bisnis dan agama adalah wilayah yang berbeda. Berangkat dari konsep bisnis yang dijalankan secara Islami tersebut, maka dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat kita harus mampu menghadirkan kreativitas diantara para wirausahawan. Kreativitas menunjukkan keseriusan dalam menjalankan bisnisnya sehingga akan ada kolaborasi yang saling menguntungkan secara ekonomi dan spiritual antara bisnis yang dijalankan dengan kreatif dengan unsur-unsur keagamaan yang melekat pada setiap tindakannya. Menurut Abdurrahman dalam artikelnya yang ditulis pada website IAEI pusat menjelaskan mengenai beberapa integritas wirausahawan muslim terlihat dalam sifat-sifatnya, antara lain:1 Taqwa, tawakal, zikir dan bersyukur, 2 Motivasinya bersifat vertical dan horisontal, 3 Niat Suci dan Ibadah, 4 Memandang Status dan profesi sebagai amanah, 5 Aktualisasi diri untuk melayani, 6 Mengembangkan Jiwa Bebas Merdeka, 7 Azam Bangun Lebih Pagi, 8 Selalu berusaha Meningkatkan llmu dan Ketrampilan, 9 Semangat Hijrah, 10 Keberanian Memulai, 11 Memulai Usaha dengan Modal Sendiri Walaupun Kecil, 12 Sesuai Bakat, 13 Jujur, 14 Suka Menyambung Tali Silaturahmi, 15 Memiliki Komitmen Pada Pemberdayaan, 16 Menunaikan Zakat, Infaq dan Sadaqah ZIS, 17 Puasa, Sholat Sunat dan Sholat Malam, 18 Mengasuh Anak Yatim, 19 Memampukan Orang Miskin, 20 Mengembangkan Sikap Toleransi, 21 Bersedia Mengakui Kesalahan dan Suka Bertaubat. http:www.iaei-pusat.orgmemberpostkiat-bisniswirausaha- muslim?language= id Salah satu daerah yang sangat peduli syariat Islam adalah Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat. Melalui Peraturan Daerah No 7 tahun 2014, Pemerintah Daerah Kota Tasikmalaya mengajak untuk mewujudkan peningkatantatanan kehidupan masyarakat Kota Tasikmalaya yang berharkat, bermartabat dan berakhlak mulia yang berdasarkan kepada norma-norma yang tumbuh dan Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 116 berkembang di masyarakat Kota Tasikmalaya dengan tetap berpedoman kepada peraturan perundang-undangan. Berkaitan dengan kegiatan perekonomian, pada Perda tersebut secara eksplisit menjelaskan dalam pasal 11 yaitu sebagai berikut: 1 Setiap orang mempunyai kesempatan yang sama dalam berusaha di bidang perekonomian. 2 Dalam melaksanakan kegiatan perekonomian, setiap orang menerapkan prinsip kejujuran, adil dan persaingan sehat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3 Dalam melaksanakan kegiatan perekonomian, setiap muslim: a. diutamakan menggunakan sistem ekonomi syari’ah; b. dilarang melakukan praktek riba danatau ijon; dan c. dalam melakukan usaha jasa pembiayaan keuangan, diutamakan menerapkan sistem ekonomi syari’ah atau membentuk unit usaha syari’ah yang terpisah dari usaha konvensional Kehadiran Perda tersebut memberikan sinyal dukungan dari Pemerintah Kota Tasikmalaya untuk melahirkan wirausahawan-wirausahawan yang religius. Meskipun demikian kehadiran Perda tersebut belum tentu dapat melahirkan wirausahawan yang Islami yang mampu memberikan suasana aktivitas perekonomian yang religius di Kota Tasikmalaya. Hal ini dikarenakan membuat kondisi yang baru pada suatu daerah khususnya di perkotaan tidak serta-merta mudah untuk direalisasikan mengingat transaksi perekonomian di Kota Tasikmalaya masih didominasi oleh peranan perbankan konvensional. Merubah lingkungan bisnis yang konvenional menuju lingkungan yang islami tentunya sangat banyak tantangan yang harus dilalui karena begitu kompleknya permasalahan yang ada. Jika dimulai dari kesadaran masing-masing individu pebisnis maka tentunya akan lebih memudahkan untuk menciptakan lingkungan bisnis yang Islami. Hal ini mengingat banyaknya potensi UMKM di Kota Tasikmalaya yang bergerak pada komoditas unggulan lihat tabel 1. Tabel 1: Potensi Industri Kecil dan Menengah Kota Tasikmalaya NO KOMODITI DAN KLASIFIKASI INDUSTRI UNIT USAHA A. KOMODITI UNGGULAN : 1 Bordir 1.356 2 Kerajinan Mendong 173 3 Kerajinan Bambu 75 4 Alas Kaki Kelom Geulis, Sandal, Sepatu 509 5 Kayu Olahan Meubel : 202 ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 117 6 Batik 41 7 Payung Geulis 7 8 Makanan Olahan 525 JUMLAH A …………………… 2.888

B. KOMODITI LAINNYA

1 Bahan Bangunan 302 2 Pakaian Jadi 84 3 Percetakan 34 4 Lain-lain 110 JUMLAH B ……………………. 530 TOTAL A+B ……………………. 3.418 Sumber: Handout Seminar Nasional Kewirausahaan di Universitas Siliwangi 18 Nopember 2015 Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa masyarakat Kota Tasikmalaya memiliki jiwa wirausaha yang tinggi dengan berbagai kreativitas yang dimiliki. Namun untuk membangun lingkungan bisnis yang islami melalui pengembangan kewirausahaan yang sesuai dengan syariah islam maka tentunya harus dilakukan penelitian guna mempercepat menemukan suatu cara yang efektif. Beberapa penelitian terkait dengan pengembangan kewirausahaan telah banyak dilakukan dan menjadi rujukan peneliti saat ini yaitu: 1. Aprijon 2013 dalam artikelnya yang berjudul “Kewirausahaan dan Pandangan Islam” menyimpulkan bahwa lembaga pendidikan melalui para praktisinya harus lebih konkret dalam menyiapkan program kegiatan pembelajaran yang benar-benar dapat mendorong tumbuh dan berkembangnya spirit kewirausahaan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. 2. Sriharini 2006 menyebutkan bahwa secara umum situasi empiris perekonomian masyarakat Islam baik yang terdapat di kawasan Afrika maupun Asia relatif masih memprihatinkan. Hal ini antara lain disebabkan karena masyarakat Islam mempunyai etos kewirasusahaan yang sangat lemah. Salah satu solusi yang dapat ditawarkan untuk mengatasi masalah tersebut adalah mengembangkan etos kewirausahaan masyarakat itu sendiri. 3. Khoirozzadittaqwa 2015 mengkaji Maqashid Syariah pada pedagang di Pasar Kidul Bangil, menemukan hasil bahwa para pedagang di Pasar Bangil memiliki pemahaman yang baik terhadap kelima unsur maqashid syariah sehingga telah menjalankan msqashid syariah dan menghindari perdagangan terlarang menurut Islam demi tercapainya kesejahteraan dunia dan akhirat falah. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 118 Oleh karena itu, melalui penelitian ini akan dibuat suatu model yang akan menemukan permasalahan-permasalahan yang akan menghambat terciptanya wirausaha kreatif yang berbasis syariah di Kota Tasikmalaya disertai dengan solusi-solusi terbaik guna menghasilkan wirausahawan kreatif yang berbasis syariah menuju masyarakat madani. METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Dalam metodologi Analytic Network Process ANP, data yang digunakan merupakan data primer yang didapat dari hasil wawancara indepth interview dengan pakar, praktisi, dan regulator, yang memiliki pemahaman tentang permasalahan yang dibahas. Dilanjutkan dengan pengisian kuesioner pada pertemuan kedua dengan responden. Data siap olah dalam ANP adalah variabel- variabel penilaian responden terhadap masalah yang menjadi objek penelitian dalam skala numerik Jarkasih, 2008. Populasi dan Sampel Pemilihan responden pada penelitian ini dilakukan dengan mempertimbangkan pemahaman responden tersebut terhadap permasalahan yang sedang diteliti yaitu mengenai kewirausahaan di Kota Tasikmalaya. Jumlah responden dalam penelitian ini terdiri dari tujuh orang, dengan pertimbangan bahwa mereka cukup berkompeten dalam mewakili keseluruhan populasi. Dalam analisis ANP jumlah sampelresponden tidak digunakan sebagai patokan validitas. Syarat responden yang valid dalam ANP adalah bahwa mereka adalah orang-orang yang expert di bidangnya. Oleh karena itu, responden yang dipilih dalam survey ini adalah para pakarpeneliti, akademisi, regulasi, praktisiprofesional, yang mengetahui keadaan perekonomian khususnya kewirausahaan di Kota Tasikmalaya. Pertanyaan dalam kuesioner ANP berupa pairwise comparison pembandingan pasangan antar elemen dalam cluster untuk mengetahui mana di antara keduanya yang lebih besar pengaruhnya lebih dominan dan seberapa besar perbedaannya dilihat dari satu sisi. Skala numerik 1-9 yang digunakan merupakan terjemahan dari penilaian verbal. Pengisian kuesioner oleh responden harus didampingi peneliti untuk manjaga konsistensi dari jawaban yang diberikan. Pada umumnya, pertanyaan pada kuesioner ANP sangat banyak jumlahnya. Sehingga faktor-faktor non teknis dapat menyebabkan tingginya tingkat inkonsistensi. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 119 Tabel 2:Perbandingan Skala Verbal dan Skala Numerik SKALA VERBAL SKALA NUMERIK Amat sangat lebih besar pengaruhnya 9 8 Sangat lebih besar pengaruhnya 7 6 Lebih besar pengaruhnya 5 4 Sedikit lebih besar pengaruhnya 3 2 Sama besar pengaruhnya 1 Sumber: Ascarya 2005 Tahapan Analisis Data Berikut adalah tahapan penelitian dengan metode ANP: Sumber: Ascarya dan Yumanita 2010 Gambar 1: Tahapan Penelitian Teknik Analisis Data Data yang didapatkan dari penelitian akan dianalisis dengan metode ANP yang merupakan metode yang dapat digunakan dalam berbagai studi kualitatif yang beragam, seperti pengambilan keputusan, forecasting, evaluasi, mapping,strategizing, alokasi sumber daya, dan lain sebagainya. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 120 1. Geometric Mean Untuk mengetahui hasil penilaian individu dari para responden dan menentukan hasil pendapat pada satu kelompok dilakukan penilaian dengan menghitung geometric mean Saaty dan Vargas, 2006. Pertanyaan berupa perbandingan Pairwise comparison dari responden akan dikombinasikan sehingga membentuk suatu konsensus. Geometric mean merupakan jenis penghitungan rata-rata yang menunjukan tendensi atau nilai tertentu dimana memiliki formula sebagai berikut Ascarya, 2011: 1 2. Rater Agreement Rater agreement adalah ukuran yang menunjukkan tingkat kesesuaian persetujuan para responden R1-Rn terhadap suatu masalah dalam satu cluster. Adapun alat yang digunakan untuk mengukur rater agreement adalah Kendall’s Coefficient of Concordance W;0 W≤ 1. W=1 menunjukan kesesuaian yang sempurna Ascarya, 2011. Untuk menghitung Kendall’s W, yang pertama adalah dengan memberikan ranking pada setiap jawaban kemudian menjumlahkannya. 2 Nilai rata-rata dari total ranking adalah: 3 Jumlah kuadrat deviasi S, dihitung dengan formula: 4 Sehingga diperoleh Kendall’s W, yaitu: 5 Jika nilai pengujian W sebesar 1 W=1, dapat disimpulkan bahwa penilaian atau pendapat dari para responden memiliki kesesuaian yang sempurna. Sedangkan ketika nilai W sebesar 0 atau semakin mendekati 0, maka menunjukan adanya ketidaksesuaian antar jawaban responden atau jawaban bervariatif Ascarya, 2011. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Dekomposisi dibuat setelah dilakukan penelitian lapangan melalui indepth interview kepada para responden mengenai permasalahan kewirausahaan kreatif di Kota Tasikmalaya berbasis ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 121 syariah. Atas hasil penelitian yang telah dilakukan maka diketahui terdapat beberapa masalah yang ada pada wirausahawan di Kota Tasikmalaya yang dapat menghambat terciptanya wirausahawan kreatif berbasis syariah. Penulis membagi menjadi dua kategori masalah yaitu masalah internal dan masalah eksternal. Berikut adalah masalah yang terjadi yang dapat menghambat berkembangnya wirausahawan kreatif berbasis syariah di Kota Tasikmalaya:

1. Masalah Internal

Di antara masalah internal yang ada yaitu: 1 Lemahnya kreativitas desain dan inovasi produk; 2 Lemahnya kualitas produk; 3 Keterbatasan modal; 4 Manajemen keuangan yang tidak baik; 5 Kurangnya kesadaran mengenai hukum syariah Islam.

2. Masalah Eksternal

Beberapa masalah eksternal yaitu: 1 Belum ada lembaga asosiasi wirausahawan kreatif berbasis syariah di Kota Tasikmalaya; 2 Kurangnya dukungan pemerintah dalam menciptakan wirausahawan yang Islami; 3 Minimnya peran lembaga pendidikan dalam menciptakan wirausahawan yang Islami; 4 Kurangnya dukungan perbankan syariah; 5 Kondisi perekonomian yang fluktuasi. Dari rangkaian permasalahan di atas, maka selanjutnya penulis pun menawarkan solusi yang terbaik untuk menciptakan wirausahawan kreatif berbasis syariah di Kota Tasikmalaya dalam rangka menciptakan masyarakat yang madani hasil dari indepth interview kepada para responden pakar. Solusi yang ditawarkan dibagi menjadi dua kategori yaitu solusi internal dan solusi eksternal.

1. Solusi Internal

Diantara solusi internal yaitu: 1 Pelatihan manajemen usaha berbasis kreasi yang sesuai syariah; 2 Pelatihan teknik produksi dan desain; 3 Diversifikasi produk yang ada; 4 Peningkatan penggunaan sistem komputerisasi sebagai media promosi dan silaturahmi; 5 Mengikuti pendidikan agama ekonomi syariah sebagai dasar menumbuhkan jiwa yang Islami.

2. Solusi eksternal

Sedangkan solusi eksternalnya adalah: 1 Adanya kebijakan pemerintah menggunakan produk lokal yang sesuai syar`i; 2 Pendampingan usaha kreatif dari pemerintah; 3 Dukungan perbankan syariah dalam permodalan; 4 Diperlukan lembaga asosiasi pengusaha berbasis syariah; 5 Peningkatan peran lembaga pendidikan dalam melahirkan wirausahawan yang Islami. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 122 Dari uraian di atas maka model jaringan ANP dalam rangka mengembangkan wirausaha kreatif berbasis syariah di Kota Tasikmalaya dapat dilihat pada gambar 2. Dari model jaringan yang telah dibuat pada gambar 2, maka langkah selanjutnya yaitu membuat kuesioner dan menyebarkannya kepada para responden pakar untuk dicari jawaban yang paling menjadi prioritas atas permasalahan yang sedang diteliti. Selanjutnya kuesioner diinput ke dalam software dengan membandingkan tiap jawaban seperti pada gambar 3. Gambar 2: Simulasi Input Kuesioner